26. Tak Berjejak

3.5K 262 16
                                    

Sementara Sendiri, Geisha🎶

"Bahkan sekarang kamu pergi, meninggalkan sejuta rasa kecewa yang melebur dengan berbagai rasa dan juga harapan yang kamu ciptakan."

HARI demi hari serasa bergulir dengan sangat cepat. Rasanya, baru kemarin ia mendaftar menjadi calon siswi baru di Antariksa. Dan sekarang? Dia sudah hampir menyelesaikan masa kelas sebelasnya. Yah, meskipun ini masih di bilang berada di pertengahan tahun ajaran.

Akhir-akhir ini memang sudah banyak perubahan dalam hidupnya. Salah satunya adalah; dimana hubungan dia dan Raffa makin hari makin renggang. Tak ada lagi sosok Raffa yang selalu berdiri di depan kelas Adena, menunggu gadis itu untuk mengantarnya pulang. Tak ada lagi sosok yang biasanya membuat Adena menjadi sorotan publik karena berjalan beriringan dengannya. Semuanya nampak beda ... Beda dengan hari dimana dia dan sosok itu bertemu.

Dengan malas, Adena melangkahkan kakinya ke dalam salah satu bilik di toilet. Perutnya dari tadi memang sakit sehingga memaksa dia untuk rela bolak-balik toilet untuk mengikuti kemauan perutnya.

Awalnya semuanya berjalan baik, Adena yang bisa bernapas lega karena perut sudah agak mendingan, harus menerima nasib buruk lagi yang menimpanya. Karena saat itu, saat Adena baru saja ingin merapihkan seragamnya, satu ember besar yang berisi air langsung membasahi sekujur tubuhnya.

Gadis itu hanya bisa menatap baju seragamnya yang basah dengan nanar.

"Eh? Sori, airnya kena di elo, ya?" Ujar seorang perempuan bertubuh atletis saat Adena baru saja membuka pintu toilet.

Adena mengembuskan napasnya kasar. Perempuan yang berdiri di hadapannya itu merupakan salah satu perempuan yang tidak mau ia temui di sisa hidupnya. "Sebenernya masalah gue sama lo apa, sih?" Balas Adena, mencoba untuk mengontrol amarahnya.

"Masalah lo sama gue apa?" Gita mendecih. "Jelas-jelas yang jadi biang masalah disini itu elo!"

"Sekarang gue tanya, gara-gara siapa Raffa di DO dari sekolah, kalo bukan karena lo! Gara-gara ketemu lo, hidup Raffa jadi sial tau gak?!" Timpal Gita saat Adena hanya bisa mengerutkan dahinya dalam-dalam.

"Di DO?" Tanya Adena kurang yakin. Masalahnya, Raffa sama sekali tidak memberitahu Adena apa-apa tentang masalah ini.

"Jangan pura-pura bego! Lo pasti udah tau, kan, kalo pada akhirnya semua bakalan jadi kayak gini? Gak usah bohong. Gue tau, purpose lo selama ini deketin Raffa yaitu buat hancurin dia, kan?!" Balas Gita sengit. Tatapannya yang langsung melakukan kontak mata dengan Adena menyiratkan betapa ia membenci gadis itu. "Raffa emang sial ketemu sama lo. Tapi, setidaknya dia udah bisa sadar sekarang. Sadar gimana bedain cewek yang bener-bener tulus sayang sama dia, sama cewek yang cuma bisa hancurin hidupnya!"

Ucapan Gita saat itu memang langsung membekap mulut Adena. Tak ada lagi yang bisa ia katakan untuk membela dirinya sendiri, karena kenyataannya, ia sendiri tidak tahu apakah dia benar, atau salah seperti yang dikatakan Gita.

****

Bel berdering kencang. Adena lantas langsung cepat-cepat membereskan barang-barangnya, lalu secepat kilat melarikan dirinya ke lantai paling atas, dimana ada beberapa kelas yang bertuliskan angka 12.

"Eh, Kak!" Sahut Adena saat melihat sosok Gista dan Julian yang baru saja keluar dari kelas.

"Nana, kenapa?" Gista menyahut.

"Liat Raffa dimana?" Tanya Adena sambil sesekali melirik belakang punggung Gista dengan harapan semoga Raffa berdiri di belakangnya.

Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang