Bab 1

5 0 0
                                    

Seoul, 14 April 2016

Yooyeong

*RINGS*

Aku bergegas keluar kelas, merapihkan semua buku, pensil, pulpen dan tugas. Aku berlari tanpa menemui siapapun, ya, karena memang aku tidak memiliki teman di sekolah, sekalinya punya teman, pasti hanya datang ketika dia senang. Aku menarik sepedaku lalu dengan cepat menaikinya dan pergi. Hari ini aku telat kerja, kerja? Aku pelajar sekaligus pekerja di toko kue milik nenekku yang sudah tidak ada. Ya bisa dibilang aku menjaganya, karena sebagian besar toko ini hanya ramai dengan laguku, orang-orang lebih memilih membeli kue di bibi Gyura, aku sebenarnya sedih, tapi, memang kurasa kue bibi Gyura itu lebih enak dibanding buatanku. Ketika aku sudah sampai, aku langsung pergi ke belakang untuk berganti pakaian, seperti sehari-hari memakai pakaian warna biru dengan lengan panjang dan jeans panjang. Tidak ada seragam khusus, karena hanya aku sendiri menjaga toko ini. Hari ini harapanku adalah datang seorang pelanggan biarpun cuma 1. 'Datanglah kumohon pelanggan biarpun hanya 1 orang, nenek pasti akan sedih jika melihat tokonya...' Setiap hari doaku selalu sama dan jarang sekali dikabulkan, aku merintikkan air mata, karena aku sudah gagal. Gagal? Ya, aku gagal menjadi seorang koki, walau aku hanya membuat kue, setidaknya itulah yang pernah kujanjikan pada nenekku ketika masih hidup.

*flashback*
16 Juni, 2008

"NENEKKKKKKKK YOOYEONG PULANGGGG" Gadis mungil itu berteriak senang kepada neneknya, kesenangan si gadis tiba tiba menghilang setelah melihat neneknya diinfus dengan diberi alat bantu pernafasan, gadis itu kaget dan berlari mendekati nenek kesayangannya. "Nek.... Nenek kenapa??? Nenek tidak akan tinggalin yooyeong kan??" Si gadis mulai membuka pembicaraan dengan neneknya sambil mengeluarkan air mata.
"Yooyeong cucu nenek, jangan bersedih... Semua orang pasti akan seperti ini.." balas neneknya sambil menahan batuk,
"Nek... Nenek sudah janji ke yooyeong kalau nenek tidak akan meninggalkan yooyeong! Nenek jahat!" teriak gadis itu lalu pergi ke kamarnya, kakak laki-lakinya yang melihat sikap adiknya dengan segera berlari mengikuti sang adik dan izin ke nenek kesayangan mereka berdua, 'nek aku susul yooyeong ya... Aku janji aku akan mengatakan sesungguhnya dan membuat dia mau menerima' Yoogyun berkata itu lalu dibalas dengan anggukan sang nenek.

Tok tok tok

"Yooyeong adik kecilku...."
Yoogyun membuka pintu kamarnya dan mencari-cari adiknya itu, kamarnya kosong, yang dia dengar hanyalah suara tangisan perempuan yang tersembunyi. Yoogyun ingat ketika dia memarahi adiknya sampai menangis, dia menemukannya di lemari pakaian, Yoogyun mendekati lemari lalu membukanya, benar saja, Yooyeong ternyata ada di dalam lemari, menangis tersedu sedu.
"Yooyeong... Kemarilah..." Yoogyun  membuka lengannya untuk adiknya, Yooyeong melompat ke dada yoogyun lalu memeluknya.
"Kak, aku tidak mau... Nenek pergi..." ucap si kecil yooyeong
"Kita tidak bisa menolak perkataan tuhan sayangku, jika kau memang sayang nenek, kau harus menjanjikan sesuatu yang akan membuat nenekmu tenang disana, kau harus membuat nenekmu senang" balas Yoogyun,
'Hmm...." Yooyeong sedang berpikir keras, "Ah!! Aku tauu"
"Kalau gitu kita ke nenek" ajak Yoogyun. Yooyeong dan Yoogyun mendekati neneknya yang masih terkapar lemas di kasur,
"Nek... Yooyeong akan berjanji! Yooyeong akan melanjutkan menjadi koki kue di toko milik nenek! Aku akan menjadi seorang pembuat kue terkenal dan membuat toko nenek ramai!" Ucap Yooyeong dengan penuh percaya diri, Neneknya yang mendengar itu sangat senang, dan tepat 5 menit sesudah kau mengatakan janji itu, ia mengeluarkan nafas terakhir di dunia ini.

*flashback ends*

*cring*

Pintu toko berbunyi! Ada pelanggan datang, dengan semangat aku bangun dan memberinya salam "Ah! Selamat da.... Kau Mau membeli tanpa membayar lagi?" ucapku ketika tahu siapa yang datang, Ya, Dia, Kakakku, Jeon YooGyun. "Yoogyun oppa mau sampai kapan kau akan terus seperti ini???" tegasku kepada kakakku itu.
"Aku tidak ingin meminta, aku membawakanmu teman kerja, kebetulan dia juga lumayan bisa membuat kue, dia laki-laki dan seumuran, rambut yang sama dengan idolmu, tingginya sekitaran 176cm, aku rasa dia kenal dirimu"
Seketika jantungku berhenti, 'laki-laki? Seumuran? Style Rambut mirip Jun? Tinggi 176??? Dia kenal aku???' pikiranku kemana-mana, "SIAPA?!?!" aku relflek berteriak, Yoogyun sudah menggengam anak yang ia maksud, 'APA?! Dia!! Apa kau.... Baik Yooyeong tenang, aku harus tenang, mungkin ini kebetulan', "Ah kau... Hai... Kim Sejun" Balasku tersenyum hanya saja mataku menatapnya sinis.
"Kau ingat juga diriku Jeon Yooyeong", balasnya menunjukkan senyuman khasnya itu, entah kenapa aku cukup benci dengan senyumannya.
"Yah, aku rasa kalian sudah cukup dekat, jadi aku akan kembali ke kampus, jaga dirimu adik kecil, kau jaga dia ya" balas kakakmu
"YA! OPPA AKU BUKAN ADIK KECILMU YANG MASIH UMUR 13 TAHUN ITU!!" teriakku kepadanya sayangnya dia sudah keluar toko jadi dia tidak bisa mendengar suaraku.
"Well, aku rasa sekarang kaulah yang pendek yooyeong sayangku",
"Berhenti memanggilku pendek dasar tiang!",
"Apa aku harus memanggilmu kkoma sayang?",
"Jangan pernah sekali-kali kau panggil aku pendek, kkoma, bantet, atau sejenisnya! Aku tau aku pendek tapi jangan panggil aku itu!", kau mulai marah kepadanya
"Baiklah, asal kau mau menjadi pacarku", perkataan itu dengan mudah keluar dari mulut si bodoh
"APA KAU BERMIMPI!!!" mukaku seketika memerah dan aku cukup malu,
"Bercanda, kau terlalu dibawa serius dasar, ayo bantu aku membuat kue dan menarik perhatian pelanggan dari si bibi gila itu",
"Kau bilang bibi Gyura gila? Apa kau mau kena tampar cincinnya itu?" balasku tidak mau kalah, aku sejujurnya cukup benci dengannya, dia dulunya tidak begini! Dia pendek! Kenapa aku yang menjadi pendek, bahkan tinggiku cuma beda beberapa centi, tingginya 176 dan aku 16....7, baiklah itu jauh....

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 09, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The PolaroidWhere stories live. Discover now