one and only

19.3K 611 10
                                    

Tidak pernah terbayang sebelumnya bahwa kejadian waktu itu telah mengubah statusku menjadi seorang yatim piatu. Sekilat itukah tuhan merubah jalan hidup seseorang?

Aku yang saat itu sedang bersuka-cita karena papaku bisa menyempatkan waktu untuk berlibur bersama,kali ini malah dipisahkan lebih jauh lagi. Bukan lagi dua-tiga pulau jaraknya. Bukan juga satu-dua tempat transit. Melainkan untuk selama-lamanya tidak dapat bertemu lagi.

Malam ini, aku seharusnya masih bersyukur karena aku masih diberi kesempatan hidup. Tapi kini aku sebatang kara.

Bahkan teman-teman pun aku tidak punya. Hanya seorang laki-laki yang tiba-tiba datang menghapiriku ketika sedang dipemakaman kedua orang tuaku. Aku diajaknya ke sebuah panti asuhan di daerah pedesaan. Aku tidak tau namanya. Karena aku bukan orang sini. Karena papaku dulu tempat kerjanya berpindah-pindah. Jadi aku tidak terbiasa hidup menetap dan jadi mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Aku juga anak tunggal. Jadi aku sekarang sendirian.

Dan beginilah aku sekarang, terduduk dibalkon salah satu kamar panti asuhan. Dan dikasurku tertidur seorang laki-laki kira-kira lebih tua dua atau tiga tahunan dari aku. Aku biasanya memanggilnya dengan sebutan "kak Rio". Tadinya dia bilang dia lebih suka jika dipanggil tanpa embel-embel kak. Tapi untuk kehormatan,aku tetap memanggilnya kak.

Tadi sore aku sedang membantu ibu panti menyapu halaman. Namun tibatiba kak Rio datang dengan membawa sekardus pizza. Setelah memakannya dengan anak-anak panti yang lain. Kak Rio ikut membantuku menyapu,mengepel bahkan sampai menyirami tanaman. Saking kelelahannya dia bahkan sampai tertidur dikamarku saat sedang asyik bercerita.

Dia bercerita bahwa dia ingin punya adik perempuan. Dia sama sepertiku, anak tunggal. Tapi bedanya aku sekarang sudah tidak memiliki orang tua.

Aku juga sama sepertinya, ingin punya kakak. Karena aku ingin dilindungi. Aku ingin ada orang yang bisa melindungiku saat dalam keadaan seperti dulu.

Aku menatap langit, mengingat kejadian apa saja yang sudah aku alami bersama kak Rio. Pernah suatu saat aku sering menangis. Pada saat awal awal kejadian yang merenggut kedua orang tuaku itu. Dan kak Rio dengan baiknya rela menghiburku.

Bahkan sampai-sampai aku pernah tertidur dibahunya saat sedang dibacakan cerita. Agar aku tidak sedih lagi, kak Rio berjanji akan selalu jadi kakakku. Dengan syarat aku akan selalu jadi adiknya.

Tapi yang dulu sudahlah kenangan. Sekarang kak Rio mulai jarang kesini. Padahal aku selalu menantikan kunjungannya.

Apa mungkin karena sudah dua tahun yang lalu? Lalu lantas dia sudah bosen menghiburku, atau karena sekarang dia sudah lupa janjinya dahulu? Jikalau dia memang sudah memiliki pendamping hidup, aku sebagai adiknya pun ikut bahagia. "Asal kamu bahagia,aku juga bahagia" dulu dia pernah bilang seperti itu. Dia juga pernah bilang,"bahagiamu nomor satu. Bahagiaku? Bukan yang harus kamu pikirkan"

Apakah kata-kata itu tidak berlaku juga untuk dirinya dari aku?

Kudengar kayu dibawah kasurku berdecit, aku menoleh sembari menghapus satu linangan air mata. "Lagi apa? Tutup jendelanya udah malem" aku hanya mengangguk kecil. "Aku pulang duluan ya. Jaga hati buat besok dan selamanya ya?" Tanpa menunggu jawaban dariku dia berjalan keluar.

Aku segera menutup jendela dan hendak menyusulnya keluar kamar. Tapi begitu aku menutup pintu kamarku, terdengar suara mobil dia semakin mengecil.

"Bun, maksud kak Rio apa ya kok dia suruh aku menjaga hati?" Tanyaku ke ibu panti yang biasa ku panggil dengan sebutan bunda. Yang ditanya malah senyum senyum tidak jelas. "Bun?" Tanyaku lagi. "Udah sekarang waktunya tidur..." ucapnya halus lalu menuntunku untuk kekamarku.

unknown [Oneshoot / END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang