Bel istirahat kedua berbunyi. Hampir semua siswa berhamburan keluar kelas untuk keperluannya masing-masing. Begitu juga dengan Trisa dan keempat cs-nya yaitu Eci, Sofi, Marni, dan Siti yang akan pergi ke kantin.
Saat on the way, tiba-tiba mata Trisa tertuju pada cowok Indo dan seorang temannya yang sedang berpapasan dengan mereka. Takjub sekaligus kagum, itulah yang dirasakan Trisa. Tanpa sadar dia meremas erat lengan Eci karena gemasnya.
"Woi cuy, lo kenapa sih?" tanya Eci kesal, menarik lengannya yang diremas Trisa.
"Hehehe, ups sorry," kata Trisa nyengir salah tingkah.
"Ih aneh banget deh," protes Eci.
"Udah ah, yuk," kata Trisa sambil menarik lengan Eci sambil berjalan cepat untuk mengejar ketiga teman lainnya yang sudah berjalan duluan.
Dikantin, Trisa tak bisa tenang. Dia selalu menoleh pada setiap orang yang memasuki kantin. Tentu saja dia berharap cowok tadi datang ke kantin ini. Sepuluh menit berlalu, namun yang diharapkan Trisa tak kunjung muncul.
Semua temannya tak memperhatikan sikap Trisa itu kecuali Eci. "Eh Tris. Lo kenapa sih celingak-celinguk terus daritadi?" tanya Eci berbisik. "Lo nyari siapa?"
"Ih ga ada kok. Gue gak lagi nyari siapa-siapa."
"Trus lo tadi gelisah mulu sambil celingak-celinguk itu keapa?"
"Hehehe, cuma pengen aja."
"Dih tu kan, lagi-lagi lo aneh."
"Eh kalian bedua lagi ngomongin apaan sih?" tanya Sofi yang memperhatikan mereka. "Serius amat."
"Noh si Trisa lagi nyari seseorang," jawab Eci menyela.
"Ihhh, kaga kaga," balas Trisa. "Eci mah ngawur tuh," katanya lagi sambil pura-pura sibuk makan mie goreng yang daritadi dianggurinnya itu. Dia berharap tak ada lagi yang melanjutkan pembahasan.
Beberpa menit kemudian bel masuk terdengar. Mereka berempat pun beranjak bergegas untuk membayar makanan dan minuman mereka masing-masing. Bukan apa-apa, bagi siswa baru yang baru bergabung selama tiga bulan bersama SMA Swasta Bintang Utama, sudah selayaknya mereka patuh dan menaati peraturan sekolah, seperti tidak terlambat masuk. Mungkin berbeda halnya jika nanti mereka sudah jadi kakak kelas, mungkin bisa agak sedikit tiat taat peraturan.
Dikelas X-2, sudah hampir seluruh siswa masuk dan duduk dibangkunya masing-masing meski guru yang mengajarkan subjek berikutnya belum lagi muncul. Trisa sendiri sedang sibuk menggosip bersama Marni yang duduk tepat di belakangnya.
Tak ada angin tak ada ujan, bagai ketiban duren runtuh, tiba-tiba Trisa di-shock-kan dengan kedatangan seorang cowok di kelasnya. Cowok tersebut menuju ke bangku salah seorang teman sekelas Trisa, Leon, dan kemudian membiacarakan yang entah apa selama tak kurang dari tiga puluh detik, selanjutnya cowok tadi keluar. Ya, itu adalah cowok tadi yang berpapasan dengannya. Meski baru sekali melihat, tapi Trisa yakin dengan sangat kalau dialah orangnya.
muncul berbagai pertanyaan di benak Trisa. Ada hubungan apa cowok itu dengan Leon, teman sekelasnya yang juga kebule-bulean itu. Kalau dlihat dari penampilannya, si cowok tadi sepertinya kakak kelas, sebab seragam yang dikenakannya tak lagi terlihat baru seperti seragam sekolah yang dipakai rata-rata siswa seangkatannya. Sangat banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dibenak Trisa mengenai cowok tersebut. Dan tindakannya yang paling pasti adalah, menyakan pada Leon siapa dan apa hubungannya dengan cowok itu.
"Stand up! Give our respect to the teacher!!!" Salam hormat pembuka dari Reza, sang ketua kelas, untuk setiap guru yang datang membuyarkan lamunan Trisa. Selanjutnya, seisi kelas pun berdiri, memberi salam dan kemudian duduk. Pelajaran pun dimulai kembali.
