10

21.9K 1.7K 26
                                    


Aku melemparkan pandangan ke seisi restoran ini. Restoran yang tempat terbukanya disulap jadi arena pernikahan Bang Le dan Kak Driana. Dekorasinya minimalis namun manis. Membuat banyak orang pasti tertarik untuk menciptakan pesta pernikahan seperti ini juga.

Akad nikah yang diadakan sore tadi berjalan lancar. Wali nikah Kak Driana adalah adik laki-lakinya. Setelah selesai acara, Kak Driana dan Bang Le berganti pakaian menjadi gaun dan jas biru tua. Meski dengan rambut pendek, Kak Driana tetap menawan.

"Selamat ya kalian berdua, semoga langgeng," kuucapkan selamat pada sepupu-sepupuku yang keren ini.

"Thank you, Jihan," Kak Driana memelukku erat.

"Thank you, Han," Bang Le ikut memelukku juga. Namun kali ini aku yang memeluknya lebih erat.

"Parah, nikahannya keren banget!"

"Berkat Driana yang cerewet banget menjelang hari H," kata Leandro sambil menatap istrinya dengan mesra.

"Tapi kamu juga membiarkan saja," Kak Driana manyun. Membuat Bang Le tak ragu-ragu mencium istrinya ini.

Aku undur diri dari hadapan kedua pengantin ini. Mereka kembali dihampiri tamu-tamu lain. Berbeda dengan konsep pernikahan biasanya, kedua mempelai disediakan tempat di satu sisi dengan dekorasi berbeda. Namun tidak menutup kemungkinan mereka bisa bergerak kesana kemari.

Seharusnya Evan ada disini. Sehingga aku tak harus menghadapi dinginnya malam memeluk diriku sendiri. Harusnya Evan ada, mengenakan pakaian senada dengan milikku, dan kuperkenalkan dia dengan bangga kepada orang lain.

Tapi dia tidak ada.

Beberapa hari setelah insiden di kantornya, akhirnya aku memutuskan untuk membeli ponsel lagi. Kusempatkan mengirimkan pesan pada Evan yang nomornya sudah kuhafal di luar kepala.

Terima kasih untuk semuanya. Maafkan untuk segala kesalahanku. Kita putus. *Jihan

Tak ada balasan dari Evan. Yang artinya memang hubungan kami selesai sampai disini.  Bodohnya aku, aku masih berharap dia akan membalas pesanku dan memberiku penjelasan. Bahwa sebenarnya aku hanya salah paham. Sayangnya harapanku hanya harapan. Tak ada pesan semacam itu di ponselku. Hingga 2 minggu setelahnya.

Aku berkeliling mengambil makanan sendirian. Tidak tertarik menghampiri teman-teman Bang Le yang sebenarnya menarik. Aku hampir tersedak chicken gordon bleu saat melihat orang yang sebenarmya tidak aneh ada disini.

Om Frans berjalan kikuk dari pintu depan ke arah taman. Ia datang sendirian. Kuperhatikan beliau namun sepertinya beliau tidak mengenali aku. Aku ingat apa yang dibilang Kak Driana dulu, bahwa Om Frans sedang berusaha meminta maaf pada putranya. Meski Bang Le tidak bisa menerima dengan mudah. Mungkin memang Om Frans tidak diundang. Tapi sebagai pemilik tempat Bang Le bekerja...

Aku bergegas mencari Tante Dian. Ia sedang mengibrol dengan ibunya Kak Driana.

"Tante..."

"Ya Jihan," Tante Dian menoleh.

"Ada Om Frans..."

Wajah Tante Dian memucat. Setelah berpuluh-puluh tahun akhirnya mereka bertemu lagi.

"Kamu yakin?"

Aku mengangguk.

"Ayo. Sebelum dia ketemu Leandro," Tante Dian bergegas mencari Om Frans, aku mengikuti.

Sayang, saat kami menemukan Om Frans, kami juga melihat bahwa Om Frans sudah bertemu Bang Le. Wajahnya geram dan kesal. Kak Driana bersusah payah menahan agar Bang Le tidak ngamuk.

Rain on My Parade - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang