Hinata's story

3K 208 6
                                    

Apakah... Ini akhir kisahku?

Aku sungguh terasa bebas dan ringan. Seolah segala beban dihidupku hilang dan terbang entah kemana. Seolah kali ini Tuhan memihakku dan memberiku kebahagiaan. Aku bahagia ditempat putih ini, serba putih dan bercahaya. Sebenarnya, tempat apa ini?

"Hinata"

Itu... Kakekku? Kenapa aku bisa bertemu dengannya? Apa ini adalah alam baka? Ataukah kakek hinggap di mimpiku?

"Kakek?"

"Apa kau ingin kembali?"

Kakek tidak berbasa basi. Tidak menanyakan kabarku atau mengucapkan kata rindu lainnya. Dia langsung bertanya dengan pertanyaan yang membuatku yakin bahwa aku berada dialam baka.

"Apa aku sudah mati?" Tanyaku

Kakek tertawa dan menggeleng pelan. Kakek sedikit lebih muda dan keriputnya sedikit hilang dan dia tampak lebih segar. Tunggu, apa kakek baru saja berkata bahwa aku belum mati? Jadi, kenapa aku berada ditempat ini?

"Kakek hanya bertanya, apa kau ingin kembali? Sebenarnya pertanyaan itu tidak perlu kau jawab. Karena bagaimana pun jawabanmu, akan tetap sama meskipun kau menolak. Kau harus kembali, Hime"

Segelintir memori hinggap di kepalaku. Bukan, ini bukan memori baik dan indah. Ini adalah memori menyakitkan dan membuatku sangat menderita.

Memori pertama yang pertama kali hinggap di pikiranku adalah saat Neji membayar teman-temannya agar mengunciku dikamar mandi sekolah dan menakutiku.

****

Hari ini tidak terlalu baik, aku baru saja dikerjai oleh teman sekelasku. Mereka meletakkan cicak mati didalam kotak pensilku dan lem kayu ditempat dudukku.

Sial, seharusnya aku membalas mereka dan bukannya diam saja!

"Hinata!"

"H-hai?"

"Ada yang mencarimu di toilet sepulang sekolah. Katanya penting"

Ini pertama kalinya Tetsu memanggil namaku dan begitu ramah kepadaku. Tunggu, apa mereka berniat mengerjaiku lagi? Tidak, ini sama sekali tidak lucu.

"Kau ingin mengerjaiku lagi, eh?" Selidikku

Tetsu mengangkat bahunya malas dan segera meninggalkanku. Sejenak, ekspresi Tetsu membuatku yakin bahwa dia tidak main-main dengan perkataannya.

"Siapa yang mencariku?"

Sepulang sekolah, aku langsung menuju depan toilet dan menunggu dengan rasa penasaran yang menjalar.
"Kukira Neji membayarku demi gadis cantik"

Eh? Neji? Suara siapa itu? Perasaanku lagi-lagi tak enak. Sudah kuduga mereka akan mengerjaiku lagi.

"Dia jelek sekali!"

Dua orang lelaki yang kutahu berada satu tingkat diatasku mendekatiku dengan tatapan mengejek dan tatapan yang menunjukkan bahwa aku ini adalah gadis terhina di muka bumi.

"Ah, karena kita sudah dibayar, kita jalani saja perintah ini"

Mereka mendekatiku dan mendorongku paksa ke toilet wanita. Mengunciku bertiga bersama mereka didalam toilet itu.

When love.... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang