Liontin Memories

37 0 0
                                    

Sebuah kisah romansa cinta sangatlah indah. Apalagi klise, pasti akan ada bumbu menarik di setiap kejadian. Cinta merupakan pengorbanan terindah yang pernah dirasakan oleh manusia. Seenggaknya, itulah yang seseorang tau. Jujur, sejujur-jujurnya orang itu tidak terlalu tau apa itu cinta. Dia juga tidak percaya yang namanya cinta itu akan indah. Padahal sekiranya, dia pernah merasakan apa yang namanya cinta setiap hari. Lebih tepatnya rasa kasih sayang. Mungkin anggapan orang lain ke dia itu
“Lo mendingan diem aja, Lo kan nggak pernah ngerasain gimana yang rasanya cinta kan ? Lo nggak usah ikut campur deh. Mendingan lo rasain sendiri dulu sebelum lo komen-komen nggak jelas kayak gini.” Itu lah ocehan dari teman yang selalu ngusik telinganya saat jenjang Sekolah Menengah Atas atau kalian bisa bilang SMA.
Jadi...
Apa itu cinta?
Sebuah perasaan?
Singkatan?
Atau hanya angan-angan?

~o0o~

Dunia memang menarik. Penuh dengan warna-warnanya sendiri yang beragam. Sama seperti dunia, orang-orang juga punya warnanya tersendiri. Lebih beragam dan lebih rumit. Cinta juga sama. Bahkan cinta yang tak terbalaskan punya pelanginya sendiri. Ya, seperti indahnya malam minggu yang dirasakan oleh semua orang. Banyak orang juga bilang istilahnya “Satnight” yang merupakan singkatan dari “Saturday Night” artinya jadi Sabtu Malam, bukan malam Minggu.
“Dek? Mau ikut kakak?” tanya seorang gadis cantik dengan kulit putih. Perawakannya agak pendek. Berkarakteristik cerdas, anggun, dan sederhana.
Telah hadir di sana 3 orang. Penuh dengan keharmonisan di sela-sela kesibukan.
“Hm? ke mana?” tanya seorang pemuda yang sibuk membenarkan posisi duduknya.
“Ya... jalan-jalan kek. Ke mana gitu, malem Minggu bosen tau di rumah terus. Mengenal lebih dekat daerah sini aja, kan pasti di sini banyak yang berubah. Seenggaknya kita tahu beberapa tempat. Apalagi, besok hari pertama kamu sekolah kan?”

TING TONG!

“Eh, ada tamu tuh kak.” ucap pemuda itu tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang berada di tangannya.
“Iya iya.” ucap gadis itu malas. Dia tau, adiknya ini suka sekali mengalihkan pembicaraan jika sudah menyangkut hal pribadi yang privasi.
“Hai!” sapa seseorang yang sudah berdiri di depan pintu dengan senyum mengembang di pipinya.
“Eh? ya ampun. Ini Ve?” tanya gadis itu terkejut. Sepertinya, orang bernama Ve ini sudah di nantinya.
“Hai Melody! Udah lama banget nggak ketemu. Tambah cantik aja.” ujar peempuan itu sambil berpelukan melepas rindu.
“Iya nih. Wah! Ve tambah cantik juga nih. Tambah tinggi lagi, jadi pangling. Mirip kayak model-model profesional gitu hahaha.” ujar gadis bernama Melody ini dengan sifat humorisnya.
“Bisa aja Mel. Oh iya, gimana kabar kamu?” tanya Ve.
“Seperti yang kamu liat. Aku baik kok. Duduk dulu yuk, aku buatin minum.” ucap Melody sambil menyuruh Ve masuk dan duduk.
“Dek, sini nih. Ada kak Ve. Kamu kenalan dulu gih.” ucap Melody menarik tangan pemuda itu.
“Oh... jadi ini adik kamu yang sering kamu ceritain ya Mel? boleh juga nih. Mau dong punya kakak ipar kayak Melody uwuwuwu.” Ve memanyunkan majahnya lucu.
Pemuda itu berdiri dan menyambut tangannya.
“Hu! doyannya berondong nih ye.... Jangan digodain orangnya Ve. Suka kepedean tuh.” Ucap Melody sambil melirik pemuda itu. Pemuda itu itu hanya bergedik pelan dan memutar matanya malas.
“Jessica Veranda. Panggil Ve aja” ucap Ve tak melepaskan pandangannya dari pemuda itu.
“Gue Al-Gazali. Dan ini cara asik gue makan Bun Cabe! Wah! Pedes gila!!!” ucap pemuda itu menirukan gaya sponsor di televisi.
“HAHAHA....” suara tawa pecah seketika di ruang tengah rumah itu.
“Al, yang bener dong kenalannya.” Ucap Melody yang masih belum bisa mereda tawanya.
“Jadi Ve, ini adik aku. Namanya Aldo.” Melody memperkenalkan adiknya itu.
“Iya, iya. Seru yah orangnya. Hmm... perasaan kok jadi ngangenin ya?” goda Ve dengan senyum manisnya. Pemuda itu hanya diam seketika memandang indah senyum Ve.
“Udah Ve, Ge’Er nanti orangnya. Tuh, udah salting-salting gitu.” ucap Melody memanas-manasi.
“Jadi... dipanggilnya apa nih? Al-Gazali?” tanya Ve mendekat.
“Al aja kak. Dipanggil sayang juga boleh. Eaaa~” pemuda bernama Aldo itu sedikit memberi candaan.
“Ngarep tuh, ngarep. Dasar jomblo, nungguin yang belom ketemu mulu. Udah, cari yang baru gih.” sindiran dari Melody.
Seketika, wajah Aldo terlihat murung kembali. Senyum dan tawa yang menghiasi wajahnya hilang seketika itu juga terbawa angin malam yang masuk melalui jendela rumah yang sengaja dibuka.
“Aku ke kamar dulu kak.” Aldo beranjak dari tempat duduknya dengan langkah gontai menundukkan wajahnya menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua rumah itu.
“Al.... “ ujar Melody sendu menatap punggung Aldo yang mulai pergi.
“Em... maaf kalo kurang sopan aku nanya. Emangnya ada apa sih? kalo nggak bisa cerita nggak papa. Semua orang berhak punya privasi.” ucap Ve dengan penasaran.
Aldo berdiri sejenak di balkon rumahnya. Terbalut kelam masuk ke dalam ingatannya. Di kota ini, bersama seseorang.

Gudang FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang