Suara berisik menggema di kamar seorang namja bergaris muka tegas itu. Dengan malas, ia membuka matanya untuk memastikan suara apa yang sudah mengganggu waktu tidurnya. Iris gelapnya menemukan sosok dengan punggung lebar yang sedang fokus memperhatikan tayangan televisi didalam kamarnya.
"Jiwon-hyung. Apa yang kau lakukan dikamarku, huh?" tanyanya pada pemuda kelinci yang masih fokus dengan adegan-adegan yang disuguhkan benda kotak itu.
"Eh Junhoe, kau sudah bangun ternyata. Tadi aku berniat membangunkanmu, tapi kulihat TV mu menyala dan aku tertarik dengan Drama ini. Hehehe." Jawabnya dengan cengiran kelinci khasnya.
"Sejak kapan kau menyukai Drama? Seperti yeoja saja."
"Hey! Enak saja kau ini, aku ini namja jantan, kau tahu? Tapi memang drama ini begitu menarik." Balas Jiwon tak terima.
Junhoe yang penasaran pun ikut mengikuti jejak Jiwon menonton Drama TV tersebut.
Junhoe dan Jiwon masih asik menonton drama tersebut, hingga tiba adegan dimana sang aktris utama menangis mengingat-ingat masa lalunya, saat sang aktris masih menjalin hubungan dengan sang aktor dan sang aktor mengumbar janji-janji manis yang tak pernah ditepatinya.
"Namja bodoh! Bisa-bisanya ia berbuat seperti itu. Dasar tak berperasaan! Jika aku jadi namja itu, aku tak akan menyia-nyiakan orang yang aku sayangi. Aku tak akan pernah rela jika ia menangis karena diriku. Hanya seorang bajingan yang membuat orang yang ia sayangi terluka. Benar kan Junhoe?" kecam Jiwon pada sang aktor.
Tubuh Junhoe menegang. Kata-kata Jiwon begitu menusuk hatinya. Bajingan. Mungkin itu kata yang tepat untuknya saat ini.
"June-ya? Apa yang kau pikirkan?" ucap Jiwon sambil mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Junhoe.
"Ahh Ani. Ne orang seperti itu memang pantas disebut bajingan hyung." Junhoe tertawa. Ia menertawai dirinya sendiri. Menyadari bahwa dirinya lah bajingan itu.
"Drtt.. drtt.." menyadari ada sesuatu yang bergetar didekat kakinya, Junhoe pun mencari benda tersebut. Ternyata HP Jiwon yang bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. Junhoe memandang aneh benda itu.
"June-ya! Apa yang kau lihat di HP ku, eoh?" ucap Jiwon sambil merebut HP nya dari genggaman Junhoe.
"E-eh.. Itu siapa hyung?" tanya Junhoe sambil menunjuk wallpaper HP Jiwon.
"Hmm.. dia namjachinguku." Jawab Jiwon.
"Apa? Jadi kau sekarang punya pacar hyung?! Pantas saja dari tadi kau bertindak aneh-aneh, cengar-cengir sendiri, menonton drama, dan sekarang kau memajang fotomu dan namjachingumu itu. Huh seperti yeoja saja." Ejek Junhoe.
"Ya! Terserah aku lah June, apa pedulimu, heh? Bukankah berfoto bersama pacar itu hal biasa. Tidak sepertimu yang bahkan tak pernah mau berfoto bersama mantan namjchingumu dulu. Jangan-jangan sampai sekarang pun kau juga begitu. Jangan-jangan kau tidak pernah berfoto bersama Hanna. Huh dasar aneh!"
Deg! Pernyataan pajang lebar dari Jiwon sukses mencubit hati Junhoe. Benar kata Jiwon, dulu dia dan Jinhwan tidak pernah berfoto bersama. Jangankan untuk berfoto bersama, saat Jinhwan meminta waktu sebentar hanya untuk menikmati kebersamaan mereka pun, Junhoe selalu menolak dengan berbagai alasan. Sangat egois memang. Sepertinya sifat itu memang sudah menjadi ciri khas keluarga Koo.
Disini sekarang Junhoe, dipojok kantin kampus melamun sendiri. Pikirannya sangat kalut saat ini, entah mengapa sejak ia tak sengaja melihat Jinhwan di halte itu hingga sekarang ini, bayang-bayang Jinhwan berari-lari di otaknya. Junhoe jadi teringat bagaimana hubungan yang pernah mereka jalani dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY
FanfictionMaaf maaf ku berharap kau juga melupakanku Meskipun itu sakit ~Junhwanbin~