•••Belle merapatkan tubuhnya dengan sweater putihnya. Memeluk dirinya sendiri. Musim hujan sepertinya sudah berlangsung, seraya memperhatikan tetes per tetes yang mengeroyok aspal. Bau khas aspal panas yang diguyur air dingin menambah suasana hujan yang begitu kental dan menentramkan. Suasana yang begitu 'alam', aroma aspal yang begitu harum menurut seorang wanita yang tengah duduk menikmati kopinya diberanda cafè Loucy Lounge.
Belle jarang sekali memilih ruangan outdoor karena dirinya yang sesak dengan asap rokok, namun melihat hari ini populasi perokok hampir tidak menunjukkan keeksisannya dikawasan outdoor ini, Belle tidak ragu lagi untuk memilih salah satu meja disudut luar.
Belle menyeruput espresso miliknya seraya memperhatikan keadaan sekitar yang penuh dengan orang-orang yang berlalu lalang, menghabiskan waktu senggang akhir pekan. Ada yang berjalan sendiri dengan langkah kaki lebar seraya membenamkan dirinya dibawah payung bagaikan cepat-cepat ingin berlalu dari cuaca yang menyebalkan, Ada sepasang kekasih yang memasang senyum cerah bagaikan hujan bukanlah cuaca diplanet mereka, Ada seorang ibu yang berjalan memegang payung penuh perhatian pada anaknya yang keukeuh untuk berjalan sendiri disamping ibunya dan tidak ingin digendong, Ada juga yang memilih membasahi tubuhnya tanpa payung sebagai pelindung seakan hujan adalah sahabat lamanya. Belle tersenyum, ia menyukai hujan. Hujan seperti memiliki sebuah cerita, memiliki sesuatu yang justru membuat Belle merasa nyaman. Sesuatu yang tidak Belle mengerti tentang apa, Belle hanya menyukainya.
Senyum Belle menyurut dan semakin surut ketika dengan jelas matanya menangkap pemandangan dua orang kekasih yang tengah berlari menerjang hujan, Sang Pria melepaskan mantelnya untuk menjadi pelindung Sang wanita, Pria itu membuka kan pintu mobil untuk kemudian ia naik kekursi kemudi. Mereka tampak serasi. Maxim. Suaminya. dan Victoria. Saudara iparnya.
"Mereka serasi."
Belle terkesiap mendengar interupsi tiba-tiba yang menyadarkannya kalau mobil Porsche hitam pekat itu telah berlalu dari seberang jalan. Dihadapannya kini telah berada seorang pria yang sejak tadi menjadi alasannya untuk ada disini, seseorang yang Belle tunggu.
"Pak Adam. Kapan datang?" Ujar Belle
"Baru saja. Sudah menunggu lama ya? Maaf aku terlambat, aku harus membawa Skylar kerumah neneknya dulu." Jawab Adam dengan suara khasnya yang hangat.
Satu hal soal Adam, pria tampan ini selalu menatap fokus lawan bicaranya, seakan hanya ada Belle disana. Bagaikan elang yang fokus menatap satu titik, seakan siap melubangi titik itu hanya dengan tatapan.
Belle mengernyit sebentar "Skylar?"
Adam mengangguk seraya tersenyum, tangannya terulur mengacak lembut rambut Belle yang dijepit satu sisi, menambah tingkat pesona seorang Belle.
"Kapan-kapan kamu harus ketemu Skylar, dia pasti seneng banget." Ujar Adam menatap gemas Belle.
"Baiklah, Pak Adam nggamau pesan kopi?"
"Udah kok." Jawabnya seraya mengarahkan matanya kearah secangkir kopi hitam panas yang masih mengepul, tepat diantara Belle dan Adam.
"Eh?"
"Hahaha Chrisa my dear... muka kamu lucu banget waktu merona begitu. Aku emang udah datang dari kamu mandangin sekitar, aku nggak mau ganggu kamu yang kayaknya lagi enjoying around." Ujar Adam tersenyum usil.
Belle meraba pipinya yang mungkin saja sudah berubah seperti kepiting rebus karena malu, hingga akhirnya Adam tertawa geli dan Belle memukul sebal lengan kekar pria itu hingga akhirnya tawa itu menular kebibir Belle.
"You better stop laughing dan pulang."
Shit.
Tawa Belle sontak tertelan entah kemana, nafasnya tercekat begitu melihat siapa yang baru saja hadir. Tamu yang sama sekali tidak diundang.
"Max?"
Bukan. Itu bukan suara Belle, melainkan Adam yang sekarang menatap Maxim yang berdiri disamping meja mereka dengan gayanya yang angkuh.
"Adam? Itukah kau?" Balas Maxim sama terkejutnya, senyum langsung mengembang diwajah kedua pria itu. Namun Maxim yang kembali melihat kearah Belle dan berganti ke-Adam, senyumnya berubah tipis.
"Whoa! Baru aja mau hubungi kamu, tadi aku liat kamu diseberang jalan sama Vicky. Antara nggak mau ganggu dating kalian dan wanita cantik didepan aku ini. Jadi nggak aku samperin." Ujar Adam seraya terkekeh, sementara Maxim sudah bergabung bersama dikursi sebelah Belle dengan sisa kesabaran yang ia punya.
"Well, Vicky... You made it,Max. A lucky guy." Ujar Adam lagi.
"Yeah." Jawab Maxim singkat, ekor matanya menatap Belle yang hari ini begitu manis mengenakan playsuit denim yang memamerkan kaki jenjang indahnya, rambutnya dijepit kecil disamping. Kurang ajar, isterinya tampil secantik ini untuk pria lain.
"Kalian... Pacaran?" Tanya Maxim akhirnya.
Adam menepuk jidatnya "Ah maaf, aku lupa. Chisa, Ini Maxim teman saat Junior highscool dulu sebelum aku akhirnya pindah ke-London. Max, ini Chrisa dia..."
"Seorang teman." Sela Belle cepat, bisa gawatkan dunia persilatan kalau sampai Maxim tau selama ini ia menjadi karyawan Adam di-SweetDeli. Yah, walaupun mungkin saja tidak peduli.
"Chrisa?" Maxim menaikkan sebelah alisnya, menatap Belle sekilas namun begitu menusuk.
Demi Tuhan, Belle benar-benar berharap mavia menculiknya saat ini juga. Ini terasa seperti isteri yang ketauan selingkuh. Walaupun nama Isteri dan Suami bagi mereka hanyalah selembar perjanjian.
"Kalian saling mengenal?" Tanya Adam.
"Ya."
"Tidak."
Adam tertawa setelah jawaban serentak yang sama sekali tidak kompak itu, sementara Belle menatap tajam kearah Maxim.
"Max dosenku, Pak Adam." seru Belle meyakinkan.
"What a surprise. Max kamu dosen Chrisa?"
"Who's Chrisa?" tanya Max.
"Maximus?"
"It's a long time Vicky..." sapa Adam saat melihat Victoria akhirnya menghampiri mereka.
"Adam?"
"Yep, ma'am..." Jawab Adam jenaka seraya tersenyum.
"What are you doing here,Add?"
"It's a date actualy..." jawab Adam santai seraya tertawa, sementara reaksi Maxim jauh sekali dari kata tertawa.
"You're dating....?" Ucap Maxim datar.
"With my wife?" lanjut Max.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wrong Soulmate ( #wattys2016 )
RomanceSelembar surat wasiat berhasil menyeret takdir Maxim(24) dan Belle(20) kedalam sebuah pernikahan yang penuh masalah, Maximus Kingsley mencintai wanita lain yang notabene adalah sepupunya sendiri, sementara Chrisabelle Winter dipaksa membunuh suaminy...