27

10.2K 666 47
                                    

Waktu berjalan tanpa menanti, bergulir semaunya tanpa permisi

tidakkah sedikit ada rasa iba pada senja yang pagi nya takkan pernah kembali?

................

Gelap. Perih.

hanya itu.

nyeri di kakinya sekuat tenaga dia tahan. matanya tak mampu dia buka. ini benar-benar gelap.

"Sat..."

hening.

"Satriaa..."

Masih juga hening.

"Sat.."

suaranya semakin lemah nyaris tak terdengar.

"Nai, kamu sudah sadar?"

Indra pendengaran Naira bisa menangkap lembut suara sang bunda.

Shabil , menyentuh tangan putrinya yang masih terpasang infus.

"Satria mana bun?"

hening.

"Bun?"

"Satria sudah pulang, dia istirahat. kemarin terluka parah."

"Terus sekarang Satria sudah gak kenapa-kenapa bun?"

"Iya Satria sudah baik-baik aja Nai. kamu sehat dulu ya sayang. kamu gak mau kan Satria sedih? sekarang istirahat dulu."

Shabil membuat putrinya kembali berbaring.

"Nai istirahat dulu ya, bunda tinggal sebentar."

Shabil meninggalkan Naira sendirian. benar-benar sendirian. Dan dia memilih untuk kembali tidur.

..................

"Gimana keadaan nya Naira?"

Tanya seorang laki-laki dengan jas putih, seperti yang biasa di kenakan oleh ayahnya. Naira membuka mata.

"Alhamdulillah, Sudah lebih baik."

Yang di tangkap penglihatannya adalah Alwan. padahal beberapa hari ini dia sudah sangat ingin bertemu dengan Satria, dia pikir dia akan segera melihat Satria sekarang.

"Mas Alwan, Ayah, bunda, kakak, mama."

Naira tersenyum mengabsen satu persatu wajah yang berhasil dia lihat.

"Satria mana ma? dia gak mau ketemu aku apa?"

Hening. semua hanya bisa diam, tak tau apa yang harus diucapkan.

"Ehhmm, Naira sudah bisa pulang ya hari ini. tapi seminggu sekali saya akan mengirim team untuk membantu theraphy penyembuhan kaki Naira. selama di rumah usahakan untuk istirahat yang cukup, jangan terlalu banyak fikiran. Om Bayu pasti lebih paham deh harus gimana. ya kan om?"

Dokter itu berusaha mencairkan suasana yang mendadak jadi tak nyaman.

"Ayo Nai, bunda bantu ganti pakaian."

"Satria sama papa mana bun?"

"Sudah Nai ganti pakaian sama bunda, nanti mama beres-beres setelah itu kita ketemu Satria sayang. Ayo buruan Satria pasti udah nungguin kamu. dandan yang cantik ya."

Ayah dan Alwan meninggalkan ruangan untuk mengurus administrasi serta menyiapkan kendaraan.

"Ma, tapi Satria tau gak Kalau Nai sekarang belum bisa jalan? Nai pasti bakal diledekin abis-abisan deh sama Satria. ih dia kan nyebelin ma."

Seikhlas Langit [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang