4 | First Kiss
Setelah melewati drama yang memuakkan akhirnya Aluna bisa menarik Ovan keluar dari caffe tempatnya bekerja. Menyeret Ovan ke taman yang hanya berjarak beberapa meter.
"Apa maksud lo bilang gitu tadi?" Aluna mencengkeram kerah polo T-sirt Ovan.
"Kenapa memangnya? Kamu baper?" Tanya Ovan seenak jidatnya.
Tanpa ba-bi-bu Aluna melayangkan tinjunya tepat ke rahang kanan Ovan. Jangan kira sejenis pukulan sayang, Aluna benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya.
Ovan meringis, pukulan Aluna tak main-main, sudut bibirnya robek. Dalam hati ia mulai mengumpati kesalahannya mencari masalah dengan macan betina seperti Aluna.
"Lo pikir lo semenarik apa sampai-sampai gue baper sama lo? Lo itu kayak upil. Kotoran pengganggu." Hujat Aluna tepat di depan wajah Ovan.
Mendengar perkataan Aluna membuat emosi Ovan yang sedari di tahan akhirnya meledak juga. Ovan mencengkeram dagu Aluna, yang dibalas dengan tatapan tajam tak gentar oleh Aluna.
Mau perang? Ayo!
"Kayaknya mulut kamu perlu dibungkam juga." Ancam Ovan.
Sedetik kemudian bibir Ovan sudah mendarat di bibir Aluna. Membungkam habis mulut tajam gadis itu. Aluna hanya bisa melotot, terkejut bercampur marah.
Sekuat tenaga Aluna mendorong tubuh Ovan menjauh darinya. Ovan terdorong ke belakang, memberi jarak antara mereka.
Aluna mengusap kasar bibirnya. Kemudian mencari-cari sesuatu di dalam tas-nya. Merasa tak menemukan apapun, Aluna mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dan berlari ke tepi kolam ikan yang memang berada di taman itu.
Aluna mencuci mulutnya dengan air kolam, menggosoknya kuat-kuat, entah berapa kali ia melakukannya hingga Aluna merasakan perih pada bibirnya.
Ovan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Aluna. Baru dicium dia sudah sepanik itu, batinnya mengejek.
"Hei... Gadis diluaran sana berebutan minta saya cium, kamu yang dengan baik hati saya kasih gratis malah mencuci bibir kamu setelah saya cium." Ovan mencibir kelakuan Aluna yang masih belum berhenti menggosok bibirnya.
Aluna benar-benar muak. Sebelum emosinya kembali menguasai ia memilih meninggalkan lelaki sinting itu sendirian.
Tunggu pembalasanku!
***
"Kenapa loe? Pucet banget..." tegur Sisil, teman kerja Aluna di caffe.
"Gue gak enak badan nih, bos mana ya? Gue mau izin pulang duluan." jawab Aluna seraya mengusap bahunya. Tangannya dilipat di depan dada, berusaha menahan tubuhnya yang mulai menggigil.
"Bos lagi keluar. Pulang aja sana, badan lo menggigil gini. Ntar gue izinin sama bos." usul Sisil prihatin. "Apa mau gue panggilin Ale buat nganter lo pulang?"
Aluna menggeleng, "gue gak apa-apa kok. Masih bisa pulang sendiri. Gue cabut duluan ya..." pamit Aluna, bergegas mengambil tasnya di loker dan keluar caffe.
Dengan langkah gontai Aluna menyusuri trotoar, tadi pagi tubuhnya masih baik-baik saja. Tapi setelah kejadian tak diharapkan itu Aluna tiba-tiba jadi ng-drop. Seolah imun tubuhnya terserap oleh ciuman Ovan.
Sial. Mengingat Ovan menciumnya membuat Aluna merasa kotor. Padahal bagi sebagian orang, itu hanya ciuman, sudah biasa. Berbeda dengan Aluna, dia sangat marah Ovan menciumnya. Hei, bagaimana tidak, itu ciuman pertama Aluna.
Aluna mampir sebentar di sebuah apotik yang berada di pinggir jalan. Membeli paracetamol dan beberapa vitamin. Ia benar-benar demam sekarang, terbukti dari suhu tubuhnya yang kian naik. Aluna merasa kepalanya seperti di timpuk ribuan ton batu. Tepat saat kakinya melangkah keluar apotik kesadarannya lenyap.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVERMORE
Novela JuvenilAluna membenci Ovan, lelaki tak tahu diri yang menumpang di rumahnya. Namun Alinna masih saja bersikeras agar Ovan tetap tinggal di rumah mereka. Entah apa yang sebenarnya terjadi, yang Aluna tau, Alinna tampak menyimpan sesuatu terhadap Ovan. Aluna...