semusim berlalu kau masih denganku
bahagia saat-saat itu denganmu
kini ku sendiri tak lagi denganmu
kau pergi tinggalkan aku dalam sepi
tak sanggup ku melupakan kamu
mungkin sampai kutemukan seperti dirimu
bayangmu tinggal puisi tertulis dalam diary
selalu tersimpan disini, semua tentang kau dan aku
kini cintaku tlah pergi, terbawa waktu dan hari
sungguh tak pernah terganti semua tentang kau dan aku
"Nai?"
Kamila menyentuh tangan Naira yang terfokus pada vokalis yang sedang bernyanyi di depan sana. Lagu dari Michelle Ziudith. mata Naira kembali memerah menahan tangis. niat Kamila dan Adit mengajak Naira makan malam di luar untuk membuat suasana hati Naira jadi lebih baik, nyatanya tidak. entah kenapa lagu yang dinyanyikan jadi begitu membuat Naira bersedih.
"Nai, kok gak dimakan dek? kakak cobain ya makanan kamu kayaknya enak banget deh. hehe"
Alwan tersenyum kecut, Kamila berusaha mengalihkan perhatian Naira dengan mengajak Naira berbicara tapi serius itu 'gak banget' kekurangan bahan pembicaraan dan terkesan terlalu mengada-ada karna bahkan pesanan mereka berdua adalah makanan yang sama. tapi tak apa, itu adalah usaha seorang kakak untuk menghibur dan mengusir kesedihan adiknya. Satu hal yang membuat Alwan bahagia, Kamilanya sudah kembali seperti semula, tidak lagi jadi wanita asing mengerikan seperti dulu. Sejak dirumah sakit, pasca Kamila melahirkan dan Naira tidak sadarkan diri, Alwan tak tau pasti kenapa Kamila begitu mudah berubah-ubah, entah benar karna hormone wanita hamil atau karna dia kasihan melihat adiknya terbaring tak berdaya? Yang pasti Alwan tau Kamila begitu menyayangi Naira. Itu sudah cukup baginya.
"Alwan, lo disini juga?"
Alwan dan Kamila menoleh ke sumber suara, mendapati dokter muda di rumah sakit tempat ayahnya bekerja, dokter yang seharusnya merawat Naira tapi beberapa waktu ini bahkan tak mau Naira temui. Naira seperti benar-benar sudah tak ingin sembuh.
"dokter Faiz, di sini juga dok?"
Sapa Alwan ramah, mereka berdua lalu berjabat tangan.
"Iya nih, tapi mau balik. Teman saya tidak jadi datang katanya."
"Wah sayang sekali, gimana kalau gabung sama kita aja dok?"
"Aduh jangan panggil dok ya, berasa lagi ngobrol sama pasien. Faiz. cukup panggil itu aja."
"Oke, Faiz gabung sama kita aja disini"
"Boleh deh"
Mereka bertiga tersenyum senang, tapi tidak dengan Naira. dia masih diam, larut dengan dunia nya sendiri.
Faiz mengambil tempat di sebelah Alwan yang artinya berhadapan langsung dengan Naira yang masih tertunduk di atas kursi rodanya.
"Hai Naira, gimana kondisi mu?"
Tak ada jawaban.
Kamila menyentuh pundak adiknya untuk menarik Naira kembali kedunia yang sebenarnya.
"Nai di tanyain tuh sama dokter Faiz."
Naira melihat bingung kearah kakak nya pertanda tak mengerti apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seikhlas Langit [SUDAH TERBIT]
SpiritualTumbuh bersama, tawa, tangis dan bahagia sejak kecil mereka bagi bersama. tapi usia memberi tahu sampai kapanpun mereka bukan lah satu. juga rasa yang tak mungkin bisa di bohongi, tumbuh subur namun selalu berusaha di bunuh dengan kekejaman jarak. s...