DAMN! I MISS YOU

263 21 0
                                    


Luhan bingung. Luhan terpaksa. Luhan ingin mati saja!

Bagaimana bisa dia melupakan mereka? Saudara-saudaranya? Adik-adiknya? Sahabat-sahabatnya?

Percayalah bahwa Pergi meninggalkan EXO merupakan saat-saat paling berat yang pernah Xi Luhan alami sepanjang 26 tahun ia hidup di dunia.
Bagaimana bisa dia menjauh dari 11 bintang yang selalu bersinar di galaksi hatinya? Bagimana bisa dia harus meninggalkan Adik kesayangannya sendirian?

Yah, sebenarnya Sehun tidak sendirian, masih ada kesembilan member yang menemaninya. Tapi tanpanya, apa yang bisa dilakukan oleh bocah kecil itu?

Luhan ingat. Ia ingat saat dimana Sehun meminta. ah tidak, lebih tepatnya Memaksanya untuk memberikan les kilat bermain rubik ketika mereka masih satu dorm dulu.
Ia ingat saat dimana Tao merengek-rengek padanya untuk menemaninya ke kamar mandi dengan alasan hantu dan semacamnya. Oh itu konyol. Luhan selalu menolaknya dan berakhir dengan Xiumin ataupun Chen yang bersedia untuk menemani bocah cengeng itu.
Luhan benci saat-saat dimana Jongin mengerjainya tanpa ampun, membuatnya ingin melenyapkan bocah berkulit gelap itu dari dunia. atau setidaknya, menendangnya ke EXO planet dan membiarkan Jongin mati membusuk disana.

Tapi untuk saat ini, dia merindukan kejailan-kejailan itu. Ia merindukan kesebelas member yang lainnya. Ia rindu melantunkan lagu dan sesekali bercanda bersama para partnernya di atas panggung. Ia rindu semuanya.

Luhan rindu Sehun
Malam itu Luhan tidak bisa tidur. Dia sudah menghitung domba sesuai yang ibunya ajarkan dulu. tapi sampai hitungan keseratus dia tetap terjaga dan dia merasa lelah. mulutnya lelah. Demi tuhan! angka seratus bukanlah angka yang sedikit untuk dihitung.
Luhan menatap jalanan kota beijing dari balkon kamarnya. menyaksikan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang disana. membuatnya tersenyum dalam kepedihan hatinya.
"Siapa yang bersedia menemanimu membeli bubble tea di kedai sungai han lagi sekarang? apa kau menyeberang jalan dengan hati-hati. Terakhir aku menemanimu, ada mobil yang hampir menyeretmu. Kuharap kau baik-baik saja tanpaku" Dia teringat pada adik kecilnya dan dia meneteskan air mata.

Luhan rindu Jongin
Ada hari dimana Luhan merasa kesepian. dia kesepian. Dia merasa sendirian. Dia tidak benar-benar sendirian, ada banyak manusia disekitarnya. Kenapa dia harus merasa kesepian kalau ada begitu banyak makhluk hidup yang bersedia untuk mengobrol atau sekedar berbicara padanya.
Tapi bukan itu yang Luhan inginkan. Bukan itu yang Luhan pikirkan. Dia hanya sedang teringat seseorang. Luhan menatap cup kopi di tangannya dan dia bergumam "Andai kau bisa bicara, Aku pasti akan sangat senang"
Ya.. dia akan senang. Bukan senang karena pada akhirnya, dia akan menjadi satu-satunya manusia yang bisa membuat seonggok Cup kopi berbicara, bukan itu. Tapi karena andai Cup Kopi itu bisa bicara, pasti dia akan mirip sekali dengan Kim Jongin. Si maknae yang selalu mengingatkannya pada langit malam, biji kopi dan mungkin biskuit oreo. Gelap.

Luhan rindu Lay
Kemarin sore di perjalanan pulang dia bertemu dengan seorang bocah laki-laki yang menangis di pinggir jalan. kakinya terluka. Luhan merasa iba, ia menghampiri bocah itu lalu menolongnya. Oh sungguh, Bocah itu sangat manis. Dengan wajah yang masih sembab dia tersenyum seraya mengucapkan terimakasih. Memperlihatkan sebuah dimple yang menghiasi pipinya "Persis seperti Lay" dan luhan kembali pulang dengan perasaan hangat di hatinya.

Luhan merindukan Minseok
Cuaca siang hari itu cukup terik. dengan matahari yang siap untuk menghanguskanmu menjadi abu jika kau berani menantangnya. Luhan tidak mau menjadi Rusa panggang, dia belum siap. Karena itu dia lebih memilih berdiam diri dirumah sambil menunggu pesanan pizza dari mc donald. Dia menunggu di depan televisi rumahnya sampai dia mendengar bel rumahnya berbunyi. ketika dia membuka pintu rumahnya, dia melihat sosok yang dikenalinya. Sosok itu menunduk didepan luhan. Pria bertubuh mungil namun gempal. pipi yang menyerupai bakpao itu.... "minseok?" dan tukang pizza itu mendongak, menatap luhan bingung. Itu bukan minseok, Hanya mirip.
"Ah, maaf. kufikir kau temanku" dan hari itu Luhan hanya mampu berdiam diri di atas sofa sambil menatap sekotak pizza di meja yang sudah tidak lagi hangat.

REMEMBER MY MEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang