Author Pov
"Ok, seragam sip, rok rapi, jilbab juga ok, rompi sip baguslah.", Aya bergumam ria.
"Aya cepat turun ke bawah.", teriak Ibu Aya dari lantai 1
"Iya bu.", Aya turun dari lantai 2 ke meja makan
"HUAAAMM.", Aya menguap sangat lebar.
"Anak yang sopan, menguap tidak ditutup, diajarin siapa ya.", sindir Ibunya Aya tajam.
"Eh?, hehehehe.", Aya segera menutup mulutnya.
"Ya sudah Ibu hanya bercanda. Sana sarapan dulu."
Aya melahap sarapannya. Setelah selesai sarapan, Aya mencuci piring.
"Ibu aku sudah selesai makannya. Aku berangkat ya bu, assalamualaikum.", ucap Aya sambil menggunakan sepatunya
"Waalaikumsalam, hati-hati Aya."
"Iyya bu."
Aya bersekolah di SMA Garuda Jakarta, duduk di kelas XI Ipa 2. Aya memiliki segudang prestasi, menjabat sebagai sekretaris OSIS, menjabat menjadi ketua kelas, Aya sangat terkenal di sekolahnya.
"Pagi ketua kelas."
"Aldo?, pagi juga."
"Pagi Aya."
"Pagi Sarah."
"Selamat pagi.", ucap Aya ke teman sekelasnya.
"Pagi Aya, oh ya kamu dipanggil kepala sekolah."
"Eh?, aku emang ngelakuin apa, aku gak nyuri, aku ga tawuran."
"Aduh. Dateng aja dulu coba ke ruang kepsek."
"Um baiklah.", Aya langsung menaruh tasnya ditempat duduknya lalu segera ke ruang kepala sekolah.
"Permisi pak."
"Oh Aya silahkan masuk."
"Pak sumpah demi apapun saya ga nyuri apa-apaan saya gatau apa-apa pak. Saya juga ga ikut tawuran pak sumpah pak sum..."
"Aya, Bapak tidak mengerti kamu bicara apa?, saya panggil kamu karena masalah olimpiade fisika waktu itu."
"Oh maaf pak.", Aya menggaruk pipinya yang tidak gatal
"Kamu tahukan, kamu mendapatkan juara ke 2 olimpiade fisika tingkat provinsi."
"Errr... tau pak, memangnya kenapa ya pak?."
"Bapak baru dikasih tau tadi oleh pihak juara 1, SMA Kebanggaan bangsa, kamu mendapatkan hadiah tambahan."
"Serius Bapak, SMA yang mengalahkan saya itu?."
"Ya, saya sangat serius."
"Kalau boleh tau apa ya pak?."
"Bayaran sekolah di SMA Kebanggan Bangsa itu sangat mahal perbulannya, dan kamu mendapatkan tawaran dari kepala sekolah disana, kata kepala sekolah disana 'kecerdasanmu hampir setara kecerdasan di SMA Kebanggaan Bangsa'. Maukah Aya pindah ke sekolah SMA Kebanggaan Bangsa?."
"Ap..-apa?, Ser...seri..us Bapak?."
"Ya jika kamu menolak tawaran itu sangat, sangat rugi, jika kamu menerima tawaran itu, kamu akan gratis bersekolah disitu hingga lulus."
"Tap..tapi pak saya nyaman di sekolah ini."
"Bapak tau perasaan kamu, Bapak akan beri kamu sampai pulang sekolah untuk memikirkan jawabannya. Kalau kamu mau pindah sekolah, besok terakhir kamu disini, dan besok kamu berpamitan dengan teman-temanmu disini, bagaimana?."
"Hmm baik pak, saya permisi pak.", Aya meninggalkan ruang kepala sekolah.
"Aku harus terima atau tidak, ya Allah.", Aya mengacak-acak jilbabnya.
Skip time.
Pulang sekolah adalah hal yang paling ditunggu-tunggu bagi semua murid. Tapi untuk Aya, rasanya Aya ingin mengulang waktu lagi dan memikirkan jawabannya.
"Baiklah Aya, kau bisa."
