Part 7

272 21 2
                                    


Sekian lama, akhirnya Kyoko tersadar. Ia masih terbaring di bilik kayu beralaskan futon. Wajahnya pucat dan masih mengenakan kimono dengan obi yang sudah dilepaskan oleh Yamami. Lehernya masih bertumpu di takamura. Matanya lurus ke depan. Ia menyapu sekeliling kamarnya yang hening lalu kedua bola mata itu terhenti pada sosok yang duduk jauh di sampingnya. Sosok itu duduk di depan pintu biliknya bersama Yamami. "Sensei?" lirihnya. Kyoko menegakkan tubuhnya kembali dan sedikit merapihkan rambut dengan kedua tangan. Dia meraih obi yang terlipat rapih di sampingnya lalu mengenakannya.

Melihat Kyoko sadar, Yamami segera melangkah ke arah dapur untuk membuatkan teh lantas meletakkan di depan gadis itu. "Minum dulu tehnya!"

Kyoko menjawab dengan sekali anggukan sembari melilitkan obi di pinggang.

Yamami segera membantu gadis itu untuk mengenakan obi yang berlapis-lapis. "Kau seharusnya tidak perlu melanjutkan pekerjaan hari ini. Istirahat saja dulu!" ujar Yamami.

"Iie. Saya sudah segar kembali. Saya harus bekerja agar bisa melunasi hutang ibu. Saya lelah dihantui hutangnya yang menggunung." Kyoko tertunduk lemas, "Saya kenapa tadi? Kenapa tiba-tiba di kamar?" lanjutnya.

"Tadi kau jatuh lemas lalu pingsan," jawab Yamami singkat.

"Pingsan? Apakah Arina menguasai saya lagi?"

Yamami mengencangkan obi agar tidak mudah lepas. "Matsumoto Sensei yang mengantarkanmu ke sini. Dia sangat khawatir sekali dengan keadaanmu. Sapa dia baik-baik," Yamami selesai memasang obi, "esok datanglah ke rumah sakit untuk melanjutkan konsultasi," lanjutnya berbisik di dekat telinga Kyoko.

Kyoko bangkit dan berjalan anggun dengan kimono merah ke arah Matsumoto. "Arigatou gozaimashita, sensei." Kyoko sedikit membungkukkan badan sebagai sikap sopan santun.

"Iie," jawab Matsumoto sembari mengibas kedua tangannya, "yang penting, Anda tidak apa-apa," lanjutnya.

Kyoko kembali ke Okiya diikuti Yamami dan Matsumoto. Setibanya di Okiya, lelaki itu sudah tidak melihat teman-temanya—ia ditinggal. "Saya pamit dulu." Matsumoto pamit kepada Yamami dan Kyoko di belakang panggung.

"Kenapa Anda buru-buru sekali? Sensei tidak ingin melihat Kyoko menari?" Yamami mencoba menawarkan.

Karena tidak enak jika menolak, akhirnya Matsumoto meng-iyakan ajakan Yamami. Lelaki itu duduk di meja paling depan bersama Yamami. Sesekali wanita itu menyambut beberapa tamu langganan yang dikenal. Matsumoto hanya membalas dengan senyuman bilamana ada yang tersenyum padanya.

Tibalah pertunjukan Kyoko menari. Alunan musik mulai dimainkan oleh beberapa geisha dengan berbagai alat musik. Dari balik tirai panggung, dua geisha menari dengan dua kipas. Salah satunya adalah Kyoko. Sesekali mereka memutar-mutarkan kipasnya, berputar, mengayunkan tangan dan tak lupa senyuman kepada seluruh tamu.

Matsumoto tertegun melihat gadis yang tengah menari dan selama ini adalah pasiennya. Senyuman di wajah cantiknya terlihat dipaksakan. Polesan bedak menutup wajah pucatnya yang selama ini Matsumoto lihat jika gadis itu datang berkonsultasi. 'Kyoko-san, alteregomu bukanlah ancaman. Sesungguhnya Arina berguna berada di dalam jiwamu sebab pada dasarnya Anda lemah dalam satu hal dan Arina bisa menutupi itu semua. Tetapi saya tidak tega melihat Anda tak berdaya setelah Arina menguasai. Apa yang harus saya lakukan untuk menolong gadis ini?' gumamnya dalam pikiran. Matsumoto tidak benar-benar menikmati pertunjukkan melainkan memikirkan cara untuk menyembuhkan Kyoko.

Futon : alas tidur khas Jepang

Obi : (ikat pinggang kimono)

takamura (bantal kayu yang dipakai Geisha saat tidur)

Iie : (Tidak apa-apa)

Bersambung


Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang