Kau duduk di pinggiran sungai, memikirkan mengapa hidupmu berjalan tidak seperti yang kau harapkan, mengapa semua yang terjadi begitu sulit untuk kau jalani.
Lalu kau memutar kejadian hidupmu di dalam kepalamu. Mulai dari seseorang yang berteriak "Kau bodoh!" dengan mengacungkan jari telunjuknya, seseorang yang berkata "mengapa kamu terlahir? Aku tidak butuh kamu!" ada di dalam kepalamu. Dan teman-temanmu yang menganggap kamu hanya sebuah ilusi, tidak terlihat.
Kamu mulai memikirkan kembali, mengapa hidupmu sungguh tidak adil? Mengapa tidak ada seorang pun yang berpihak denganmu? Apakah masih ada seseorang yang tersisa diluar sana yang telah diciptakan untuk bersamamu?
Kamu tersadar kalau temanmu hanyalah pikiranmu. Lalu air mata keluar perlahan dari kedua matamu, mengeluarkan sesak yang berada tepat di dada. Tangisanmu tidak bersuara, kamu tidak ingin seseorang yang melewati sungai itu mendengarmu.
Kamu menangis dalam diam, dan kamu mendengar suara "tenanglah, semua akan baik baik saja. Semua tidak seburuk yang kamu pikirkan" kamu bingung mencari siapa yang mengatakan itu, dan suara itu muncul lagi "kamu tidak tau siapa aku?"
Kamu menyerngitkan dahimu dan sedikit menggeleng, suara itu menjawab apa yang ada di pikiranmu "aku hatimu sayang, hati yang selalu diabaikan olehmu, hati yang selalu tidak didengarkan, dan tidak dipercaya olehmu"
Kamu terdiam, pikiranmu seolah mengatakan "benarkah begitu?" hatimu menjawab "iya. Sadarkah kamu? Kamu tidak pernah mendengarku, bahkan sekali pun sayang"
Pikiranmu berkata kembali "untuk apa aku mendengarmu? Bukankah aku yang berperan saja sudah cukup?"
"aku juga ikut berperan dalam hidupmu, sayang. Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku akan membuatmu merasakan kasih sayang"
Kamu tersenyum sinis dalam tangismu "kasih sayang? Dari siapa? Tidak ada yang butuh diriku lagi"
Hatimu menyangkalnya "tentu saja ada, coba pikirkan ayahmu, ibumu, dan teman yang diam-diam memperhatikanmu"
"apakah aku masih mempunyai ibu semenjak ia bilang aku seharusnya tidak terlahir?"
"tentu saja kau punya, sadarkah kamu ibumu menangis semalaman setelah ia berkata begitu? Memohon doa pada Tuhan untuk mengampuninya karena berkata begitu padamu? Kau bahkan tidak mengetahuinya."
Lalu kamu ragu, apakah benar ibumu menangis untukmu?
"tentu saja iya! Kau anak satu-satunya! Percayalah padaku, aku tau apa yang harus kamu lakukan, aku tak pernah berbohong!" hatimu mulai beteriak di dalam kepalamu.
Kamu menutup matamu dan meneteskan air mata yang terakhir untuk kali ini.
Bangkit dari dudukmu dan berpikir, mungkin kamu harus menemui ibu dan ayah dan mungkin hidup tidak se-suram yang kamu bayangkan.
Kamu bangkit dari pikiran kelam yang menghantui hidupmu, meninggalkan semuanya di belakang, menganggap itu semua adalah pelajaran dari masa lalu, dan yang paling penting, kamu membuka mata dan pintu hatimu..