Vanessa pov
"Cepat sedikit, Vanessa!!" teriak Andrew, entah untuk keberapa kalinya sepanjang pagi ini. Apa dia tidak bisa melihat kalau dari tadi aku sudah mondar-mandir dengan tergesa-gesa buat berkemas? Kenapa dia masih terus meneriakiku? dasar laki-laki cerewet.
Iss, itu laki-laki cerewet banget, sudah kaya nenek-nenek. Omaku saja sudah tua tidak seperti dia.
"Iya bentaran, Drew. Kamu nggak lihat ini aku lagi siap-siap?" gumamku sambil sibuk merapikan penampilanku, sekarang giliran lipstik yang kupoles kebibirku.
"Ck, makanya kalau dibangunin itu langsung bangun. Bukannya tidur balik, Anak gadis tidurnya seperti kerbau." dia kembali mengomel.
See, dia menyebalkan.
Semalam mami menelepon, menyuruh kami untuk datang kerumah buat menyapa semua keluarga yang sudah datang. Karena lusa adalah pernikahan kami, semua keluarga sudah datang. Termasuk kedua orang tua sicerewet calon suamiku ini, adeknya Amelia juga ikut. Karena itulah Andrew kesal, katanya tidak sopan membiarkan orangtuanya menunggu lama.
Hello, memangnya aku pingin berlaku tidak sopan pada calon mertuaku? Ini semua juga bukan rencanaku. Aku bangun terlambat, oke aku mengaku salah. Andrew tadi sudah membangunkanku pukul tujuh pagi, tapi karena efek kelelahan akibat pemotretan satu minggu di Sumbawa seluruh tubuhku seolah menolak bekerjasama untuk beranjak dari tempat tidur, mataku kembali terpejam dan akhirnya pukul sembilan baru aku bangun. Itu pun karena Andrew kembali membangunkanku, eh lebih tepatnya menyeretku ding. Dia sampai menggendongku ke kamar mandi karena tubuhku masih agak berat terbangun. Setelah aku keluar dari kamar mandi mulailah aksi ceramah calon suamiku tersayang. sampai sekarang dia masih mengomeliku dengan kesal.
Dia nggak tahu saja, dari tadi dia sibuk ngomel, aku setengah mati menahan tawa keluar dari mulutku. Andrew itu kalau kesal, lucu sekali. Apalagi pas lagi ngomel, duh bibirnya yang mengerucut ingin kucium. Aku memperhatikan dari cermin dia yang lagi menelepon seseorang, dia berbicara dengan nada sopan pada seseorang di sebrang telepon tapi lirikan matanya padaku sangat tajam. Dia masih kesal rupanya.
Ck, sebenarnya apa sih masalahnya? Kalau hanya masalah terlambat bangun kenapa dia sampai sekesal ini. Tapi, mulai tadi malam dia memang sudah uring-uringan. Dimulai dari aku yang membelikannya susu kuda liar dan memaksanya untuk meminum susu kuda liar tersebut. Aku membelikannya susu itu bukan tidak mempunyai tujuan sama sekali, isi pesanku yang mengatakan untuk malam pengantin kemarin hanyalah candaan. Tujuan sebenarnya adalah supaya dia tetap sehat dan tidak mudah lelah saat acara pernikahan kami nanti, aku juga uda minum kok. Apa lagi saat mendengar dari papi, kalau akhir-akhir ini Andrew sangat sibuk. Walau aku baru mengenalnya, aku sudah merasakan kecemasan pada calon suamiku ini. Aku sampai menahan diriku untuk selalu meneleponnya, padahal aku sudah sangat ingin mendengar suaranya. Mungkin pekerjaan yang menumpuk yang membuatnya stress, akhirnya berimbas pada kehidupan pribadinya sendiri.
Aku memang masih muda, tapi bukan berarti aku tidak tahu menyikapi situasi seperti ini. Pengalamanku selama beberapa tahun terakhir ini, saat ketiga kakakku menikah dan berkeluarga memberiku banyak pengalaman. Saat pasangan kita sedang kesal jangan mengatakan kalimat yang semakin menyulut emosinya, cobalah untuk tersenyum dan melontarkan godaan-godaan kecil. Dan itulah yang dari tadi sedang kulakukan, meski terlihat seperti kekanakan dan terlihat tidak peduli, tapi hanya itulah cara yang kutahu.
Tanpa merasa bersalah, aku melontarkan senyuman termanisku kemudian mengerling nakal lalu memberikannya ciuman jauh lewat cermin. Kupikir aku berhasil, ternyata tidak. Andrew kembali mengomel. Aku hanya bisa menghela napas. Lama-lama, aku semprot juga ini calon laki.
"Kamu lihat? Sekarang kedua orang tuaku sudah kembali ke Hotel karena aku nggak sampai juga ke rumah orangtuamu," gumamnya kesal setelah mematikan telepon, kemudian dia menghela napas. "Dewasalah sedikit, Nes! jangan seperti anak kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Life With You (Playstore)
RomanceSudah dipindahkan ke Dreame Novel dewasa Vanessa Stone memilih liburan ke Palembang untuk mencari penghiburan bagi pikirannya yang lelah akibat terlalu sibuk bekerja. Di sana, tanpa ia ketahui ia telah bertemu dengan belahan jiwanya, bahkan mereka t...