Perempuan itu tak pernah mengerti mengapa suaminya membawa-kan bunga pada tanggal-tanggal tertentu selain hari ulang tahun perkawinan mereka.
Kemarin, sekuntum mawar merah.
Ia bangun lebih pagi dari biasanya, dan membersihkan meja ruang tamu dari kelopak mawar yang gugur. Sudah seminggu udara panas, meski sekarang pertengahan bulan September.
Menuju dapur, ia menyiapkan sarapan pagi: roti bakar dengan telur dadar dan abon sapi. Menata meja sementara ketel kopi bekerja.
Lelaki itu terbangun lebih pagi dari biasanya, namun ia tetap berbaring memejamkan mata. Istrinya tak ada di sisinya, dan didengarnya suara-suara dari dapur, pertanda perempuan itu sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
Enam tahun lewat sehari sudah, sejak ia berlutut melamar perempuan itu. Ia tak pernah lupa. Mereka menikah bulan Juni tahun berikutnya.
Ia bangkit, masuk ke kamar mandi dan memulai ritual paginya. Menyikat gigi, menutup dagu dengan busa sabun cukur, dan kemudian memainkan pisau cukur listriknya. Menyalakan keran pancuran air panas dan dingin yang sudah dikenal sudut putarannya untuk mendapat suhu air yang sesuai.
Selesai mandi, dengan handuk melilit pinggang ia menuju ranjang di mana pakaiannya luar dalam telah disiapkan istrinya.
Perempuan itu mereguk kopinya perlahan. Roti bakarnya belum habis, tapi perutnya terasa kenyang. Lelaki itu makan dengan tenang sambil memeriksa agenda dari gawainya.
"Aku berangkat ke kantor," ujar suaminya menyambar tas kerja.
Perempuan itu mengangguk.
Ketika suaminya membuka pintu depan, ia berharap lelaki itu berhenti dan kembali. Ia ingin mengatakan: "Jangan pergi."
Namun lelaki itu telah menghilang dari balik pintu.
Perempuan itu termenung. Ia ingat, saat lelaki itu melamarnya dulu, di taman air mancur. Wajah lelaki itu diterpa cahaya bulan, bersinar bak malaikat pelindung dalam film-film atau sinetron. Tatapan matanya saat mengucapkan "Menikahlah denganku" sungguh teduh penuh kesungguhan. Ia lupa tanggalnya, meski ingat detilnya.
Kini segalanya menjadi rutin. Robot. Ia tertawa sendiri. Mereka berdua telah menjadi robot.
Lelaki itu duduk di kursi pengemudi dan menyalakan mobil. Matanya menatap jendela rumah mencoba menangkap bayangan istrinya, namun terhalang tirai.
Ia yakin sebentar lagi perempuan itu akan berhamburan keluar untuk memeluknya.
Namun yang terjadi sebelah kakinya telah menjulur menginjak semen.
Pintu rumah mendadak terbuka.
Kebun Jeruk, 16 September 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Pada Sebuah Bangku Taman (Telah Terbit)
Kısa Hikaye(Kumpulan Cerpen tentang Cinta Pastinya) Apakah cinta? Di mana adanya? Kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini tak bermaksud menjawab pertanyaan yang hadir sejak manusia mulai berpikir, hanya memberi cakrawala bebas tafsir. Semoga menghibur. Foto cove...