Belum pernah saya memperkenalkan teman-teman lelaki saya yang ada dikelas bukan? Ah bukan-bukan mereka kenalan saya.
Saya kenalkan 4 pelopor kenakalan di kelas saya.
Yang pertama namanya Erixo, keren kan namanya? Waktu itu pernah ada guru yang bertanya kenapa ia diberi nama 'Erixo' dan tau apa jawabannya? "Waktu itu mama lagi ngidam hape sonyerecson bu," LAH. WARAS?
Erixo suka dipanggil gingsul. Lupakan ekspetasi kalian tentang badboy putih dengan gigi gingsul yang tampan, mena1, dan keren yang ada di otak kalian. Erixo ini memiliki gigi yang keluar dari aturannya. Kalian tau Dono? Halah teman om Kasino dan om Indro itu. Bisa bayangkan apabila gigi Erixso seperti Dono. NAMUN hanya satu gigi yang keluar. Paham gak? Aduh... Bodo amat deh ya pokoknya seperti itulah.
Tapi sekarang Erixo mau merapikan giginya dengan cara membehelnya sih, jadi... kami harus memanggil dia behel dong bukan gingsul lagi
Ayolah Wulan lupakan tentang gigi dan nama panggilan mena1 milik Erixo.
Erixo itu cowok berkulit eksotis ala anak papua, tinggi, dengan rambut yang gak pernah rapi. Dan hanya satu hal yang bisa dibanggakan dari Erixso, dia atlit sepak bola.
Ah ya, Erixo senang memanggil kami bangsa wanita dengan sebutan 'sayang'
Pernah sekali ia bercanda dengan saya. Saat jam kosong sebelum pulang sekolah.
"Pulang bareng yuk yang, gue bawa mobil nih," katanya sambil menunjukkan sebuah kunci kepada saya. Jujur saya tidak percaya. Bayangkan saja kalian punya teman seperti Erixo. Dari mukanya aja 10.000% gak meyakinkan. Gimana bisa percaya.
"Boong amat lo," balas saya, namun setelah itu Erixo menarik saya untuk melihat keluar jendela—kelas saya sebelah gerbang samping sekolah– dan apa yang saya lihat? Ada mobil putih yang saya tidak tau merk nya apa terparkir didepan gerbang.
"Itu mobil gue!" kata Erixo bangga. Lah yang bener aja.
Lalu saya baru sadar kemarin kalau kunci yang ditunjukkan Erixo itu kunci motor milik Dindar, teman saya. Hehe what the h... ood.
Selanjutnya, sebut saja dia pomademan. Seperti namanya, dia memiliki rambut klimis pomade yang disisir kesamping kanan setiap harinya. Jujur saya tidak pernah melihat pomademan tanpa pomade dan tidak disisir kesamping. Mungkin saja kalau ia tidak memakai pomade dan disisir kedepan maka akan seperti Andika Kangen Band dengan poni lempar yang badai, mungkin.
Pomademan itu tinggi, kurus, bahkan teman saya yang bernama Syahrani menyamakannya dengan belalang, karena bentuk badan dan kepalanya tidak sinkron.
Oh ya, Pikirannya pomademan itu kotor. Suka sekali dia mengganggu saya dengan pikiran kotornya itu. ah menjijikan! Tapi saya berani bersumpah kalau dia sebenarnya asik kok, setia kawan juga. Saya bangga punya teman seperti dia.
Dulu pomademan ini adalah orang dikelas yang nggak pernah saya ajak bicara. Lalu setelah kami akhirnya mengobrol topiknya mengarah ke anu.
Mari tinggalkan Pomademan yang tak pernah meninggalkan pomade nya.
Selanjutnya, panggil saja dia Embah, entah juga sih dia dipanggil mbah dikelas. Dia hitam—seperti ketan hitam yang dipenyet-penyet terus– , pendek eh tapi jangan berfikir bahwa tidak ada yang mau dengan mbah sama sekali. Buktinya pacarnya benar-benar cantik kok, sungguh. Kemungkinan sih kalian yang membaca ini kalah cantiknya dengan pacarnya mbah. Jarang sih saya mengobrol sama mbah, tapi waktu itu saya pernah iseng bertanya kepada mbah.
"Beneran itu cewek lo? Bayar dukun berapa lo?" tanya saya. Mbah langsung menatap saya jengkel
"Mata lo bayar dukun," katanya marah lalu pergi. Lah saya keterlaluan? Kan cuma bercanda. Mbah baperan gak asik.
Lalu yang terakhir, namanya Saesar. Ya ya! Silahkan kalian pikirkan Saesar setengah freak yang kalau ada teriakan "penonton... Kok sepi sih?" akan berjoget-joget seperti ular keket atau orang yang sedang kepedasan namun juga kebelet pipis.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sudah membayangkan? Oke, lupakan sekarang.Saesar yang ini adalah saesar yang bertubuh lumayan tinggi, kurus kerempeng, bergaya lenje —tapi tidak menggok kok serius–kalau bahasa jawanya mah kewer, seperti anak yang sering nge-fly. teman-temannya sih anak-anak hitz, dia itu teman SMP saya.
Tapi walaupun begitu, saya benar-benar tidak pernah mengobrol dengan Saesar seperti saya mengobrol dengan Holo ataupun Rakeen, serius.
Paling kami cuma mengobrol untuk hal-hal yang penting . —Sengaja saya beri titik, agar membahas Saesarnya selesai. Karena saya benar-benar tidak mengenal lebih jauh siapa Saesar selain namanya dan alamat tinggalnya.
Mereke ber-empat itu adalah anak-anak sepak bola. Jadi mereka tak beda jauh, sama-sama hitam, kurus, dan jelek.
Dan yang pasti mereka itu nakal. Nggak apa-apa sih kalau nakanya mereka itu buat diri mereka sendiri, atau nggak bagi-bagi ke mereka ber-empat sendiri. LAH INI, sekelas dibagi nakalnya.
Mereka juga seperti anak-anak nakal biasa, duduk paling belakang, dan nggak pernah membawa buku pelajaran. Paling kerjaannya cuma main hape, mendengarkan musik lewat earphone hasil pinjam-pijam.
Ngomong-ngomong soal earphone saya jadi ingat. Waktu itu rolling tempat duduk saya dapat dipojokan, karena panas saya meminta supaya Erixo dan Pomademan untuk tukeran tempat sebentar, namun mereka berdua malah bergeser ke meja kosong disamping meja mereka.
"Lan! Ambilin earphone di tas gue yang resleting depan dong!" kata Pomademan, saya mengangguk dan membuka tasnya yang bermerk distro itu.
Dan apa yang saya temukan? Saya menemukan 3 buah earphone bermodel yang sama dan berbentuk yang sama. Ini Pomademan menggandakan earphone atau gimana?
Baik mari lupakan tentang earphone.
Dari mereka ber-empat yang jomblo hanyalah Saesar. Lainnya sudah punya pacar kok. Wajar kok, wajah Saesar sama kelakuan Saesar nol besar. Payah!
Oke cukup tentang 4 pelopor lunturnya nilai berbakti kepada guru dikelas saya. Dan saya nyatakan kembali bawa mereka kenalan saya, bukan teman saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
36 RASA 2 SEKELAS
RandomCerita ini terinspirasi dari cerita Cartoonize yang menceritakan kisahnya di dalam kelas konyolnya. Nyatanya, bukan Cartoonize saja yang mempunyai cerita konyol bersama teman sekelas. saya juga punya, mungkin kamu juga punya. Ini cerita saya dan tem...