21

5.4K 163 5
                                    

Karena Kia dan Gigih sedang ada study tour ke taman safari, rencana yang sudah Rico janjikan untuk bertamasya dengan keluarga gagal.

Untung saja tadi Gigih yang mempeingatkan. Kalau tidak, bisa tak ikut study tour sekolah mereka.

Rico dan Al mengantar kedua anaknya itu kesekolah. Ia juga sudah menawari sang anak, jika mereka nanti akan menyusul. Namun ditolak Gigih. Ia tak melihat teman-teman sekelasnya membawa orangtua. Kia juga menyetujuinya.

Jadilah, setelah menghantarkan kedua anak itu kesekolah, Rico dan Al bersama Qilla berjalan-jalan ke mall. Menghabiskan waktu libur Rico.

Sangat jarang memang, untuk menikmati quality time yang sesungguhnya. Rico beberapa hari ini sibuk dengan urusan kantornya. Padahal ia seorang CEO, diperusahaan itu. Bisa saja semua tugas itu ia serahkan ke wakil.

Al tak habis fikir dengan itu. Sebisa mungkin ia mencoba untuk tetap positif dengan suaminya.

Jika Rico ingin berselingkuh, atau bermain api. Ia harus ingat 3 anaknya. Berkeliling, mencari pakaian untuk kedua anaknya. Dan dirinya.

Lama mengitari mall, hingga satu titik pandangan Rico teralih. Ia masih setia menggendong Qilla didekapannya. Dan Al yang masih sibuk memilihkan baju-baju anaknya.

"Rico?" Tegur wanita yang sejak tadi ia perhatikan. Qilla masih asik dengan shihlin rasa jagung.

"Nara?"

"Apa kabar lo?" Tanyanya. "Sama siapa? Anak lo? Udah nikah?" Pertanyaan bertubi-tubi yang Nara tanyakan untuk Rico.

Nara, mantan terindah Rico. Sangat sulit rasanya untuk melupakan wanita itu.

"Iya, anak gue." Jawabnya canggung. "Dek, salim dulu sama tantenya." Anak itu mengehentikan aktifitasnya. Menatap perempuan yang baru ia lihat. Kemudian menjulurkan tangannya yang kotor akibat shihlin.

"Qilla tante," Rico menirukan suara anak kecil, saat Qilla menyalim tangan halus Nara.

"Anak pinter," puji Nara. "Istri lo mana?" Rico menunjuk Al yang masih asik di area baju anak-anak.

"Suami takut istri lo," cibirnya. "Lo disuruh jaga anak, istri enak-enak belanja. Istri kurang ajar tuh."

Rico diam, Qilla masih tetap asik dengan makanan itu.

"Anak lo udah berapa?"

"Tiga,"

"Gila, mau koleksi anak lo? Bego banget sih istri lo, gak bisa kepikiran untuk program KB."

Tidak ada belaan dari Rico, saat istrinya dijelek-jelekan oleh mantannya. Mantan pacarnya.

Rico sedikit merasa setuju dengan ucapan Nara, Namun, tangan mungil yang masih bergelayut dilehernya menyadarkannya. Qilla tiba-tiba saja mencium pipi kiri Rico. Ia tersenyum.

"Banyak anak, banyak rezeki. Udah program, gue sama Al untuk rencana punya anak tiga."

"Lo, cinta sama istri lo?"

"Nggak---"

Belum sempat, ia meneruskan ucapannya. Al sudah memotong pembicarannya. Berapa lama Al disana? Rico takut Al mendengar semua ucapan Nara. Dan tanpa pembelaan untuknya.

"Rico.." panggilnya pelan. "Eh siapa?" Jelas disini Al sangat berbasa-basi.

Nara mengulurkan tangannya.
"Nara, temen Rico. Lebih jelasnya. Mantan terindah Rico." Senyuman miring tergambar jelas di wajahnya.

"Oh mantannya ya?" Kata Al paham. Ia mengambil Qilla dari gendongan Rico. "Sini dek sama Bunda. Bunda mau ngepas baju. Duluan yaa? Rico kalo kamu mau pulang atau bincang sama mantan kamu nggak papa kok." Al menekan kata mantan, disela ucapannya.

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang