[Jangan lupa Vote sehabis baca]
-------------------------------------------------------------
Raj's POV
"Dia sadar, Dokter,"
Cahaya menyilaukan yang menarikku keluar perlahan memudar, berganti pandangan kabur orang-orang berseragam putih di dekatku. Aku mencoba bergerak, namun sesuatu yang menyakitkan di tubuhku memaksaku kembali berbaring.
"Jangan banyak bergerak dulu, Raj," kata seseorang yang terasa familiar di telingaku. Apakah dia Dokter Mohan?
"Meera?" Suaraku terasa tercekat.
"Istirahatlah dulu, Raj,"
"Meera kahaan hai (Di mana Meera)?"
"Kondisimu belum sepenuhnya pulih," lanjut orang itu.
"Meera," kataku lagi. Pandanganku berangsur normal dan kulihat Dokter Mohan menghela nafas berat.
"Kau ini masih saja keras kepala," dia menggeleng. "Meera ada di luar bersama adik-adikmu. Dia nyaris histeris tadi. Sebentar, biar kupanggilkan dia".
Baru dua langkah, Dokter Mohan berhenti. "Dan kau, Raj Aryan Malhotra, tetap berbaring dan jangan bergerak sampai aku kembali,"
Dokter Mohan keluar diikuti para perawat. Kupejamkan mataku mencoba mengusir nyeri di kepalaku, ketika tak lama kudengar suara pintu terbuka diikuti derap langkah yang kutebak berasal dari beberapa orang.
"Raj?" Panggil seseorang dengan pelan.
Aku mengenali suara ini dengan sangat baik. Ini suara Meera. Meera-ku. Kubuka mataku dan nampak Meera melangkah ragu mendekatiku.
"Meera?" Aku tersenyum.
Meera mengangguk. Dia duduk di sampingku. Sentuhan lembutnya menyapu tanganku lalu merengkuh jemariku.
"Syukurlah. Dhanyavad, Bhagwan. Bahut dhanyavad," Meera menciumi tanganku yang digenggamnya. "Main yahaan hoon, yahaan hoon, Raj,"
"Main jaanta hoon (aku tahu), Meera,"
Untuk beberapa lama kami saling berpandangan. Wajah Meera nampak datar dengan sorot mata yang sulit kuartikan.
Dokter Mohan berdeham. "Kau sudah bertemu dengannya kan? Nah, Meera-ji, biarkan Raj beristirahat dulu, dia baru saja siuman," ujarnya. Meera menggeleng.
"Nahin. Aku mau tetap di sini, menemaninya," katanya tegas.
"Didi, kau juga harus-" Ishoo mencoba membujuknya.
"Pokoknya aku tidak mau. Jangan memaksaku,"
Dua adikku ikut membujuknya, namun Meera tetap kukuh pada pendiriannya.
"Bas (cukup), biarkan dia di sini," kataku.
"Lekin, Raj-" Dokter Mohan hendak membantah namun aku menggeleng perlahan.
"Bhaiya-"
"Tidak ada penolakan, Veera,"
Keempat orang tersebut akhirnya menyerah. Sebelum keluar, Dokter Mohan sempat berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled Love
FanfictionMeski baru mengenalnya selama beberapa hari, Meera merasa seolah ada yang kosong ketika di sampingnya tidak ada Raj si tukang usil nan perhatian. Siapa sangka rasa penasaran Meera pada kehidupan Raj berubah menjadi cinta? Raj yang misterius, masa ke...