Bab 2.... Pria Yang Sama Hati Yang Berbeda

62 6 0
                                    

                                                                                                                    Part 1

     Kantin sekolah mulai sepi. Lima menit lagi bel akan berbunyi, pertanda akhir dari jam istirahat. Secara bergiliran murid-murid mulai meninggalkan kantin. Keila dan Dita masih di meja kantin, melahap makan siang mereka dengan sedikit tergesa. Selesai menghabiskan makanan di piring, mereka segera menghampiri ibu kantin. Keila menghampiri mesin pendingin dan mengambil minuman kaleng dari dalam mesin itu. Kemudian ia mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar minuman yang diambilnya dan makanan yang sudah dilahapnya habis.

     "Kamu itu terlalu baik sama Alicia," komentar Dita.

     "Kenapa?"

     "Semua orang tahu insiden kemarin siang. Untung kamu nggal terlibat masalah."

     "Aku nggak akan terlibat masalah."

     "Dia itu aneh. Lebih baik kamu jauhi dia. Lagipula aku yakin, dia nggak pernah menganggapmu salah satu temannya. Kan, dia bukan manusia. Dia monster. Makanya nggak pernah bisa bergaul sama manusia. Jangan sampai kamu terlibat masalah karenanya. Lebih baik pindah tempat duduk dan jauhi dia."

     "Alicia nggak sepicik itu, jangan khawatir." Keila memperlihatkan senyumnya.

     Dita menghela napas.

     Sesampainya di bangku, Keila menyodorkan minuman kaleng yang dibawanya di hadapan Alicia."minum?"

     "Aku nggal butuh," jawab Alicia acuh.

     "Siapa tahu nanti kamu haus."

     Alicia mendongak memandang Keila."Kamu punya penyakit nggak bisa mendengar? Tuli?"

     Dita yang melihat mereka dari bangkunya jadi kesal. Dikiranya Keila membeli minuman kaleng itu untuk diri sendiri. Ia sama sekali tak mengerti cara berpikir Keila. Mengapa sahabatnya itu tidak pernah mengerti bahwa Alicia tidak bisa bergaul dengan orang lain. Alicia tidak membutuhkan orang lain. Alicia hanya membutuhkan dirinya sendiri.

     Dengan gusar, Dita berdiri dan sesegera mungkin menghampiri Keila dan Alicia."Bisa nggak, sih, kamu bicara lebih sopan?"

     Alicia beralih memandang Dita." Dia bukan babu. Apa aku minta di belikan minum?", balasnya dengan sikap dingin seperti biasa.

     "Cukup bilang terima kasih. Itu nggak sulit."

     "Aku nggak minta tolong, nggak ada yang harus berterima kasih."

     Dita dan Alicia beradu pandang dalam kemarahan. Ingin sekali Dita mencakar wajah Alicia. Namun sebelum itu terjadi, Keila lebih dulu menarik tangan Dita kembali ke tempat duduknya.

     "Aku baik-baik saja," ucap Keila.

     "Sudah ku bilang jangan dekat-delat dengannya," Dita menggeram marah.

     "Kita nggak harus memperpanjang masalah ini."

     Dita diam dan menghembuskan napas kesal.

     "Tapi, thanks. Kamu sudah membelaku," Keila tersenyum, menepuk-nepuk punggung Dita berusaha menenangkannya.

     "Keila!" Panggil seseorang yang langsung menghambur ke kelas Keila.

     Keila berbalik. Aurora berdiri disampingnya dengan sikap sangat ceria.

     "Ada rapat sekarang."

     Keila mengangguk. Ia melangkah kembali ke bangkunya lalu mengeluarkan memo kecil dan bolpoin dari dalam tas. Sebelum pergi, Keila kembali mengambil minuman kalengnya dan meletakannya di atas meja Alicia, tepat disamping diary.

AGUACEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang