Rasa kecewa terpampang jelas di wajah cantik milik Nasywa saat mengetahui Oji tidak menghadiri kelas sejak jam pertama.
Ia tak memerdulikan kumpulan pria calon dokter yang sibuk melirik dan berbisik-bisik tentang kehadirannya. Pikirannya terfokus pada satu sosok yang entah mengapa ia rindukan. Padahal kemarin ia bertemu laki-laki itu dan memeluknya tanpa ijin.
Tunggu. Apakah karena pelukan itu?
Dengan gontai, ia berjalan keluar dari gedung khusus anak kedokteran itu. Kedua tangannya menggenggam erat rantang berisi makanan yang sudah susah payah ia buat.
"Nasywa?"
Teguran itu menyadarkannya dari lamunan yang panjang. Ia menengadah dan melihat Anjani berlari kecil menghampirinya.
"Ngapain ke kampus?" tanyanya saat mereka sudah duduk di salah satu kursi di sebuah restoran fast food yang berada tak jauh dari kampus.
Nasywa tersenyum tipis. "Mmm... mau ketemu Oji." Katanya dengan nada tak enak.
Seharusnya ia mengunjungi Anjani, mengajaknya berbincang atau menonton film bersama layaknya yang dilakukan sepasang sahabat. Tapi Nasywa malah mengunjungi teman barunya yang menarik perhatiannya belakangan ini.
"Oh, mau kasih ini?" Anjani bertanya sambil menunjuk rantang cantic milik Nasywa. "Lo bisa masak, Na? kok gue nggak tau?"
Nasywa menggeleng. "Enggak kok. Ini juga baru belajar seminggu kemarin. Rasanya juga belum enak. Tapi bisa dimakan kok." Katanya meyakinkan. "Kemarin Oji udah baik banget bantuin gue buat ikutan lomba dan menemukan bakat tersembunyi gue. Jadi, gue bawain ini deh."
Anjani mengangguk-angguk mendengar penjelasan Nasywa. Senyumnya mengembang, namun tak sepenuhnya dari hati.
Dengan otak cemerlang yang membuatnya mendapat beasiswa selama kuliahnya, mana mungkin Anjani masih tidak mengerti tentang perilaku orang-orang yang sedang dilanda rasa jatuh cinta.
Ia pun sempat melakukannya untuk Oji. Tidak. Bukan hal yang sama dengan memasak makanan kesukaan laki-laki itu. Ia hanya sering mengajaknya keluar, meskipun harus membawa Niko ikut serta.
Anjani juga sempat memberikan rajutan manis yang dibuatnya dengan tangan sendiri untuk Oji. Sesuatu yang tak bisa ia lakukan, akan ia usahakan bagaimana pun caranya agar membuat laki-laki itu terkesan.
Tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Nasywa dengan belajar memasak meskipun perempuan itu tidak bisa. Ia belajar mati-matian demi mendapatkan perhatian.
Rasa sakit menjalar di hatinya. Entah mengapa ia kembali cemburu. Padahal Oji belum menunjukkan perasaan yang sama pada Nasywa.
Salahnya juga yang terus memendam perasaan itu tanpa memberitahu orang lain. Terutama dengan Nasywa, yang kini sudah menjadi sahabat terdekatnya.
Bukan. Ini bukan salahnya. Anjani membela diri di dalam hatinya.
Jika saja Nasywa tidak henti-hentinya tak memberitahu rahasianya, dan tak terbuka padanya, maka ia juga tak akan seperti itu. Ia akan secara terbuka memberitahu pada Nasywa bahwa ia menyukai Oji.
Ya. Ini salah Nasywa yang tak terbuka padanya dan ia yang terlalu takut untuk bercerita.
Nasywa memintanya untuk terbuka, namun perempuan itu malah menutup rapat-rapat rahasia darinya.
"Mau gue bawain buat Oji? Kebetulan kos dia nggak jauh dari tempat gue."
Nasywa menggeleng pelan. Ia hanya tersenyum tipis. "Makasih, An. Tapi nggak perlu. Ini bisa buat makan malam gue kok hahaha..." Katanya dengan tawa terpaksa. "Lumayan kan. Salahnya Oji sih nggak dateng. Jadi, gue santap aja sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sparkling You
RomanceSelama ini Nasywa selalu mengikuti keinginan ayahnya. Apapun hal itu. Mulai dari kuliah di jurusan Akuntansi dan juga mengikuti semua acara formal. Berlaku baik di depan umum untuk menjaga martabat ayahnya yang merupakan seorang pejabat terkenal. Na...