Aya masuk keruangan kepala sekolah.
"Bagaimana Aya, apakah kamu sudah memikirkan jawabanmu?."
"Kau bisa Aya.", batin Aya menguatkan.
"Saya terima tawarannya pak."
"Baiklah nanti bapak urus surat pindahnya, kamu boleh pulang Aya."
"Baik pak."
Aya pulang menuju rumahnya dengan perasaan sedih.
"Aku tidak salah menjawab tawaran dari kepala sekolahkan?, lagi pula demi Ibu.", ucap Aya sedih.
Tiba-tiba ada yang melompat turun dari pohon, karena saking terkejutnya, Aya berteriak.
"KYYAAAAA...-hmph."
"Gausah teriak, bisa gak?.", laki-laki yang tadi melompat turun dari pohon langsung menutup mulut Aya.
Aya menepis tangan laki-laki itu dari mulutnya.
"Gak kenal main nutup mulut orang, lagi pula aku terkejut."
"Hm terserah."
"Apa yang kau lakukan di atas pohon?."
"Bukan urusanmu.", jawab laki-laki itu dingin lalu meninggalkan Aya sendirian.
"Hei, kau cowo yang paling menyebalkan yang pernah aku temui.", emosi Aya sudah mencapai puncaknya.
Aya menendang batu, lalu tepat mengenai kepala laki-laki itu.
"Siapa yang melakukan?."
"Ga..gawat.", batin Aya ketakutan.
"Gatau tuh.", jawab Aya dengan wajah tanpa dosa sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal .
Laki-laki itu memegang tangannya Aya.
"Lepaskan hei."
"Jadi cewek gausah cari gara-gara. Fisik kau denganku berbeda jauh. Bersyukurlah aku tidak mematahkan tanganmu.", laki-laki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Aya.
"Sebentar seragam itu, SMA Kebanggan Bangsa. Dan...dan seingatku dia yang ikut olimpiade fisika yang juara 1. Sial, aku tidak tahu namanya.", batin Aya terkejut.
"Ka...kau dari SMA Kebanggan Bangsa?, dan kau yang waktu itu yang mengikuti olimpiade fisika itukan?.", tanya Aya ragu.
"Bukan urusanmu.", laki-laki itu melepaskan genggamannya lalu meninggalkan Aya sendirian
"Ugh menyebalkan memangnya dia itu siapa sih, Presiden?, sok banget sih.", gerutu Aya kesal.
Aya pulang kerumah, lalu menceritakan kepada Ibunya jika Aya mendapatkan tawaran pindah ke sekolah elit.
"Ibu tau kamu melakukan ini demi Ibu, Ibu sangat berterima kasih padamu.", ucap Ibu Aya lembut.
"Tapi tadi aku kesel banget bu, tadi ketemu cowo nyebelin, pake seragam SMA Kebanggaan Bangsa. Nanti dia bakalan satu sekolah denganku nanti."
"Hati-hati Aya, nanti kamu menyukai laki-laki itu lho."
"IBU APAAN SIH.", Aya langsung ke kamarnya.
Aya menghempaskan badannya ke tempat tidurnya.
"Huh aku kepikiran sama itu cowo, nyebelin. Tapi ganteng.", ucap Aya dengan wajah memerah.
"Jadi cewek gausah cari gara-gara. Fisik kau denganku berbeda jauh. Bersyukurlah aku tidak mematahkan tanganmu."
"Kata-katanya sok banget sih. Jadi teringat kata-kata dari cowo nyebelin itu.", Aya langsung melempar gulingnya ke pintu kamarnya.
TBC
Hoaaa part 2 nya udah jadi. Maap maap kepanjangan ceritanya T_T, kata-katanya masih belibet, maklum masih pemula.
Klik bintang pojok bawah disebelah kiri ya, karena votemu membuatku semangat.
See you~
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen FictionKau tahu rasanya ditinggal teman masa kecilmu?, rasanya sangat sakit, karena dia sangat berarti untukku. Dia berjanji padaku akan bertemu denganku 8 tahun kemudian. Rasa percaya dan tidak percaya selalu menghantui diriku, tapi takdir yang akan menj...