***
Akhirnya bel pulangpun berbunyi juga. Trisa setengah mampus menunggu waktu ini. Pelajaran Kimia selama dua les sama sekali tak masuk ke otaknya.
"Eh gue duluan ya cuy," kata Trisa pada teman-temannya yang cuma disambut dengan bengong oleh mereka. Kemudian degan tergesa-gesa dia setengah berlari keluar kelas. Rupanya dia hendak mengejar Leon yang sudah keluar duluan.
"Yon, Leon, tunggu," panggil Trisa.
Leon menoleh. "Kenapa Tris?" tanya Leon sambil menghentikan langkahnya.
"Eh ada yang mau gue omongin ke elo."
"Soal apa ya?"tanya Leon lagi, sinyal bingung tersirat pada dahinya yang berkerut.
Nah loh. Sekarang Trisa yang bingung mau bicara mulai darimana. "Eh, anu, itu. Hehehe... Mmm, oh ya tadi, yang dateng jumpain lo ke kelas itu siapa?" Trisa akhirnya berhasil menjelaskan maksudnya meski dengan susah payah dan terbata-bata.
Leon seperti mengingat sesuatu sebelum kemudian faham siapa yang dimaksud Trisa. "Yang dateng pas Bu Tika belum masuk ya?"
Trisa mengangguk.
"Oh itu kakak gue. Kenapa emang?"
Trisa agak kaget meski gak kaget-kaget amat, karena jelas keduanya memiliki tampang belasteran. "Mmm, gpp sih, hehehe."
Leon menaikkan alisnya, seolah mengisyaratkan 'Beneran ga ada apa-apa?'
"Mmm, oh ya kalau boleh tau nama kakak lo tuh siapa?"Trisa sepertinya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menanyakan inti paling penting soal kakaknya si Leon itu.
"Ronny," jawab Leon.
"Kalo kakak lo berarti setingkat atau dua tingkat di atas kita. Trus kak Ronny kelas berapa?" tanya Trisa dengan konyolnya.
"XI-IA2,"jawab Leon lagi.
Cukup deh pikir Trisa. Nama dan kelas, dua info itu lebih dari cukup buatnya. "Hemm, Oke deh, kalau gitu yaudah deh, hehe. Thanks ya."
"Oke," jawab Leon singkat. Leon emang typikal orang yang pelit basa-basi.
"Eee, KETAUAN YA," suara koor keempat temannya mengagetkan Trisa.
"Buet dah, kalian bikin gue jantungan aja."
"Ih bisa banget lo ya Tris. Jadi main tunggal nih ceritanya?" sela Siti pada Trisa.
"Gaje banget. Main tunggal gimana? tanya Trisa.
"Tuh, tadi. Lo lagi gembelin si Leon kan," timpal Sofi.
"Rempomg deh. Iya kali gue gembelin si Leon, ogah banget."
"Ati-ati lo Tris, dijambak ntar sama si Stella," kata Marni ikut-ikutan. Ya, seperti diketahui mereka bersama, kalau Stella, siswa kelas X-1 naksir berat sama teman sekelas mereka Leon.
"Jambak-jambak apaan ya gue bales jambak juga dong kalo sampai itu terjadi," kata Trisa sok menantang.
"Jadi beneran lo mau main api di belakang Stella?" tanya Eci.
Trisa bingung mau jujur apa boong kalau dia naksir abangnya Leon. Kalau boong pasti teman-temannya akan salah faham terus, nah kalau jujur pasti teman-temannya akan menertawainya, secara dia kan baru hari ini bertemu dengan cowok bernama Ronny.
"Udah ah jangan pada kepo. Ntar kalo tepat waktunya gue kasih tau deh," kata Trisa penuh misteri sambil berjalan meninggalkan teman-temannya. Keempatnya hanya bisa tersungut kesal.
______________________________________________________________________________
Reader yang manis, sampai sini dulu part 1 nya. Vote dan komen kalian semua akan sangat mendukung kelancaran penulisan selanjutnya. Kiss manis buat kalian semua :* muahh hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
THE IDIOT MOMENT
FanfictionIni merupakan hari-hari konyol masa putih abu-abu milik Trisa, setelah dia mengenal Ronny, kakak kelas yang super duper famous dan cakep tentunya. Tak hanya naksir berat, Trisa juga jadi pemuja rahasia setia Ronny. Bahkan trisa tau tentang keseluruh...