"Masih banyak kerjaan ya?" Jihan melirik Evan yang masih saja berkutat dengan iPad-nya meski mereka sekarang sudah berada di Garuda Lounge. Siap menunggu panggilan yang akan membawa mereka ke Pulau Dewata.
"Hmm," Evan menanggapi tak jelas Cepat-cepat ia menutup semua aplikasi dan memasukkan benda tersebut ke dalam tas. "Sudah selesai."
"Orang-orang kantor gak cariin kamu? Ngilang dua hari begini?"
Hari ini hari Kamis. Mereka menggunakan pesawat pagi untuk berangkat ke Bali.
"Jangan dong. Aku udah bilang bahwa aku gak bisa dihubungi dari hari ini. Urusan kerjaan bisa menunggu sampai Senin," Evan merangkul pundak Jihan.
"Tapi mereka tahu kalau kamu mau ke Bali? Sama aku?"
Evan mengangkat bahu. "Aku cuma bilang mau cuti. Tapi ya kalau tiba-tiba mereka liat foto di sosmed ya udah."
Jihan tertawa, bersandar di pundak Evan.
"Aku masih gak tahu kamu mau bawa aku kemana aja,"
"Sengaja. Let it be surprise, right?"
***
Evan dan Jihan sampai di Bandara Ngurah Rai hampir pukul setengah 11. Begitu mengambil tas dari bagasi, Evan mengeluarkan ponsel dan Jihan tidak tahu Evan menelepon siapa. Jihan hanya mendengar Evan berkata, "Dimana?" lalu "Mobil saya?" Tidak mungkin kan Evan membawa Camry-nya kesini?
"Ayo, yang," Evan menarik tangan Jihan setelah selesai menelepon. Mereka berjalan menuju keluar dan disambut dengan para penjemput yang mencari turis masing-masing. Evan mencari beberapa saat kemudian mereka melihat seseorang mengangkat papan bertuliskan 'Evan Dirga'. "Itu dia."
"Siang, Pak Evan," sapa orang itu.
"Siang, Pak Putu," sapa Evan, menjabat tangannya. "Mobilnya bisa saya bawa sekarang atau masih Bapak yang bawa?"
"Boleh langsung Bapak aja yang bawa, Pak," Pak Putu mengulurkan kunci berikut STNK Mobil. "Kalau sudah selesai bisa hubungi kami nanti kami jemput."
"Oke. Terima kasih banyak Pak," Evan menerima kunci tersebut dan tersenyum. Pak Putu masih menemani kami hingga tempat mobil tersebut diparkir.
"Aku kira kamu dibawain mobil kamu yang asli," bisik Jihan.
"Aku maunya juga gitu. Biar nyaman. Tapi gak masalah, yang penting kita bisa leluasa kemana-mana,"
Mereka sampai di tempat parkir. Jihan terbelalak karena mobilnya sama persis dengan mobil asli Evan. Meski platnya berbeda.
"Dasar ya," Jihan menggeleng. Evan tertawa saja.
Mereka memasuki mobil dan mulai meluncur keluar Bandara Ngurah Rai. "Sekarang kita kemana?"
"Kita cari makan sekalian cari oleh-oleh gimana? Biar nanti gak usah pusing-pusing beliin oleh-oleh dan fokus jalan-jalan," kata Evan sembari menyetir.
"Boleh,"
"Kamu mau beli oleh-oleh apa, Sayang?"
"Hmm, let me think. Pie susu, kaos-kaos gitu, kacang disco..." Jihan terdiam sebentar. "Mushroom.."
Evan tertawa. "Buat kita aja itu,"
"Heh," Jihan ikut tertawa. "Aku mau kasih ke anak-anak kampus, orang rumah, sama orang di biro aja paling. Kamu?"
"Kamu pilihin oleh-oleh buat keluarga sama anak-anakku di kantor,"
"Oke,"
Evan memilih mengajak makan siang di Bebek Tepi Sawah, tidak jauh dari tempat oleh-oleh yang akan mereka tuju nanti. Jihan menunjukkan wajah takjub saat mereka turun dari mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain on My Parade - END (GOOGLE PLAY)
Любовные романы21+ Jihan selalu jadi pihak yang menanti, terdiam menunggu kekasihnya untuk kembali dari perantauan dengan kesibukan dan mungkin, bunga lainnya. Namun Jihan selalu sabar menghadapi Evan. Meski itu artinya ia harus berdiri sendiri di bawah hujan sek...