A Perfect Sunset - Part 5

108 7 0
                                    

Annan menatap kesekeliling dengan hampa, meskipun taman pelangi menjadi backgroundnya malam ini, namun hatinya masih suram, Annan kembali menenggak minuman sodanya mendesah pelan, Dia teringat dengan Arvan , sahabatnya sejak kecil, dulu dia bersama Arvan sering menghabiskan waktu bersama di taman pelangi, duduk sembari bercanda dan tertawa, bermain gitar, bernyanyi, semua dilakukan bersama – bersama. Persahabatan yang terasa semakin indah setelah kedatangan Alham, sahabatnya dari Bandung yang memutuskan untuk menjadi netral diantara perseteruan Mereka berdua, terkadang bersama Arvan dan terkadang bersama Dirinya, sahabat yang baik namun belum menemukan solusi untuk menyelesaikan persoalan yang rumit ini. Alya hal kedua yang difikirkannya, gadis yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama, dan Dia tidak munafik untuk itu namun cintanya kepada Alya tidak sebesar cintanya kepada Kesha, seseorang yang menjadi alasan terpecahnya hubungannya dengan Arvan , awal mula semua polemik yang terjadi, semua permasalahan yang kian membesar dan mungkin membeku. Kesha, Dia tahu gadis itu juga mencintainya, bahkan mungkin lebih mencintainya dari pada Arvan yang menjabat sebagai kekasihnya namun tak dipungkiri Kesha lebih memilih Arvan dibanding dirinya, dan sekarang Alya, gadis yang mungkin dicintai Arvan , gadis yang memiliki senyum manis itu berhasil membuat Arvan terbebas dari jeratan cinta Kesha, bahkan mungkin Arvan melupakan siapa Kesha. Annan kembali mendesah pelan, semua yang terjadi begitu rumit baginya, Dia tidak tahu siapa yang harus disalahkan, apakah Kesha yang membohongi perasaannya sendiri atau Arvan yang secara tidak langsung menjadi korban hubungan gelap antara Dirinya dengan Kesha, atau Dirinya yang egois atau Alham yang tidak bisa menyelesaikan masalah antara Mereka atau Alya sosok yang membuat Arvan lupa siapa Kesha dan malah membuat masalah semakin rumit?? Entahlah.


"Annan!!!" suara seseorang yang memanggil namanya membuatnya menoleh, mendapati Alya tengah tersenyum manis padanya.

"Wah Kamu disini juga," Annan tersenyum menatap canggung kepada kedua sosok di belakang Alya, Arvan dan Alham.

"Iya, ini mau pulang,"

"Yah kok pulang sih?? Main sama Kita dulu aja, lagian besok kan libur," Annan mengerenyit, dalam perhitungannya besok masih hari Rabu, dan tidak ada coretan merah di kelender.

"Libur??"

"Iya, hehe gak usah bawa panik, Aku Cuma bercanda,"

"Udahlah Al, kalau emang Annannya gak mau, gak usah dipaksa," suara Arvan yang bernada dingin itu membuat Alya menoleh.

"Ikh, kok gitu sih, Kita kan teman yang kompak dong," Arvan yang merasa kesal, berusaha mengontrol emosinya, tidak ingin kejadian malam kemarin terulang.

"Ya udah deh, terserah.."

"Gak usah lah Al, kasihan yang dirumah nanti khawatir, selamat malam Al, Ham, Van.." Alya memandang kepergian Annan dengan kecewa, rencananya gagal total.

"Ar, sebenarnya Kamu itu bisa gak sih , gak jutek sama Annan, kasihan jadinya gak enak hati,"

"Masalah??"

"Ya masalah dong, kan jadinya gak cair, kalau emang Kamu benci sih lebih baik dipikirin baik – baik deh,"

"Aku lagi gak bisa mikir oke??"

"Wah kalah sama monyet dong,"

"Lagi Al, sekali lagi apa tadi monyet??"

"Iya monyet,"

"Wah belum tahu Dia, Aku juara olimpiade matematika se kabupaten, dan bulan depan Aku bakal berjuang di provinsi,"

"Emang Cuma Kamu doang?? Aku juga,"

A Perfect Sunset (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang