Merkurius

100 6 2
                                    

"Lang, gue suka sama lo" nada getir yang keluar dari mulut perempuan itu diabaikan oleh lelaki yang ada didepannya. Lelaki itu malah pergi tanpa sepatah kata pun yang dia ucapkan. Miris.

Andai kejadian 3 tahun yang lalu itu gak pernah terjadi. Dia mungkin gak bakalan seperti ini. Semua ini salahku dan aku harus bertanggung jawab.

Di sebuah ruang di rumah sakit

"Eh nak Langit, udah lama ada disini? Tadi Ibu keluar dulu untuk mengurus obat Meta. Sudah sarapan belum?" Tanya wanita paruh baya itu padaku.

"Ah Bu, saya baru datang kok. Apa Meta sudah bisa pulang Bu? sudah kok Bu, tadi kebetulan saya sarapan bubur didepan".

"Keadaannya sudah membaik nak, kata dokter Meta sudah bisa pulang 3 hari lagi. Terimakasih ya nak selama ini kamu mau jagain Meta".

"Itu sudah kewajiban saya Bu, Meta gak akan seperti ini kalau bukan karena saya" tutur kata Langit yang menyesali kejadian di 3 tahun yang lalu.

Berkali-kali dia bilang seperti itu. Dia selalu baik padaku. Dia bahkan selalu ada disaat yang lain menjauhiku. Tapi, bodohnya aku yang sama sekali gak punya perasaan sedikit pun untuknya.

Hingga akhirnya malam itu menjadi malam yang sangat mengerikan dalam hidupku. Wanita itu lebih memilih menyelamatkanku dibanding menyelamatkan dirinya sendiri. Bodoh.

Hari pertama dikampus baru dan di semester pertama pula. Rasanya langit yang cerah menyambutku dengan rona bahagia yang dipancarkan melalui semburat sunrise cantik dan kicauan burung-burung didepan jendela kostan ku. Hai, namaku Lyra Sentosa Gilea. Karena hari ini adalah hari pertamaku masuk kuliah rasanya deg-degan sekali. Huh.

"Hi Lyra" sapa seorang perempuan berjilbab merah itu padaku.

"Hi..."

"Gak usah kaku gitu deh. Lo sama gue itu kan sekelas bego" bisiknya.

Jaga image dihari pertama itu penting buatku makanya aku menahan diri untuk tidak terlalu riang saat Jehan menyapaku. "Jaim dikit Je, siapa tau dapet kakak tingkat ganteng"

"Anjir gue kira tadi bukan lo. Haha J A I M banget soalnya. Wess ngomong-ngomong soal kakak tingkat lo udah ketemu sama pangeran lo belum?" Dengan menekankan kata jaim Jehan lantas menanyakan lelaki yang menolongku semasa ospek kemarin.

"Belom Je, gue harap hari ini gue bisa ketemu pangeran gue"

"Aamiinin jangan?"

"Jir aamiinin dong aamiinin".

Sesampainya dikelas kami berdua disambut si chubby Mupa. Perempuan yang super duper asik ini memiliki pipi yang sangat aduhai. Dan membuat semua orang yang melihatnya pasti gemas ingin mencubit pipinya.

"Jehaaan jehaaan sini coba cepetan" teriak Mupa yang super heboh.

Dengan wajah kebingungan Jehan pun mendekat "Apaan sih heboh banget lo jadi orang"

"LoharustaukalautadigueketemuKakSenja" sahut Mupa.

"Lo kalau bicara pake spasi napa Mup. Coba ulang lagi, tadi lo ngomong apa?"

"Lah si Mupa emang kaya gitu kali Je. Maklumin Je, maklumin" sambungku yang langsung pergi meninggalkan mereka ke toilet.

"Ishh.. jadi gini Je, tadi pas di lift gue ketemu sama Kak Senja. Dan yang paling bikin gue seneng kaya gini tuh karena dia senyum sama gue Je. S E N Y U M Je senyum" kata Mupa dengan girangnya.

"Demi apa lo Mup? Tuh kan gue bilang juga apa. Kak Senja tuh super duper baik. Gue aja kemarin di tolongon dia. Ah pokonya the best lah" timpal Jehan.

My NyctophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang