Chapter 13

12.3K 606 10
                                    

Malam ini, Alby sedang berada di tempat yang gelap. Entah apa namanya, Alby tak tahu. Yang jelas, ini seperti rumah kecil tak berpenghuni, gelap tanpa ada cahaya.

Namun anehnya, Alby masih mampu melihat Nicho-Papanya, berdiri di hadapannya dengan wajah yang begitu marah padanya. Tidak ada yang berbicara, keduanya hanya melemparkan tatapan membunuhnya sedari tadi.

"Pah.." Alby mengalah, dan memanggil Papanya.

"Jangan panggil aku Papamu!" Ucap Nicho dengan tajamnya, "aku tidak akan pernah sudi memiliki anak seperti kamu! Ingat! Tidak. Pernah. Sudi.!" tekan Nicho hampir diseluruh kalimatnya.

Alby memejamkan matanya, ucapan Nicho begitu tajam sehingga mampu menghunus jangtungnya secara langsung. "Kapan Papa bisa terima Alby pah?" Alby tertunduk, berbicara dengan suara lemah.

"Apa? Menerima kamu? Haha.." Nicho tertawa hambar, "sampai badan ku di liang kubur pun, aku tidak akan pernah sudi menerima kamu!"

Alby menegakkan kepalanya, satu air mata lolos dari matanya. Ia tak sanggup, sungguh, "please, Pah..." suara Alby semakin melemah.

"Kamu!" Nicho menunjuk Alby, "PEMBUNUH!!" kobaran api dimata Nicho semakin membesar, ia terlalu benci dengan mahluk yang didepannya ini. Begitu banyak amarah yang ingin ia sampaikan.

"Kamu pembunuh! Pembunuh! Pembunuh!" lanjut Nicho lagi, "kamu menghancurkan semuanya! Kamu membuat semuanya pergi!"

Tidak! Alby tak sanggup, ia menutup kedua telinganya menggunakan telapak tangannya, air matanya seakan tak tahu pada keadaan, yang terus saja turun tak mau berhenti.
Alby mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, berharap ada orang yang akan menolongnya. Namun nihil. Yang ada hanya cahaya gelap.

"Kamu yang membuat Mama mu pergi! Kamu yang membuat Aldy pergi! Kamu membuat kebahagiaanku pergi! Dan kamu adalah KESIALAN yang pernah ada!" ternyata Nicho juga belum mau berhenti, ia terus menereriaki Alby.

Alby menggelengkan kepalanya. Tidak, tidak, tidak. Bukan, bukan dia yang menyebabkan ini terjadi. Bukan dia tersangkanya, dia juga korban disini. Korban!

"Seharusnya ada Mama mu disini! Seharusnya ada Aldy disini! Dan seharusnya, KAMU. MATI!!"

Sudah cukup ia tak tahan lagi. Bukan dia penyebabnya. Bukan..dia hanya setitik debu disini. Tidak! Tidak.. Alby menggelengkan kepalanya lagi, berharap ucapan Nicho adalah sebuah rekayasa belaka.

"Alby..."

"Papa jahat! Papa gak pernah sayang Alby! Papa cuma mentingin Aldy. Papa jahat!!" Teriak Alby didepan wajah Nicho.

Ingat! Mulai sekarang tak ada lagi cinta. Tak ada lagi sayang. Yang ada hanya benci! Mulai sekarang ia akan membenci Nicho sepenuh hatinya!

"Kamu pembunuh! Pembunuh!" teriak Nicho balik.

"Alby..."

Semakin lama semakin banyak bayangan Nicho bermunculan, mereka semua meneriaki Alby pemubunuh.. Alby mau lari, tapi mau kemana??

"Kamu pembunuh.."

"Kamu pembunuh.."

"Kamu pembunuh.."

Semua bayangan Nicho itu meneriaki nya dengan lantang.

"Nggak!" Alby menggelengkan kepalanya tak menyangkal tuduhan Nicho, "bukan! Bukan Alby, Pah.. Bukan.."

"Alby Bangun!!" teriak Della mengguncangkan bahu Alby keras.

Alby langsung terbangun, terduduk di atas tempat tidurnya.

Della menghela nafas lega, satu butir air mata lolos dari matanya. Sebenarnya apa yang di mimpikan Alby, sampai-sampai harus menangis dengan wajah yang sangat pucat seperti mayat hidup?

Beloved AlbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang