8. Pengorbanan dan Penyesalan

40.3K 1.4K 96
                                    

Evan mengusap air mata Raysa menggunakan ibu jarinya, diusapnya perlahan. Tangisan Raysa sudah mereda, lalu ia mendongakkan kepalanya untuk menatap mata Evan.

"Abella dihamili sama temannya di kantor, Van..," lirih Raysa.

Mendengar itu, seketika Evan menghembuskan napas tenang secara perlahan. Ritme jantungnya kembali normal, dan Evan bisa meringankan sedikit beban dipundaknnya.

"Udah Sa, jangan nagis lagi. Ingat sama kesehatan kamu."

Evan langsung menarik Raysa kembali dalam pelukannya. Dihirupnya aroma parfum Raysa dalam-dalam. Dalam hati Evan benar-benar lega Raysa tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi hati Evan juga sakit, memendam semua apa yang ia lakukan ini sendirian. Memendam rasa bersalahnya kepada Raysa.

"Kamu bisa ceritakan semuanya sama aku, Sa." Evan mencium bibir Raysa dengan lembut.

Setelah merasa Raysa cukup tenang, Evan membawa Raysa keruang makan dan menuangkan segelas air mineral untuk Raysa.

"Makasih Evan," ucap Raysa seraya menerima gelas yang diberikan Evan.

Evan tersenyum tipis, lalu duduk dihadapan Raysa. Tangannya meraih tangan kiri Raysa yang tidak sedang memegang apapun. Lalu Evan menggenggam tangan Raysa sambil dielusnya telapak tangan putih nan lembut itu.

"Jadi, apa yang sebenernya terjadi?" Tanya Evan.

Raysa menarik napas lalu menghembuskannya kembali. Ditatapnya mata Evan dengan sayu. "Diawali dari Reno, dia tertarik sama Abel. Singkat cerita, aku kenalin Abel sama Reno. Disitu aku lihat, Abella kayaknya juga suka sama Reno."

Entah kenapa saat Raysa menceritakkan hal ini, rahang Evan mengeras tanpa disadarinya dan hatinya memanas. Entah kenapa Evan tidak suka kalau Abel dekat dengan lelaki lain selain Evan.

"Seiring waktu, Reno jadi makin intens ke apartemen Abel, jemput dia dikantor, makan malam berdua, Reno kira Abel juga punya perasaan yang sama seperti Reno. Tapi, tiba-tiba Abella bilang ke Reno untuk jangan deketin dia lagi. Soalnya Abella lagi mengandung. Aku kaget waktu Reno cerita ini ke aku. Jadi, aku Line Abel suruh dia dateng ke café tempat aku sama Reno ngobrol tadi siang. Terus Abel cerita, kalau dia ternyata hamil. Usia kandungannya juga sudah masuk empat bulan ini, terus dia akhirnya cerita kalau dia hamil karena ceroboh juga waktu one night stand sama teman kantornya." Raysa mulai terisak lagi.

"Sa, sudah tenang ya.. Kamu jangan nangis lagi. Kalau kamu kepikiran ini terus, kondisi kamu bisa makin drop."

Raysa menggeleng, "Enggak, Van! Aku enggak tega ngelihat Abella yang harus hamil tanpa ditemani seorang suami, temannya itu kabur dan enggak tanggung jawab dan aku sedih kenapa Abel enggak cerita sama aku atau kamu sebelumnya. Kita 'kan sahabat dia!"

"Mungkin Abel takut membuat kamu kepikiran. Lihat sekarang, kamu diceritain kaya gini sama Abel udah langsung nangis dan kepikiran kaya gini. Kondisi kamu sekarang ini, kamu enggak boleh stress, Sa. Abel pasti enggak mau lihat kamu terpuruk kaya gini. Tolong jangan nangis gini lagi. Semangatin Abel, dan jadilah sahabat yang baik buat Abel, yang bisa mendukung dia."

Setelah mengucapkan hal ini Evan serasa kepalanya dipukul sebuah bola bowling, omongannya terasa bodoh. Evan tidak pantas berucap seperti itu. Evan seharusnya diam. Apapun yang dia bicarakan dengan Raysa mengenai Abel itu salah! Semua adalah perbuatannya dan tanggung jawab Evan.

Raysa menggenggam tangan Evan lebih erat.

Abella memang benar, kalau Raysa adalah wanita paling beruntung saat ini. Ia mempunyai Evan, yang setia kepadanya dan selalu ada saat Raysa terpuruk seperti ini.

I Love Your HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang