Cinta sejati itu ada, namun jika kenyataannya berpisah, pasti ada alasan, bahwa kamu akan menemukan seseorang yang lebih baik.
~ R&R
••••
Dengan masih mengenakan seragam sekolah, gadis itu berjalan menyusuri sebuah taman yang cukup sepi. Dia tidak sendiri, tapi berdua dengan seorang perempuan yang terlihat berjalan mengekorinya.
Setelah beberapa lama berkeliling tidak jelas di taman itu, mereka berdua terlihat duduk bersebelahan di sebuah bangku taman yang sedang kosong.
Salah seorang dari gadis itu sedang sibuk menatap layar iPhone miliknya dengan jari-jemari lentiknya yang lincah menari di atas sana.
Sedangkan gadis yang satunya, tatapannya begitu sayu dan menyedihkan. Dia hanya menatap kolam air mancur yang berada tepat tidak jauh di depannya dengan tatapan kosong. Semua orang yang melihat raut wajahnya saat ini pasti akan bertanya-tanya, kenapa gadis itu?
Dari gesture-nya terlihat bahwa sepertinya gadis itu sedang menunggu seseorang. Sekali-kali ia mengusap setetes air mata yang jatuh di pipinya.
"Rain pulang yuk, udah sore nih." Ucap seorang gadis yang daritadi sibuk bermain iPhone miliknya. Raut wajah kecewa terlihat di wajahnya. Karena sahabat yang diajaknya berbicara itu tidak menanggapinya sama sekali.
Dia menghembuskan nafas lelah lalu menggenggam tangan sahabatnya itu, "Gue gak rela kalau lo sampai berubah kayak gini. Udahlah Rain, ini udah sore lagian tuh lihat mulai mendung." Ucapnya sambil menunjuk ke atas langit. Lagi-lagi, sepotong katapun tidak keluar dari mulut gadis yang diajaknya bicaranya. Dengan kesal dia pun langsung melepaskan genggaman tangannya.
Sepertinya cuaca sore ini sangat bersahabat dengan suasana hati gadis yang sejak tadi diam termenung.
Langit yang mulai mendung, daun pohon yang perlahan mulai jatuh berguguran karena terpaan angin, burung-burung pun sama sekali tidak mengeluarkan kicauannya. Udara di taman ini pun mulai dingin dan terasa sedikit basah.
Tes... Tes...
Beberapa tetesan air mulai berjatuhan. Beberapa orang yang ada di taman mulai berlari berhamburan mencari tempat untuk berteduh. Walaupun begitu, gadis itu masih tidak ingin melangkahkan kaki dari bangku itu.
Gadis itu tersadar dari lamunannya saat sebuah tangan yang cukup mulus menggenggam tangannya, lagi.
"Rain! Buruan pulang, hujan nih. Lo mau apa pingsan kedinginan di Taman ini, hidihh gue mah ogah." Cerocos gadis satunya pada sahabatnya. Niatnya baik, dia tidak ingin sahabatnya sakit karena kehujanan dan dia ingin sahabatnya melupakan masa lalunya.
Gadis itu mulai bangkit dari posisi duduknya, "Bentar lagi dong, gue yakin dia bakalan dateng." Ucapnya memelas dengan mata yang mulai berkaca-kaca, seakan-akan buliran bening itu siap untuk menetes.
"Lo tahu Rain, selama ini gue selalu mendem rasa kecewa ini. Gue emang kecewa sama cowok brengsek itu, tapi gue lebih kecewa sama lo. Lo berubah Rain, lo bukan lagi Rain yang dulu. Kemana Rain sahabat gue yang kuat? Rain yang ceria? Gue bener-bener nggak ngerti Rain," Ujar gadis itu dengan tangis yang sudah tak terbendung lagi. Dia mengucapkan kata-kata itu secara refleks dan dengan tersenyum, bukan senyum bahagia, tapi senyum kekecewaan.
Dia kecewa, benar-benar kecewa. Dia masih tidak paham akan semua ini. Sahabat yang selama ini dia sayangi, perlahan-lahan berubah menjadi seorang remaja yang bersikap cuek dan dingin. Hanya yang sampai ini masih belum dia terima hanya satu. Bisa-bisanya hanya karena seorang cowok sahabatnya itu berubah.
Gadis yang sejak dari tadi menatap dengan pandangan kosong itu akhirnya memulai pembicaraan pertamanya di taman ini.
Pertama-tama gadis itu menghembuskan nafas lelahnya, "Lo gak pernah ngerasain apa yang gue rasain sekarang. Gue gak berubah, gue masih tetep Rain yang dulu, Rain sahabat lo dari kecil. Tapi mungkin gue butuh waktu buat ngehapus semua luka yang ada di hati gue saat ini. Jadi gue mohon buat lo ngertiin gue." Ucapnya dengan air mata yang tidak terlihat lagi. Tetesan air hujan di taman ini membuat air matanya tersamarkan. Dia bisa menangis seperti ini jika ia mengingat kejadian itu.
Mungkin ini adalah kali kesekian kedua gadis itu berdebat seperti ini. Kali ini hujanlah yang menjadi saksi perdebatan diantara mereka.
Melihat sahabatnya dengan keadaan seperti itu membuatnya merasa tak tega, "Rain, lo gak boleh kayak gini ya. Lo harus move on and let it go. Please Rain, demi orang-orang yang sayang sama lo dan demi diri lo sendiri."
Kata-kata barusan sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga Rain. Semua teman-teman Rain, bahkan keluarganya pun juga sering berkata seperti itu. Namun, dia tetap keukeuh pada pendiriannya. Pendirian yang tidak semua orang paham dan mengerti.
Rain masih diam mematung tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Semua orang juga tidak akan tahu dengan apa yang sedang dipirkan olehnya.
"Terserah lo deh ya. Gue udah capek ngomong sama tembok. Gue mau balik dulu," Ucap gadis yang satunya sambil berjalan pergi meninggalkan Rain sendirian dalam hujan. Mungkin hanya cara inilah yang bisa dia lakukan agar pertengkaran ini tidak semakin runyam.
Tak lama kemudian, "Sarah! Gue ikut." Teriak Rain sambil berlari menuju ke arah sahabatnya itu. Perempuan emang gitu, labil, bener-bener labil.
••••
Meski telah kehilanganmu, meski telah sakit hati ini karena perbuatanmu, aku telah berjanji pada hatiku sendiri untuk menjadi lebih kuat.
-RAIN
KAMU SEDANG MEMBACA
Hole In My Soul
Teen FictionRain yang mendapat gelar queen of sleeping beauty, sedikit mendapat 'kerecokan' sejak kedatangan Rian dalam hidupnya. Cowok yang belum lama ia kenal, tetapi sudah tahu banyak tentang dirinya. Siapa sangka cowok cool dengan gayanya yang macho itu a...