Wherever You Are

170 4 6
                                    

"Duh mampus bakal kena semprot Bu Nina nih kalo kayak gini caranya." Aku langsung menerobos gerbang belakang sekolah yang masih dibuka. Waktu menunjukkan pukul 6:58 "Ah masih cukup lah buat masuk ke kelas." Aku langsung berlari ke kelas. Dan benar saja dugaan gue kalo bakal ketemu Bu Nina di dekat kelas. "Ehhh Fanyaa sini kamu." Teriak Bu Nina dengan suara melengking khasnya.
"Eh iya? Gimana Bu?" Balasku pelan-pelan mendekat ke Bu Nina sambil nyengir. "Kamu ini gimana sih? Udah kelas 3 tu harusnya nyontohin yang baik ke adek kelas, bukannya malah telat gini." Omel Bu Nina. "Aduh Bu... Saya tu gak telat. Lagian tadi saya masuk ke sekolah itu jam 7 kurang Bu. Tapi karena Ibu manggil jadi saya telat Bu. Hehe." Balasku. "Ah kamu ini jawab terus kalo dikasih tau. Ya sudah sana masuk kelas." Kata Bu Nina.
Aku pun bergegas masuk kelas dan duduk di sebelah Evelyn.

Oh iya, sampai lupa. Kenalin aku Fanya Namira Putri. Aku duduk di kelas 3 SMA. Salah satu siswi di sekolah Harapan Bangsa. Dan bisa dibilang aku termasuk siswi populer di sekolah.

"Fan, dari mana aja sih? Untung Bu Nina belum masuk. Kalo udah, bisa kena ceramah sampe nanti istirahat." Omel Evelyn. "Di depan aku juga udah ketemu Bu Nina kali Lyn. Dan aku udah di ceramahin tadi." Jawabku datar sambil mengambil buku pelajaran dari tas.
"Yeh lagian kamu tu ya, tau kalo jam pertama tu BK pelajarannya Bu Nina yang super killer, masih aja telat." Ujar Evelyn. "Astaga Lyn, aku tu tadi pagi telat bangun. Kalo gak telat bangun mungkin ga akan telat Lyn." Balaskaku

Pelajaran dimulai seperti biasa murid-murid di kelas memperhatikan dengan baik dan tanpa suara. Aku pun heran kenapa bisa tidak ada suara kecuali suara guru.

Saat istirahat aku dan Evelyn langsung berlari kecil ke kantin karena takut ramai.
Aku dan Evelyn sedang ingin makan siomay, "Bu siomaynya 2 ya." Ujarku. Setelah membeli makan, kami langsung duduk di salah satu tempat duduk yang jauh dari keramaian.
"Eh Fan.. Gimana hubunganmu sama Niko? Udah baikan?" Tanya Evelyn. "Hm ya gitu deh Lyn. Kayaknya sih dia pacaran sama temennya gitu deh." Jawabku dengan mulut penuh.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang. Evelyn sudah memberiku kode sebelumnya tapi aku tidak paham sampai ada tangan menyentuh pundakku.
"Fan... Boleh aku duduk disini?"
"Emm... I-iiya."
"Fan sebenernya yang kamu omongin tu gak bener. Aku gak pacaran lagi Fan. Aku pingin bener-bener fokus buat UN tahun depan."
"Iya Nik, aku tau kok. Maaf ya aku terlalu dengerin kata orang lain."
"Iya gapapa kok Fan, aku ngerti. Lagian harusnya aku juga minta maaf ke kamu karena aku sudah mutusin secara sepihak."
"Iya Nik, lagian aku juga gapapa kok. Tenang aja. Yaudah aku balik ke kelas dulu ya."
Niko hanya menganggukan kepala.
"Heh Fan... Makan ku belum habis. Mubazir kalo dibuang." Kata Evelyn.
"Yaudah kamu makan dulu, aku mau balik ke kelas." Balasku.
"Eh jangan Fannn... Tunggu-tunggu." Evelyn langsung melahap siomaynya. "Nah sudah, yok balik ke kelas." Ujar Evelyn. "Nik, kita duluan ya." Sambungnya.

Jadi sebenarnya Niko adalah mantanku. Ya, kami baru putus bulan lalu. Dan yang lebih parahnya adalah dia yang memutuskan hubungan kami. Tapi walau begitu hubungan kami sebenarnya baik-baik saja. Walaupun terkadang kami masih merasa kalau kami ini masih pacaran. Dan keinginan kami adalah tahun depan kami akan balikan lagi.

Hari terus berjalan sampai tiba saatnya kami melakukan ujian sekolah.

Aku bertemu Niko di depan pintu kelas.
"Good luck ya Fan." Niko tersenyum.
"I-iya good luck juga ya Nik, yaudah aku masuk dulu ya." Ujarku.
Niko mengangguk lalu pergi dari kelasku.

Beberapa minggu setelah ujian sekolah, lalu dilanjutkan dengan ujian praktek dan UN.

Sungguh waktu itu aku ingin membuktikan pada Niko kalau perjuangan kita selama ini untuk putus tidak sia-sia.
Aku ingin Niko bangga padaku. Tetapi aku tidak berharap banyak padanya, karena aku takut jika kita benar-benar harus putus untuk seterusnya.

Untold Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang