Part 4

4.8K 210 4
                                    

Adin POV

"Adiiiinn!" aku langsung menengok kebelakang. Yap, itu suara Fizni.

"Berisik tau Fiz, pagi-pagi udah teriak-teriak!" aku meninggalkan dia yang heran atas sikapku pagi ini.

Ya Allah, maafin Adin! Adin bersikap tidak baik pada sahabat Adin sendiri.

Fizni mengikutiku dan langsung merangkul bahuku saat langkahnya telah sejajar denganku.

"Ada masalah apa? Cerita aja," dia memang selalu tahu jika aku sedang ada masalah.

"Eh! eh! eh! Bentar deh! Kamu abis nangis ya? Tuhkan pasti ada masalah! Ayo cerita Din, siapa tau aja aku bisa bantu kamu!" dia menatapku cemas.

Saat aku ingin menjawab pertanyaan Fizni, terdengar teriakan seseorang dari belakang.

"Hey! Tunggu!" kami menghentikan langkah kaki kami dan menunggu Disna.

"Good Morning friends!" sapanya sambil merangkul pundakku, kini aku berada diantara mereka.

"Shut up! Adin lagi badmood, kayanya dia lagi punya masalah deh, matanya aja bengkak gitu," Fizni memperingati Disna. Disna kaget saat melihat kondisi mataku yang bengkak.

Moodku memang sedang down pagi ini, mungkin gara-gara kejadian kemarin. Dan hal yang ku hindari ternyata terjadi, mereka melihat mataku yang sedikit bengkak.

Akhirnya kami tiba dikelas, dan kedua sahabatku mulai mengintrogasiku. Alhamdulillah, untungnya bel masuk menyelamatkanku dari mereka. Pagi ini aku benar-benar sedang tidak mau banyak bicara.

•••

Kring! Kring! Kring!

Bel istirahat berbunyi, syukurlah aku terbebas dari pelajaran yang membuat kepalaku berdenyut.

Tapi aku tidak yakin bisa terbebas dari introgasi para sahabatku.

Kulihat mereka mulai melayangkan tatapan mengintimidasi padaku.

"Ayo cerita!" tuh kan, mereka mulai memaksaku untuk bercerita.

"Oke-oke, aku akan cerita, tapi gak disini, ditaman belakang aja ya?" Aku tidak ingin ada yang mendengar masalah ini selain mereka.

Mereka setuju, dan kami langsung menuju taman belakang. Kami memilih tempat yang cukup sepi, yaitu dibelakang pohon beringin yang ada disana.

Serem kan? tidak juga.

"Jadi?" mereka menatapku meminta penjelasan.

Perlahan aku menghembuskan napas panjang, aku menatap mereka sedih.

"Aku dijodohin," hanya itu yang keluar dari mulutku, aku menunduk.

Sekuat tenaga aku menahan air mataku agar tidak jatuh. Tapi pertahananku jebol, air mataku lolos begitu saja.

"Apa? Kok bisa? sama siapa??" Fizni menjitak kepala Disna, disela tangisanku, aku tersenyum kecil melihat kelakuan mereka, tapi tidak membuat moodku kembali baik.

"Nanya itu satu-satu, kasihan Adin tau!" Disna mengusap kepalanya yang terkena jitakan sambil mengerucutkan bibirnya.

"Iya ih maaf!" mereka pun kembali menatapku.

"Jelasin serinci-rincinya!" mereka menatapku menunggu penjelasan dariku, mungkin memang lebih baik aku bercerita pada mereka, supaya bebanku tidak terlalu berat.

"Jadi gini, kemarin kan bunda nyuruh pulang cepet pas kita kerja kelompok. Pas nyampe sana, bunda udah sama cowok di ruang tamu, aku juga gak tau dia siapa, setelah ngobrol-ngobrol sedikit, gak lama orang tuanya dateng. Ayah juga tumben pulangnya cepet, dari pertama juga aku emang udah mikir pasti ada yang gak beres. Terus ayah bilang, kalo cowok itu mau lamar aku. Aku bener-bener kaget, terus aku nolak karena emang aku kan masih sekolah. Tapi kata ayah, mereka cuma mau aku sama dia tunangan dulu, nanti kalo dia udah lulus kuliah baru kita nikah. Ternyata orangtuanya sama orangtuaku sahabatan dari kuliah dan menjodohkan aku sama dia sejak aku kecil," jelasku panjang lebar, air mataku tidak juga berhenti keluar saat bercerita, kedua sahabatku memelukku memberi kehangatan kepadaku.

My Life Partner ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang