Part 9

142 11 0
                                    


***
"Aku tak bisa. Hidupku tak akan lama lagi."

dinda tersenyum tipis. "Jika Hazel Grace dan Augustus Waters bisa saling menerima apa adanya, mengapa aku dan kamu tidak bisa?"

dinda memegang tangan rizky yg dingin dan berlutut di hadapannya. "Will you be my Augustus Waters?"

***
dinda sedang mengitari taman rumah sakit bersama rizky. Tugasnya sebagai pelajar sudah usai dan sekarang giliran dinda menjalankan tugasnya sebagai kekasih seorang lelaki yg istimewa.

"dinda" rizky memegang punggung tangan dinda yg sedang bersandar di atas pendorong kursi roda yg dingin.

"Aku ingin bertanya."

dinda memberhentikan kursi roda rizky dan segera mendekatkan wajahnya dgn wajah rizky. "Apa?"

"Ada hubungan apa kamu dgn billy?"
dinda terkekeh pelan dan memundurkan wajahnya beberapa senti. "Yes, pacar aku cemburu. Rizky Nazar cemburu sama aku. Akhirnya."

rizky tercengang melihat jawaban dinda dan segera menepuk dahinya.

"Aku serius, sayang."

"Oke." dinda kembali terdiam dan menatap rizky dalam2

"Kamu mau tau banget ya?" rizky mengangguk dan menampakkan wajah antusiasnya.

"Tapi jangan kasih tau siapa2 ya?"

"Iya, dinda nazar"

dinda mendekati wajahnya ke telinga rizky. "Mau tau banget deh." dinda segera menjauhkan bibirnya dr telinga rizky dan segera tersenyum.

"Udah? Itu rahasianya?"

dinda mengangguk dan tersenyum lebar.
"Gimana? Rahasianya keren banget kan? Jangan kasih tau siapa2 ya?"

"Yaudah, nggak akan aku kasih tau siapa2." rizky ikut tersenyum dan mengedipkan matanya genit. "Tapi jangan bilang sama siapa2 juga ya kalau sebenernya dinda itu jelek."

dinda langsung menatapnya keras. "Ih, rizkyyy"

dinda tersenyum ketika melihat rizky tergelak karena ulah konyolnya. Sudah lama ia tdk melihat rizky tersenyum dan menatapnya penuh kegembiraan.

"Kamu suka sama aku sejak kapan?"

rizky langsung terdiam dan memejamkan matanya. "Aduh, maaf ya, aku lagi tidur, jangan diganggu."

dinda langsung mendekati rizky dan mengecup bibirnya cukup lama. "Gimana? Kalau sekarang udah mau diganggu kan?"

rizky tersenyum jahil dan mengangguk. "Boleh boleh." rizky menatap dinda dalam2. "Aku nggak pernah suka sama kamu."

"Lho? Kok kamu ngomongnya kaya begitu sih?"

rizky terkekeh kecil. "Iyalah, kan aku nggak pernah suka sama kamu, tapi aku cinta sama kamu."

"Sampai sekarang?"

"Iyalah sampai sekarang."

dinda tersenyum dgn pipi merah muda yg mengembang. "Ah, suka bikin malu."

***
dinda menghampiri dan duduk di samping rizky ketika dokter datang untuk melakukan pemeriksaan rutin.

Dokter itu tersenyum hangat pada dinda. "Selamat siang, Nona."

"Siang, dok. Bagaimana keadaan pacar saya?"

Dokter itu segera memeriksa denyut nadi rizky dan seluruh hal lain yg memang penting untuk diperiksa. "Ada kabar baik untukmu. Besok rizky sudah boleh pulang ke rumah."

dinda langsung menatap rizky dgn gembira begitupun sebaliknya. "Terima kasih, dok."

***
dind sedang berjalan menyusuri koridor sekolah. Rizky belum diperbolehkan sekolah karena keadaannya yg belum benar2 pulih.

"Hai."

dinda melirik punggung tangan yg sedang bersandar di atas bahunya. "Jangan bercanda, billy."

billy terkekeh dan segera merangkul dinda. "Ke kantin yuk? Mau nggak?"

"Males, nggak mood," ucap dinda sembari melepaskan tangan billy.

"Ayolah, dinda. Aku rindu senyuman manismu itu." billy menggelitiknya dan terdiam. "Mau ya?"

dinda memberhentikan langkahnya dan menoleh ke arah billy. "Senyumanku hanya untuk rizky seorang." dinda segera memasuki ruang kelas dan melempar tasnya di tempat duduknya.

Billy menghampiri dinda dan memeluknya dr belakang. "Ayolah, dinda"

dinda menepis dan menampar billy. "Cukup bil! Apa maumu? Mengapa kamu terus mengganggu ku?"

billy memegangi pipinya yg memerah. "Aku hanya tdk bisa melihat kamu dgn rizky bahagia."

***
Semenjak kemarin, billy selalu terdiam dan tdk pernah mengganggu dinda lagi. Ia selalu bersikap dingin dan menghiraukan perkataan dinda.

"billy"
billy terdiam kaku.

"billy"
Lagi2 Ia hanya terdiam.

"billy!"
billy tersentak dan menoleh ke arah dinda dgn tatapan dingin. "Apa?"

"Marah ya?"

billy menggelengkan kepalanya dan kembali terdiam.

"billy, ayolah."

dinda berjalan menghampiri billy dan memegang punggung tangannya. "Maafin ya?"

billy menepis tangan dinda dan mendorongnya ke tembok dgn kasar.

"Jangan pernah mendekatiku jika yg kamu mau hanyalah menyakiti diri dan perasaanku."

dinda tak berani menatap mata billy yg memandang keras ke arahnya. "Aku hanya ingin meminta maaf."

"Omong kosong."

dinda menoleh ke arah billy. "Mengapa kamu berubah?"

***
Hari ini dinda berkunjung ke rumah rizky dan memutuskan untuk menceritakan semuanya.

"rizky, aku takut."

"Takut kenapa?" tanya rizky sembari mengelus pipi dinda pelan.

-bersambung-

TERINDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang