ex-Freundin

731 6 7
                                    

" Malam-malam begini kau mau pergi kemana ? " ada nada khawatir saat ia berbicara. 

" Aku hanya ingin membeli makanan " Seutas senyum manis aku paksakan. Aku harap dia tidak curiga. Sebenarnya aku sedang tidak ingin mencari makanan. Hanya saja aku ingin melakukan ritual yang biasa aku lakukan.

Langkah kakiku ringan. Ada secercah kebahagian saat melakukannya. Kuharap ia tak mengikutiku dari belakang, aku tidak ingin dia mengetahui apa yang aku lakukan. Aku benci jika ia harus mengunciku seharian dirumah. Ada saatnya aku perlu kebebasan seperti sekarang dengan kebiasaan yang ku suka. Ku hirup dengan semangat udara malam, rasanya seperti aroma vanilla. Oke, mungkin hanya aku yang bisa merasakan. Aneh memang, tapi itulah yang kurasakan. Sepertinya kali ini malam sedang berpihak. Ada banyak bintang di angkasa, dan bulan sedang berbahagia membagi senyumnya. Yah aku rasa semuanya sudah sempurna.

Jalanan masih ramai dengan kendaraan, sepertinya mereka tidak pernah lelah dengan kesibukan. Temaram lampu kota sama bersikerasnya, mengatakan pada dunia, bahwa mereka tidak lelah, tidak akan pernah lelah. Ku percepat langkah kakiku menuju tempat yang aku tuju.

" Tinggal sedikit lagi ". kataku dalam hati.  

" Semoga aku masih bisa melihatnya. Ya Tuhan hari ini aku benar-benar ingin melihatnya ". Aku berdoa memohon harap.

Perjalananku terasa lambat, aku benar-benar tidak sabar, dan parahnya kali ini aku melihat sepasang muda-mudi sedang bermesraan di sudut jalan. Kali ini mereka sedang berpelukan, dan ketika aku semakin dekat, mereka berciuman. Membuatku kesal, mereka mengingatkan segalanya. Kalau saja ada jalan pintas, pasti aku sudah melewatinya. Sayangnya ini adalah satu-satunya jalan yang bisa aku tempuh menuju tempat yang sedang aku tuju. Demi Tuhan, kututup kedua mataku.

" Jangan mengingatnya, jangan... " kataku mengingatkan.

Perlahan mataku terbuka dan menangkap pendar cahanya.

" Akhirnya.. " aku bernafas lega. 

Setelah perjalanan panjang, akhirnya aku tiba juga. Percayalah padahal hanya perlu10 menit berjalan dari Apato ke tempat ini. Seperti biasa aku akan langsung duduk disalah satu bangku taman, sambil mencari sosoknya. Sayangnya kali ini tamannya ramai, padahal ketika aku memutuskan pergi kesini jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Biasanya dia akan datang pada jam segini, kebiasaannya. Selalu mencari inspirasi di malam hari.

Aku mengerjap-mengerjap.

" Itu dia !! " aku nyaris histeris melihat sosoknya. Dengan cepat aku mengatup bibirku.

Kali ini dia memakai kaos hitam, dan celana jins panjang. Tidak pernah berbeda, selalu terlihat keren dan menawan. Kali ini dia menghadap bintang di angkasa. Aku mengikuti pandangannya. Cahaya bulan yang menerpa wajahnya semakin mempertegas ketampanannya. Ahh membuatku ingin menggigitnya.

Yah memang ini lah ritual yang biasa aku lakukan, berjalan ke taman, menanti kedatangannya, dan memandang wajahnya sampai aku benar-benar puas. Setelah aku puas, aku akan kembali pulang. Memang ritual yang terbilang aneh.Dan Inilah caraku ketika merindukannya. Satu-satunya cara, ketika aku tidak dapat memilikinya. Kau ingat dalam perjalanan aku melihat sepasang muda-mudi bermesraan dan aku merasa panas. Jelas aku memang panas, karena aku pernah melakukannya bersamanya. Itu dulu waktu SMA. Yah sekarang kau bisa menebaknya. Dia mantan kekasihku, cinta pertamaku. Jangan tanya kenapa kami berpisah, karena sejujurnya aku juga tak tau alasannya. Ia menghilang tanpa kabar, yang aku dengar ia pergi ke Amerika menemani ayahnya yang sedang sakit keras dan beberapa tahun yang lalu aku mendengar kabar kepulangannya. Membuatku merasa gembira tapi juga merasa kecewa. Kecewa karena dia kembali datang setelah sekian tahun menghilang, kecewa karena dia tak mencariku saat itu juga. Di lain sisi aku juga marah, tepatnya aku marah pada diriku selama ini. Pertama aku marah karena aku masih menyukainya, kedua aku marah karena masih mengharapkannya, ketiga aku marah karena aku sudah punya seseorang yang menunggu di rumah, dan aku marah karena aku masih saja merindukannya. Dan itu juga yang membuatku merasa bersalah pada lelaki yang selalu setia menunggu dirumah ketika aku memaksa keluar malam, yang selalu memberikan segenap cintanya. Namun tanpa di ketahuinya, aku selalu menghianatinya diam-diam dengan mencintai mantan dan merindukannya diam-diam pula. Aku tau aku SALAH, tapi aku tak bisa berbuat banyak. Kau tahu sulit sekali membuang sejumlah kisah dengan mantan yang pernah mengisi ruang di relung terdalam. Dan itulah yang kurasakan. Dan aku selalu merindukannya; sang Mantan.

 Walaupun #kangenmantanunite itu salah.

ex-FreundinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang