HOF - 20 :: Kejutan
***
Langit memasuki rumah berpagar tinggi. Ia berjalan tak semangat sore ini, ia baru saja di tolak. Padahal baru saja beberapa minggu yang lalu ia bahagia karena kembali melihat- ah atau lebih tepatnya baru pertama kali melihat Maudy dari jarak dekat itupun karena salah satu guru meminta tolong Maudy untuk membawakan buku ke kantor. Dan lihat sekarang, ia mengacaukan segalanya.
Seharusnya ia tidak tergesa mengungkapkan perasaannya. Tapi ia juga tidak bisa menahan perasaan itu lebih lama. Dirinya teramat senang berada disamping Maudy dan masalah terbesarnya adalah ia tidak ingin di dahului El ataupun Matt.
“Kusut banget tampang lo.”
Langit berdecih, dan melepas dasinya. Berjalan melewati gadis yang tengah membaca majalah di ruang keluarga.
Langit memilih berjalan ke dapur, ia butuh minuman dingin sekarang. Setelah itu ia kembali ke ruang keluarga dan memilih menghempas tubuhnya di sofa panjang di depan gadis itu.
“Ngapain lo kesini?” tanya Langit sambil memejamkan matanya.
“Main aja. Udah lama nggak kesini. Eh taunya nyokap lo lagi pergi. Lo kenapa sih? kusut banget tampang lo.”
“Habis di tolak cewek." ungkap Langit sambil cemberut.
“Lo? Di tolak cewek?” tanya gadis itu, kemudian yang terdengar hanya gelak tawa dari gadis berambut panjang itu.
“Gils gils gils, baru kali ini gue lihat Langit ditolak. Gimana rasanya?”
“Abel sialan. Lo kesini kalau cuma mau ngetawain gue mending pergi deh. Dasar sepupu kurang ajar. Lo kan juga baru di putusin, jadi nggak usah menghina gue.” ucap Langit sambil berdecih.
Abel cemberut. Gadis itu menutup majalahnya. “Ih lo mah ngingetin gue lagi kan, gue kesini tuh mau ngalihin pikiran gue dari Matthew. Lo pakai ngingetin.”
“Dasar magamon- Manusia gagal move on.” cibir Langit.
“Siapa yang baru lo tembak? Senja jingga ya?”
“Kok lo tau Senja jingga?”
“Taulah. Dia tuh tiap hari merhatiin lo di sekolahan. Tapi dasarnya lo cowok dungu jadi nggak peka deh. Jadi siapa tuh cewek kalau bukan Senja?”
“Maudy.”
Hening.
Abel beberapa kali mengerjapkan matanya. “Maudy anak IPA-1?”
“Iya. Dan rival gue itu tuh mantan lo. Lo tuh bego banget sih malah mau-mauan di putusin dia. Kan bikin gue tambah susah buat dapetin Maudy.”
Abel mendengus. “Cinta kan nggak bisa di paksain.”
“Klise. Kalau masih cinta ya harus di perjuangin. Gue bakal bahagia kalo lo juga bahagia meski bukan sama gue , pasti lo bilang gitu. Emang semua bakal bener-bener baik-baik saja?. Iya emang dia ntar bakal baik-baik aja bisa jadian sama orang lain. Tapi lo, lo nggak akan baik-baik saja. Lo pasti cuma bisa nangisin dia diem-diem sementara dia mikirin lo aja nggak. Jadi nggak usah deh bilang cinta nggak bisa di paksain bla bla itu.”
Abel cemberut. Pasalnya yang di bilang Langit memang benar adanya.
Dia masih memikirkan Matthew setiap hari, ia bahkan beberapa kali menangisi cowok itu di malam hari. Sendirian.
***
Maudy mengucir kuda rambutnya. Ia melihat jam yang menggantung di kamarnya. Pukul delapan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hearts On Fire
Dla nastolatków[15+] ada beberapa dialog berisi kata-kata kasar. ======================= Judul sebelumnya : Double TroubleMaker . Bukan. Ini bukan kisah dua orang yang bertemu tanpa sengaja, bersahabat, lalu jatuh cinta. Ini tentang Matthew, si pembuat onar, yang...