Four- Punishment!

119 54 13
                                    

Keesokan harinya. Aku terpaksa bersekolah menggunakan kendaraan umum. Karna,kemungkinan sepedahku akan mama berada di dalam bengkel bang Ali.

Pagi ini aku memang sengaja untuk berangkat lebih pagi daripada biasanya. Karna jalan daerah jalan rumahku ini bukanlah jalur yang menjadi jalur yang sering dilalui oleh angkutan umum,jadi untuk mencari angkutan umum disini sangatlah sulit.

Sudah hampir setengah jam aku berjalan sambil menunggu datangnya angkutan umum. Berharap ada angkutan umum yang melintas. Namun harapan hanya tinggal harapan. Nyatanya jalanan ini sangat sepi,hanya ada beberapa sepeda motor yang melintas.

Lalu,bagaimana ini. Walaupun aku jalan pagi-pagi buta sekali,jika tak ada satupun kendaraan umum yang melintas seperti ini tetap saja aku akan datang terlambat kesekolah.

TINNN!!

Aku terlonjak kaget saat suara klakson berbunyi nyaring untukku dari arah belakang. Ku tenggokan kepalaku ke asal suara klakson tersebut yang teryata disana sudah terdapat motor Ninja Kawasaki berwarna merah yang sedang berhenti disamping tempatku berdiri. Ya ampun,tak habis pikir mengapa akhir-akhir ini aku jadi saring berurusan dengan motor 250cc bermesin tipe 4TAK ini terus sih. Menyebalkan sekali!
Tapi sepertinya aku tak asing motor ini,dimana ya? Oh astaga,bukankah ini motor yang telah menyerempet Blueby kesayanganku ini. Ah iya benar,aku masih ingat sekali stiker kepala tengkorak yang ada di body motor itu. Jika benar ini adalah motor milik pengendara motor sialan itu berati ini adalah motor milik si songong anak baru itu.

Benar saja saat ia membuka kaca helm fullfacenya terlihatlah wajah songong si anak baru yang menyebalkan itu. Sedang apa dia disini,apa dia sedang mencoba untuk menguntit kehidupan ku. Oh sungguh aku tak percaya ini. Untuk apa dia menguntit kehidupan ku. Tapi jika tidak untuk apa dia berada di daerah kawasan rumah ku ini. Seperti setan saja dimana-mana ada dia.
Lu.. ngapain lu disini? tanyaku.

"Ayo naik!" serunya.

Hah, ayo naik kemana? orang ini benar-benar ya,apa dia nggak tau apa aku sudah terlambat datang kesekolah malah ngajakin kluyuran.

"Ya naik ke motor gue dan berangkat sekolahlah,emangnya kemana lagi. Gue tau daerah rumah lu ini susah buat nyari kendaraan umum. Jadi bareng gue aja." Ucapnya lagi.

"Nggak usah pura-pura baik deh sama gue,gue tau lu pasti punya niat burukkan sama gue. Buktinya aja kemaren lu tega ninggalin korban tabrak lari lu sendirian dengan keadaan sepedah kesayangannya rusak parah." Ucapku membalas ajakannya.

"Oh kalo lu gak mau sih yaudah,gak maksa juga gue. Gue duluan ya,selamat menunggu dan selamat untuk hukumannya." Ucapnya enteng sambil munutup kaca helm fullface yang ia kenakan lalu kembali menyalakan dan menstater motor tingginya itu. Namun sebelum iya menjalankan motornya aku menarik jaket baseball yang dia gunakan dan membuatnya kembali menengok kearah ku lagi.

Benar juga katanya jika aku masih mempertahankan egoku untuk tidak menerima ajakannya pasti aku akan lumutan menunggu kendaraan umum yang melintas,dan akan berakihir dengan berdiri di depan kelas dengan satu kaki terangkat. Oh tidak jika itu terjadi lagi dapat dipastikan surat panggilan orang tua akan berada di tanganku.

"Gimana cara naiknya? ucapku sedikit berbisik." Huh jangan menertawaiku,siapa suruh dia memiliki motor yang tinggi seperti ini. Buat bingung naiknya saja. Bukannya menunjukan cara untuk menaiki motor besar ini,dia malah menarik tanganku. Apa sih maunya kasar sekali,dikira gak sakit kali ya. Oh ternyata ia kini sedang memasangkan helm dikepalaku ini.

Tatapan mata kami beradu dan mengapa jantungku menjadi seperti seorang yang sedang lari maraton beratus-ratus meter membuat pipiku menjadi panas. Oh, sepertinya aku akan terserang deman.

Nalika HydrasyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang