Saat itu larut malam, semua orang dalam rumah mewah nan megah itu sudah terlelap dalam tidurnya kecuali seorang pria muda yang bersiap dengan memakai jeans hitam dan baju hitam dirangkap jaket berwarna hitam menggunakan topi merah warna kesukaannya.
Dengan sedikit penerangan pria itu mengendap-endap melangkahi anak tangga lalu membuka pintu rumahnya dan berlari kecil dengan sedikit bergumam"Jika kau tidak melarang, aku tidak akan melakukan ini".
Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh yang membuat dering handphonenya tidak terdengar sama sekali.
Di dalam gedung tinggi dengan kaca sebagai dindingnya ada beberapa orang yang sudah menunggunya disana.
"Kemana dia? Tidak biasanya dia telat seperti ini" Kata seorang pria paruh baya yang sesekali melirik handphonenya.
Terdengar langkah kaki mendekati ruangan yang terisi penuh dengan alat alat rekaman didalamnya dan tak lama pintu ruangan itu terbuka.
"Luhan kau sudah telat 30 menit dari jadwal yang kita tetapkan, dari mana saja ? kita mengkhawatirkanmu" kali ini bukan pria paruh baya tadi yang berkata, melainkan seorang wanita cantik dengan rambut pirang dan mata yang tajam.
"Kalian sudah tahu kalau ayahku tidak mengizinkanku untuk bernyanyi ? Kenapa masih bertanya ? Aku sudah susah payah menyelinap keluar rumah dan sekarang aku sudah disini, jadi tunggu apalagi ?" Jawabnya datar diakhiri senyuman yang manis dan berjalan memasuki ruang kedap suara.
Luhan memakai headphone dan mengatur nada lalu mulai bernyanyi, wanita yang sedari tadi menatap Luhan terlihat sangat mengagumi dan menikmati suara merdunya.
1 jam sudah Luhan selesai dengan rekamannya dan keluar dari ruang kedap suara tadi."Kau sudah bekerja keras" ucap orang orang yang ada dalam ruangan itu dan membuat wajah Luhan tampak berseri-seri, salah satu dari mereka berkata jika rekaman selanjutnya berjalan dengan lancar dia akan segera debut beberapa bulan lagi.
1 bulan setelah rekaman, Luhan mendapat jadwal untuk debut pertamanya yang tepatnya satu minggu lagi.
Luhan terus berlatih dari tengah malam hingga matahari mulai mengintip dari balik awan, ketika Luhan melangkah menuju luar rumah ada seseorang yang memanggil namanya, Luhan membalikan badan menghadap orang tersebut karena dia tahu bahwa itu suara ayahnya.
Tanpa basa basi ayahnya langsung mengintrogasi Luhan dan yang ada dalam pikiran Luhan adalah bagaimana alasan yang akan ia beri pada ayahnya?.
"Apa kau masih pergi bernyanyi ? sudah berapakali ayah katakan ayah tidak akan pernah mengizinkan kau menjadi penyanyi!".
"tidak, aku tidak bernyanyi" Luhan berbohong karena dia tidak ingin ayahnya menggagalkan impian satu satunya setelah impian menjadi pemain sepakbola hancur dan kali ini ia tidak akan menyerah begitu saja.
"Aku tahu setiap malam kau selalu pergi berlatih dan satu minggu lagi kau akan debut dengan lagumu. Aku diam bukan berarti tidak tau, aku diam hanya ingin tau betapa lamakah kau membohongi ayahmu sendiri, sampai kapanpun aku tidak akan mengizinkanmu untuk bernyanyi apalagi debut". Luhan hanya diam merasa bersalah tetapi dia tetap dalam pendiriannya.Setelah berdebat hebat dia meninggalkan ayahnya dan segera pergi untuk tetap berlatih, tetapi ayahnya terus mencegah dan membuntuti mobil Luhan yang melaju dengan sangat cepat.
Ketika melihat sekelebat bayangan hitam, Luhan mengarahkan mobilnya kearah lain yang menyebabkan mobil Luhan tertabrak oleh mobil pengangkut barang dan terguling, suara ambulanspun mulai terdengar jelas menuju tempat kejadian.Hanya keheningan yang menemani seorang ayah didepan ruang UGD menunggu anaknya dan tak henti berdoa, seorang dokter keluar dari ruang UGD dan memberikan kabar bahwa pasien mengalami trauma tulang belakang yang menyebabkan nafas tidak efektif dan kelumpuhan pada otot diafragma.
Setelah mendengar penjelasan dari dokter dia hanya bisa melamunkan betapa egois dirinya sampai menyebabkan anaknya sendiri terjerumus dalam lubang dan tidak bisa mencapai impian satu satunya."Bagaimanapun caranya dokter harus menyembuhkan anak saya, karena dia akan debut satu minggu lagi. Ayo dokter! Itu adalah impian terakhirnya" ungkap sang ayah dengan mata yang berkaca kaca, dokter hanya mengangguk angguk tanda bahwa ia akan berusaha.
"Lu Han.. Lu Han.. Lu Han.." Terdengar teriakan yang memanggil namanya dengan semangat, setelah itu musikpun menyapa kehadirannya diatas panggung dengan semburan kabut yang menutupi kakinya hingga betis dan mulai bernyanyi dengan sesekali melirik kursi penonton yang ditempati oleh sang Ayah dengan senyum bahagianya.
"Ternyata dengan cara lainlah Tuhan memberikan apa yang kita inginkan, bukan dengan cara berbohong yang menimbulkan masalah didalam masalah".
hai guys ini fanfiction pertamaku yang dipublish ke wattpad, gimana seru gak ? nyambung gak ?
terima kritik dan saran ☺
thanks yang udah voment+read
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream
FanfictionSeorang pria yang memperjuangkan impiannya. Karena takut dipergoki oleh sang ayah, dia rela pergi setiap larut malam untuk impiannya. Tapi ternyata sang ayah sudah mengetahui apa yang ia lakukan setiap malam dan mencegahnya untuk mencapai impian yan...