Seperti yang sudah-sudah. Hari sebelumnya, dan hari ini selalu sama. Mendung saat pagi, hujan saat siang hari dan akan gerimis kecil-kecil sisa hujan siang di sore hari. Wajar saja, ini bulan November. Puncaknya musim dingin. Rahel menyukai musim dingin, saat dimana hujan deras turun dan suasana yang mendukung untuk menenggelamkan diri di kasur berselimut tebal dan tak lupa coklat hangat yang akan mengepul nikmat. Yaa seandainya saja semua itu benar-benar bisa terjadi -maksudnya bermesraan dengan guling bantal di kasur. Kalau saja sekolah libur saat musim dingin. Karena pagi-pagi harus berlarian dengan payung, begitu pun siangnya, saat pulang sekolah, membuat Rahel jadi membenci hujan.
Rahel menghela napas, saat merasakan rambutnya yang terkena butiran air hujan gerimis. Ia melirik sinis pada Ujay, supir Rahel sekaligus bodyguard notabene asistennya. Ujay hanya menatap Rahel biasa, dengan gaya lugunya yang mengekori Rahel sejak keluar dari mobil untuk ke kelas. Rahel memutar bola matanya bosan. Walaupun umurnya hanya terpaut beberapa umur dari Rahel, -Ia berhenti sekolah saat SMA karena tak mempunyai biaya- terkadang Ujay agak pilon dan pelupa.
"Hujan," kata Rahel memberitahunya, membuat Ujay langsung membuka payung dan memayungi Rahel.
Kemudian Rahel berjalan menuju gerbang di ikuti Ujay yang memayunginya. Beberapa orang kini memperhatikan Rahel dan berbisik-bisik entah apa. Ck, Rahel sudah biasa seperti ini. Tatapan kagum, bisikan iri dari mereka. Rahel bahkan hampir bosan dengan itu semua. Untuk memikirkan alasan mereka iri, membuat kepalanya pusing. Entah karena wajah Rahel yang cantik? aish, atau karena Rahel anak dari kolomengrat ahli waris? basi. Atau karena-
Tunggu dulu. Ada apa dengan tatapan mereka? Saat beberapa langkah lagi sampai di gerbang, Rahel menghentikan langkah. Menyadari mereka tak menatapnya dengan tatapan kagum atau apapun seperti biasanya. Mereka malah menatap Rahel dengan sinis. Bahkan ada beberapa yang terang-terangan mencibir.
"nggak nyangka gue, padahal keliatannya kalem."
"kebawa pengaruh deh, kayaknya."
"ih jadi illfeel gue,"
"malu-maluin tau. Jadi kesel dah gue."
"yah nggak jadi naksir dia deh gue."
Rahel meniup poninya kesal. Sebenarnya ada apa dengan mereka?
"RAHELLLLLLL!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Saat Rahel ingin menanyakan 'ada apa dengan gue' pada orang yang lewat, suara cempreng itu membuatnya tersentak. Karin sedang berlari tergopoh-gopoh ke arah Rahel.
"Pagi jay," sapa Karin pada Ujay yang di balas dengan cengiran lebar Ujay.
"orang-orang kenapa sih, Rin. Kok gue di liatinnya gitu bang-"
"Nih liat nih!!!" seru Karin sambil mengarahkan layar ponselnya pada Rahel. Ia memperlihatkan hasil foto papparazi seorang cewek dengan seragam batik sekolahnya sedang memegang rokok di starbuck. Ujay ikut nimbrung memperhatikan foto. Setelah itu, Ujay kaget melihatnya dan menatap Rahel.
"neng, ituu ngg.. neng-"
"ck, ck, wah parah banget emang anak jaman sekarang." kata Rahel dengan wajah prihatin.
Dalam hatinya, Rahel menyayangkan Jaman yang sudah berubah. Semua orang mengikuti jaman dan alhasil apapun di lakukan. Tentang moral sekalipun. Walaupun Rahel selalu mendapatkan nilai kecil dalam beberapa pelajaran, kalau dipikir-pikir Ia juga takut melakukan hal-hal yang melanggar moral. Apalagi, hal yang akan membuat Ayah dan Bunda marah besar. Kalau Rahel terlihat merokok seperti itu.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Wish
Teen FictionAku yakin sepertinya hidup ku benar-benar di kutuk. Berbagai kejadian terus menimpa ku. Foto yang membuat semua orang salah paham tersebar di sekolah. Seakan masalah ku belum terlalu memusingkan, Ayah mengusir ku dari rumah. Karena Ayah tak tahan de...