"Rasulullah walaupun tiap berangkat ke masjid selalu dilempar kotoran dan ketika orang yang melempari kotoran itu sakit Rosulullah menjenguknya dan akhirnya orang tersebut masuk islam! Masa dila yang hanya dibilang jelek dan bodoh aja sampe nangis gini" kata mama
"Dila engga mau sekolah,dila dirumah aja" kata dila
"Udah SMA masak masih kayak gitu" Kata mama dengan nada kesal
Dila memang sudah sekolah baru masuk 3 bulan yang lalu sih msih kelas X di SMA CAKRAWALA jakarta. Dila memang anak yang selalu ceria walaupun didalam hatinya dia menangis,dia ingin menunjukkan kalau dia bisa tapi itu sangat sulit dan sering hampir putus asa jika mama,papa dan sahabat-sahabatnya yang memberi semangat untuknya.
"Ya udah ma dila berangkat,sarapan dikantin aja bareng lily dadah ma" Kata dila malas
Sang mama hanya geleng geleng kepala 'semoga kamu menjadi anak yang nasibnya baik kelak' kata mama dalam hati.
Dila pov
"Dil,cepetan"kata lily yang bosan menungguku keluar dari kamar mandi
"Iya iya,eh li kamu udah ngerjain pr belum" kataku
"Belum,gue nyontek lo aja deh kok ribet" jawab lily dengan gampang
"eh lo jangan nyontek dila salah semua dapet bebek mampus deh lo" ucap dillo dengan seenak jidatnya.
Dillo itu memang maklhuk paling pinter sekelas dan membenciku entah apa alasannya,aku tak peduli. Saat masuk kelas semua pada heboh
"eh kenapa kok heboh?" kataku heran
Semua menoleh dan seketika kelas hening sedetik kemudian mereka ketawa terbahak bahak,ah kalau inimah aku sudah tau kenapa pasti nilai ulanganku dapet telor kalau enggak bebek. Langsung saja aku ke mejaku mengambil kertas ujian dannn benar nilaiku dapet bebek lagi,padahal kemaren udah belajar.
"enggakpapa nanti kita belajar lagi okeh,belajar bareng deh dirumah gue" kata budi anak pinter tapi tidak sombong
"iya gue setuju" sahut lily
"aku malu sama kalian lebih baik kalian jauhin aku ketimbang kalian malu punya temen kayak aku" kataku menahan agar tak mengeluarkan air mata
"kita itu sahabat kamu dil bukan teman kamu" kata budi sambil menulis sesuatu
"iya sahabat itu mau menemani disaat kamu sedih dan senang" sahut lilly sambil mengambil bulpen yang dipegang oleh budi. Mereka memang selalu begini
Saat pulang sekolah aku berjalan bersama budi yang sok cool dan lilly yang membaca buku sera aku ditenga mereka sambil menunduk sumpah aku malu dan bruuukkkkk karena orang itu tidak melihat dan menabrakku sampeh jatuh dan aku hanya mendengar "dil...." ucap budi dan lily serempak setelah itu aku tidak mendengar apapun.
Aku menyium bau obat ah aku tau aku dimana pasti diuks
"syukurlah gadis idiot sudah bangun" ucap seseorang aku tidak tahu ini siapa
"jaga ucapan kamu dillo!" inimah pasti budi
"bud minum bud" ucapku serak
Budi menyerahkan botol air putih dan diberikan kepadaku langsung aku ambil dan aku minum.
"maafkan aku gadis idiot! Kamu sih jalan tidak melihat kedepan!" kata orang itu dengan nada kesal,menyebelakan!
"terimakasih,aku anggap itu pujian dari kamu" ucapku tulus
"Kan memang idiot dari lahir!" ucapnya lalu pergi begitu saja. Aku hanya memandang punggunya menjauh,gila dia yang gila
"jangan dimasukin hati dil dia emang seperti itu" kata budi aku memandang sekitar sepertinya ada 1 maklhuk yang hilang
"cari lily? Dia masih ditoilet" ah budi memang cerdas
"emang orang yang menabrakku laki laki aneh itu ya?" kataku polos dan budi tersenyum
"iya,dia dillo ketua tim basket katanya tadi dia tidak sengaja mebrukmu dan dia sebenarnya khawatir kepadamu tapi dia berusaha menutupi itu" ah siapa yang tidak terbang dikhawatirkan orang ganteng,pinter walaupun dia dingin dan omongannya pedass
"eh jangan nge...."
"eh mana cowok es batu" kata lily yang baru datang dan memotong ucapan budi
"entah" kataku sok malas
"ayuk deh pulang" kataku lagi
"lo kuat dil?" ucap lily
"kuat gue kuat kok" ucapku
Akhirnya aku berdiri dan berjalan keluar uks dengan budi dan lily disampingku. Saat aku diluar gerbang aku bertemu dillo naik motor ninjanya.
Besok aku lanjut baca ya terimakasih
VOTMEN
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks
Teen FictionPerempuan idiot sepertimu tidak ada gunanya! -Dillo Wiranto Terimakasih,aku anggap itu pujian -Adila Annisa