Author pov
Gadis cantik berhijab yang bernama Aya Cahya Mentari sedang menatap bintang-bintang dilangit. Aya menatap bintang di halaman rumahnya.
"Mengapa ketika aku sudah remaja, menatap bintang-bintang dilangit rasanya sedih sekali. Padahal waktu kecil aku paling semangat melihat bintang-bintang.", gumam Aya sedih.
Flashback
"Hali, Hali. Lihat ada bintang disana. Dan disana, disana, disana, dan dimana-man..."
"Bawel, iya tau ada bintang banyak. Terus kenapa?.", ucap Hali ketus yang memotong pembicaraan Aya.
"Yauda sih, ngasih tau doang."
"Hm terserah."
"Hali."
"Hm?."
"Apa kau suka bintang?.;
"Entah.", jawab Hali ambigu.
"Menurutku, walaupun bintang itu kecil, ia berusaha memancarkan sinarnya sendiri. Aku kagum, berusaha bersinar dengan kekuatannya sendiri agar manusia di bumi mengaguminya.", ucap Aya yang menatap langit.
Hali menatap Aya cukup lama.
"Kau kagum pada bintang?.", tanya Hali dingin.
"Yap."
"Kau kagum pada bintang karena bintang berusaha bersinar karena usahanya sendiri?."
"Bukan itu saja yang aku kagumi dari bintang, dia... membuat manusia tersadar walaupun kecil, jika berusaha bukan mengahasilkan yang biasa-biasa saja, melainkan menghasilkan hal yang luar biasa."
Hali menatap Aya lalu menatap langit malam.
"Sepertinya aku kagum dengan bintang.", ucap Hali dingin.
"Katanya tadi ga tau, gimana sih."
"Memang."
"Gara-gara aku ceramahin jadinya kamu suka gitu?."
"Bukan hanya bintang yang aku kagumi, aku juga kagum padamu.", ucap Hali cuek.
"Eh?.", wajah Aya memerah.
"Kau berusaha seperti bintang, tapi menurutku kamu sudah menjadi bintang yang indah."
Hali tersenyum tipis, sangat tipis. Karena melihat wajah Aya memerah.
"Kau mau berjanji satu hal padaku?.", tanya Aya serius.
"Apa? Jangan aneh-aneh permintaannya.", jawab Hali sarkastik.
"Tidak aneh kok, jadilah seperti bintang, selalu berusaha menyinari. Dan hasilnya pasti akan luar biasa.", Aya mengancungkan jari kelingkingnya.
"Aku tidak bisa menghasilkan sinar, bodoh.", ucap Hali cuek.
"Idiot, maksud aku sama saja seperti selalu berusaha apa yang kamu mau, jika kau berusaha kau akan dapat yang lebih dari apa yang kau inginkan."
Hali menatap jari kelingking Aya.
"Berjanjilah, Hali."
"Janji.", Hali membalas mengancungkan jari kelingking.
Flashback End
"Hali.", Aya menatap bintang-bintang dilangit.
Tanpa disengaja, tiba-tiba Aya meneteskan air matanya.
"Manisnya kenangan itu, dan aku polos sekali 8 tahun yang lalu.", Aya menyeka air matanya secara kasar.
Aya membenamkan wajahnya dilututnya. Aya menangis terisak-isak karena teringat kenangan antara Hali, Aya, dan bintang-bintang. Aya segera menyeka air matanya.
"Aku bersyukur bisa mengenalimu, sangat bersyukur. Kapan kau pulang?.", air mata Aya menetes lagi.
"Aya, masuk ke dalam rumah. Sudah malam ntar kedinginan lho.", perintah Ibunya yang menunggu Aya di pintu masuk.
"Ah, iya Ibu.", Aya menyeka air matanya agar tidak ketahuan Ibunya, jika Aya menangis.
"Kamu tidur ya, besok kan kamu sekolah."
"Iya bu.", Aya berjalan ke kamarnya. Melepaskan jilbabnya dan menghempaskan badannya ke tempat tidurnya.
"Aku lelah menunggu, memangnya kau pikir menunggu selama 8 tahun itu asik?.", Aya bergumam kesal.
Aya beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil foto yang ada dimeja belajarnya, foto Aya dan Hali sedang memakan es krim.
"Bodoh.", Aya melempar fotonya ke tempat tidurnya. Takut fotonya rusak atau terjadi apa-apa, Aya mengambil dan menaruh ke tempat semula.
"Ahh lupakan Hali, Aya bodoh. Dia sudah melupakanmu, lupakan lupakan dan lupakan Hali."
Karena Aya sudah mulai lelah, Aya akhirnya tertidur dengan posisi tengkurap, mimpi indah ya, Aya.
TBC
Yuhu part 1 da selese. Oh iya makasih yang sudah membaca dan ngevote, aku berterima kasih bgt. Tp jika kalian ingin jiplak karya aku, bilang-bilang dulu la. Ide itu mahal mas, mba *la paen bgt karyanya dijiplak :'v*, hanya mengingatkan saja ya.
Ok sudah dulu ya. Sampai jumpa di part 2, see you~.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen FictionKau tahu rasanya ditinggal teman masa kecilmu?, rasanya sangat sakit, karena dia sangat berarti untukku. Dia berjanji padaku akan bertemu denganku 8 tahun kemudian. Rasa percaya dan tidak percaya selalu menghantui diriku, tapi takdir yang akan menj...