Satu Minggu berlalu.
Hari demi hari yang berlalu terasa cepat. Dalam waktu satu Minggu, Alana sudah dapat dikatakan sebagai primadona sekolah. Banyak sekali yang menyukainya, parasnya, juga sikapnya. Terlebih Arnes. Belum ada yang tahu tentang perasaannya yang mulai tumbuh pada Alana, hanya dirinya seorang-dan juga Tuhan.
Entah mengapa, di dekat Alana, membuat Arnes menjadi kalem-tidak-hanya di hadapan Alana saja Arnes dapat jadi kalem begitu. Aura lemah lembut yang ada pada Alana ternyata juga bisa menular kepada Arnes.
Tapi, isengnya Arnes masih sangat amat berlaku kepada teman-temannya yang lain. Terkecuali kepada Alana.
Siswa-siswi SMA Permata Bangsa penasaran dengan hubungan Alana dan Arnes. Kata siswa-siswi, mereka bagaikan raja dan ratu sekolah. Oh benarkah?
Pagi menjelang siang ini, kelas sepuluh sedang jam olah raga. Jam olah raga kelas sepuluh terpotong oleh jam istirahat. Alana menyusul ketiga temannya yang tadi ke kantin lebih dulu.
Alana melewati tepi lapangan sambil memperhatikan sekeliling, ia pun juga menjadi perhatian sekelilingnya. Alana sejujurnya agak risih, tapi ia membiarkan.
Bug
Sebuah bola basket mengenai kepala Alana dari samping. Semua yang menyaksikan itu hanya melotot dan membeku di tempat. Alana meringis merasakan kepalanya sakit. Arnes juga melihat itu. Ia melotot lalu segera berlari menghampiri Alana yang akan segera kehilangan kesadarannya.
Tepat saat Arnes berada selangkah dari Alana, gadis itu kehilangan kesadarannya. Dengan sigap, Arnes menopang tubuh mungil Alana. Terdengar lah pekikan tertahan dari para siswi yang melihat itu.
Tanpa pikir panjang lagi, Arnes menggendong Alana ke UKS dan tidak menghiraukan dirinya yang menjadi pusat perhatian. Masa bodo. Yang penting ia membawa Alana ke UKS.
"Eh, ada apaan sih? Kok rame-rame gini?" tanya Airin pada salah seorang siswi di dekat lapangan. Mereka baru keluar dari kantin.
"Itu Kak, Kak Alana kena bola basket. Dia pingsan, trus dibawa Kak Arnes ke UKS." jelas siswi itu.
"Alana?" seru Airin dan Hana. Siswi itu mengangguk.
"Digendong Arnes?" tanya Nasya.
"Iya," jawab siswi itu sambil mengangguk.
"Yaudah, makasih ya." kata Hana dengan wajah cemasnya.
Hana mengajak Airin dan Nasya menuju UKS untuk melihat Alana. Mereka membuka pintu UKS. Mereka membeku seketika saat melihat Arnes melihat dan merapikan rambut Alana yang terbaring di ranjang UKS.
Arnes menoleh pada ketiga cewek itu, kemudian berdiri. "Tungguin Alana sampe siuman, gue ada urusan."
Hana mencegat Arnes di depan pintu, "Urusan apaan?"
"Liat aja nanti." Lalu Arnes menggeser tubuh Hana yang menghalanginya dan berjalan keluar.
Cewek-cewek itu mendekat ke ranjang Alana. Mereka duduk dan membuka pembicaraan. "Arnes ada urusan apan tuh ya?" tanya Nasya.
Hana mengangkat bahunya, "kayaknya..."
"Apaan?"
"Apa?" Airin dan Nasya penasaran.
Hana melanjutkan omongannya, "Kayaknya Arnes nyari anak yang ngenain bola ke Alana deh. Tapi gak tau juga."
"Kayak nya bener deh," Airin menjentikkan jarinya. "Iya bener."
"Tapi kalo anaknya nggak sengaja gimana?" tanya Nasya lagi.
Airin dan Hana mendesah kecil. "Gue nggak tau deh kalo itu. Tapi kalian kan tau Arnes gimana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Like Yours
Fiksi RemajaAlana, murid baru dengan perawakan yang kalem, penyuka musik dan puisi, juga mampu menarik hati Arnes. Arnes merasa yakin untuk memberikan hatinya lagi kepada seorang gadis. Menjadikan Alana bintang di hidupnya. Tapi ketika mereka berpacaran, ada s...