Langit mulai menghitam ,tak lama kemudian titik-titik air mulai berjatuhan menimpa tubuh mungil seorang namja yang baru saja keluar dari sebuah coffeshop tempatnya bekerja. Kim Jinhwan- nama namja itu, berlari menuju halte menunggu bus yang akan menghantarnya pulang. Diihatnya jadwal bus yang ada dihalte tersebut, sialnya bus yang ia tunggu sudah berangkat sekitar 5 menit lalu, ia pun harus menunggu kedatangan bus yang lain yang akan datang 1 jam lagi.
"Sial sekali hari ini, kenapa juga aku harus menunggu disini? Menyebalkan!" rutuknya.
Ya. Sejujurnya Jinhwan sangat menghindari tempat ini. Tempat ini terlalu menyimpan banyak memori yang selalu membuat hatinya merasa tercubit. Tapi takdir berkata lain satu-satunya halte terdekat dari tempat kerjanya saat ini adalah halte ini.
Lama Jinhwan menunggu bus yang tak kunjung datang, hingga tiba-tiba maniknya menangkap sesuatu yang tak asing baginya. Seorang namja, diseberang jalan tepat didepan sebuah toko baju khusus wanita.
"D-dia? Kenapa dia disana? Ahh.. " tiba-tiba saja namja mungil itu memegang dadanya, dia merasakan sesak dan sangat sakit dibagian itu.
"Tidak tidak, aku pasti hanya salah lihat, mungkin aku terlalu lelah." Ucapnya mengelak dan mencoba melupakan rasa sakit dibagian dadanya.
Tak berselang lama, seorang yeoja keluar dari toko itu dan menggandeng seorang namja yang berada diluar toko tadi untuk meninggalkan tempat itu.
"Hiks.. Junhoe.." Jinhwan berucap lirih. Ia kini tak mampu mengelak lagi, penglihatan memang tak salah. Namja itu memang benar Koo Junhoe, seorang namja yang dulu mengisi hari-harinya.
Jinhwan POV
"Hiks.. Junhoe.." air mataku mengalir begitu saja, tak ku sangka aku mengucap nama seorang namja yang benar-benar kuhindari selama 2 tahun terakhir ini.
Sakit. Sangat sakit Junhoe, melihatmu bersama yeoja itu. Aku tahu aku bodoh menangisimu lagi. Tapi aku memang benar-benar tak mampu menahannya. Air mataku tak mampu ku bendung lagi. Sudah hampir 2 tahun aku tak melihatmu dan sekarang.. aku malah melihatmu bersama yeoja itu. Tak tahukah kau Junhoe, sejujurnya setiap berada disini aku selalu mengingatmu, aku menunggu Junhoe.
Jinhwan POV End
Junhoe POV
Apa aku tak salah lihat? Apakah namja mungil di seberangku ini benar dia? Rintik-rintik air hujan menghalangi pandanganku. Tak mungkin jika itu Jinhwan-hyung. Tak mungkin jika dia masih menungguku. Namun, entah mengapa hatiku berkata bahwa namja itu memang Jinhwan-hyung ku. Masih bolehkah aku mengakuinya sebagai 'milikku' setelah sekian banyak luka yang ku torehkan kepadanya? Mungkin aku memang egois, tapi memang ini yang kurasakan. Jujur aku masih mengharapkannya. Hanya saja itu tak mungkin, aku tak ingin melihatnya terluka lagi, aku tak ingin mata indahnya mengucurkan air mata hanya karena kebodohanku.
"Hyung.." panggilku lirih yang tak mungkin didengarnya. Pikiranku melayang jauh memutar memori yang pernah aku ciptakan bersamanya.
"Percayalah Hyung, aku tak akan meninggalkanmu. Aku berjanji akan selalu menjagamu hyung. Percayalah."
"Iya June-ya. Aku percaya."
Aku tersenyum miris. Mengingat betapa mudahnya aku mengucapkan janji yang akhirnya hanya membuatnya terluka. Janji-janji yang hanya berakhir dengan kebohongan. Dan dia dengan mudahnya percaya begitu saja.
"Hyung~ kau bodoh.." ucapku miris pada rintik hujan.
"Oppa~ ayo pulang!" tepukan pada pudakku menyadarkanku dari lamunan semu tentang masa laluku yang seharusnya aku lupakan, mengingat sekarang aku sudah bersama dengan yeoja ini. Jang Hanna. Seorang yeoja cantik yang dijodohkan denganku oleh orang tuaku.
Junhoe POV End
"Uljima.." suara seseorang membuyarkan lamunan Jinhwan.
"Hanbin-ah.."
"Ne?" laki-laki bernama Hanbin itu menatap mata sayu Jinhwan, tangannya ia arahkan menuju menuju pipi mulus namja mungil ini kemudian dihapusnya air mata Jinhwan dengan ibu jarinya.
"Jinan hyung, uljima ne." Ucapnya kemudian dan hanya dibalas anggukan lemah sang lawan bicara.
"Bus nya sudah datang. Kita pulang, ne. Kajja." Ajaknya sambi menggandeng tangan kecil itu.
Di dalam bus, mereka larut dengan pikiran mereka masing-masing. Tak terasa mereka sudah sampai di depan apartemen tempat tinggal mereka. Jinhwan dan Hanbin tinggal di lingkungan apartemen yang sama.
"Jinan-hyung, mandilah dengan air hangat, jangan lupa makan malam, dan jangan tidur larut malam. Masuklah, Donghyuk pasti sudah menunggumu." Ucap Hanbin panjang lebar penuh perhatian.
"Ne. Gomawo Hanbin-ah." Setelahnya Jinhwan meninggalkan Hanbin yang masih didepan pintu apartemennya.
"Jinan-hyung, kenapa pulang terlambat? Apakah hyung pulang bersama Hanbin-hyung? Hyung jawab aku." Pertanyaan beruntun dari Donghyuk -adik angkat Jinhwan-, sedikit membuat Jinhwan jengah.
"Ne, aku tadi pulang bersamanya." Jawab Jinhwan tanpa memandang Donghyuk.
"Sepertinya ada yang salah dengan hyung ku ini.." pikir Donghyuk
"Hyung, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau tidak seperti biasanya? Apakah ini karena Hanbin-hyung? Apa dia menyakitimu hyung?" Donghyuk bertanya panjang lebar pada Jinhwan dengan raut muka penuh kekhawatiran.
"Dongii.." panggil Jinhwan lirih mengabaikan pertanyaan-pertanyaan Donghyuk.
"Ne hyung?"
"Tadi aku melihatnya.." meskipun seperti berbisik, Donghyuk masih bisa mendengarnya.
Bulir-bulir bening mengalir begitu saja dari manik namja mungil itu, Donghyuk yang melihatnya segera memeluknya. Ia paham betul siapa yang dimaksud hyung nya ini. Hanya makhluk itu yang bisa membuat hyungnya ini menjadi sangat rapuh.
"Hyung~ kau harus kuat.."
TBC
Masih newbie nih, sebenernya ini pindahan(?) dr ffn tp aku edit lagi
kritik dan saran sangat diperlukan~
Makasih buat yg udah mau nyempetin baca :) voment juseyo..
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY
FanfictionMaaf maaf ku berharap kau juga melupakanku Meskipun itu sakit ~Junhwanbin~