Pagi itu di bangunkan dengan bunyi notifikasi yang bersahutan dari whatsapp ku.
Ku lirik jam, masih pukul 07.00 pagi.
Pasti ini kerjaan emak2 rempong, pikirku...kuraih ponsel diatas meja samping tempat tidurku dan melihat, benar saja...ada 54 pesan belum dilihat.
Aku buka aplikasi chatting itu dan membaca dari atas, apa aja sih yang di omongin sepagi ini sebegini serunya?
Ah, ternyata...
Bermula dari Sri yang memposting foto sekumpulan social climbers yang sepertinya baru bertemu kemaren sore..dengan senyum semanis madu dan hastag yang tak kalah seru...#bff #besties #friendsforlife
Ahay..
Dan selanjutnya foto tersebut di komen oleh Wati dan Anna secara bersahut-sahutan.
Ku mulai dengan icon 😂
Dan mereka menyambutku dengan "Selamat pagi, jeeeuungg...udah liat belum foto fenomenal abad ini?"
Ku ketik jawabanku, "oh, akhirnya si burung bangkai kembali ke sarangnya yah?"
Dan mereka menjawab, "wkwkwkwwk"
"Jeung Tri ini seperti biasa yaaahh sekali komen langsung bikin ngakak" sahut Sri.
Dan meluncurlah segala cerita mengenai oknum2 yang ada di dalam foto tersebut.
Yang membuat kami tertawa terbahak adalah begitu lucunya dunia ini.
Betapa segala makian sebegitu gampangnya dilontarkan tanpa melihat kemungkinan yang bisa saja terjadi di kemudian hari.
Di dalam foto tersebut berkumpul beberapa orang yang, aduh...gimana ya menceritakannya...
Intinya melihat foto itu seperti menyaksikan seseorang yang menjilat ludahnya sendiri.
Eh bukan bukan...lebih tepatnya seperti menyaksikan anjing yang makan muntahnya sendiri.
Eeeww...jijik yaaa...? Emang.
"Duuhhh...yang ga punya temen gaul, sampai segitunya yah, dulu yang dimaki abis-abisan, di sumpahin abis-abisan, malah sekarang di akrabin..gak malu ya sama kita-kita yang jadi saksi hidup ini?" tukas Wati.
"Ah, biarlah namanya juga pertemanan palsu, sebentar juga ada lagi yang saling menjelekkan" kata Anna
"Yoi, kita jadi penonton aja yah jeung sekalian" kataku.
Sambungku lagi, "begitulah sang social climbers...gak peduli apa dan siapa, bagaimana pun yang terpenting adalah bagaimana agar tampak eksis, biar dibilang banyak temen nih, apalagi kalau temen2nya itu ada embel2nya...anak siapa dan kenal sama orang2 penting ga..apa aja di jabanin deh meski harus menggadai harga diri"
"Yaaa itu juga kalau harga dirinya masih adaaaa..." Sahut Sri.
"Jeung Tri emang ga kangen yah sama mantan2 sahabatnya dulu itu?" Tanya Anna padaku.
"Hahahaha...ya enggaklah, terlalu riskan sih berteman dengan mereka. Pertemanan palsu yang hanya akan bertahan dikala ada kepentingan, rahasia bisa terbongkar asal bisa dijadikan senjata untuk menjatuhkan demi menyenangkan yang lain, apa yang perlu di kangenin tentang itu?" jawabku kepada mereka bertiga.
"Dan lagian, kalau di depan kita juga semua orang di gosipkan, besok-besok waktu kita ga ada, pasti kita yang di gosipkan mereka" sambungku lagi.
Dan mereka bertiga mengiyakan pernyataanku barusan.
Inilah hidup di kota, jika selalu ingin menjadi yang tergaul, harus rela memijak sesama.
Demi menyenangkan yang satu, jelekkan yang dia tak suka..iyakan semua yang dia bilang, ikut tertawakan yang dia tertawakan walau itu temanmu sendiri.
Walau apa yang dibilang tak benar, takkan mau membela sang teman di depan orang yang menjelekkan..demi apa? Demi masuk dalam kumpulan yang "so-called" gaul, socialita.
But for me?
I have enough of it.
Aku gak mau dan gak pernah berusaha untuk menjadi socialita.
Buatku ga ada fungsinya juga sih.
Yang ada malah bikin kantong kering.
Let's be honest, apa kedudukan sosial di masyarakat jauh lebih penting ya daripada mengurus keluarga di rumah? Daripada melayani suami dan menghabiskan waktu bersama keluarga? Bahkan lebih pentingkah daripada mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa?
Entahlah, mungkin memang aku yang kampungan.
Tapi buatku, sedikit teman yang jujur dan apa adanya, yang akan bilang salah kalau kita salah, itu lebih berharga daripada banyak teman yang selalu memuji dan tidak berani mengkoreksi.
Temukan apa esensi hidup ini dan berjuanglah untuk mewujudkan impian demi hidup yang maksimal!Salam rempong,
Alessa_Cheng
YOU ARE READING
Me and a thousand sleepless night
ChickLitShe was herself and the world loved her for it, falling for her truth...just like I had. -Atticus-