[12] Flashback

61 3 0
                                    

"Ji, ayo dong!" Zulfan menarik paksa Oji untuk keluar dari mobil.

Ia terpaksa melakukan itu kepada sepupunya karena telah diutus secara pribadi oleh pamannya, Aidan Arrafif. Perintah itu tidak bisa ia tolak meskipun ia sangat amat ingin menolaknya. Perintah dengan nada penuh kekuasaan itu selalu membuat hatinya ciut seketika. Jadi, mau tak mau, ia haru menuruti perintah itu.

Kali ini misinya adalah membawa sepupunya ke acara perjamuan keluarga. Menurut yang ia dengar, pertemuan itu diadakan untuk menyatukan kedua keluarga, alias perjodohan.

Mengerikan memang. Meskipun umur mereka bisa dikatakan cukup untuk menikah, tapi tetap saja ini masih terlalu dini. Mereka belum menikmati masa muda mereka dengan nyaman.

Zulfan sendiri sebenarnya sangat menghormati Fauzi yang sering dipanggilnya Oji karena laki-laki itu jauh lebih dewasa dari pada dirinya. Laki-laki itu sangat menyayangi mamanya sama seperti dirinya menyayangi mamanya.

Beberapa waktu lalu, keluarga besar akhirnya mengetahui bahwa Oji diam-diam mengambil kuliah jurusan kedokteran sesuai dengan keinginan laki-laki itu. Dan tentu saja Aidan Arrafif marah besar. Sebagai anak satu-satunya yang akan menjadi penerus utama perusahaan ia tak mungkin membiarkan anaknya mengurus hal di luar dari masalah perusahaan.

Setelah ketahuan, pamannya itu malah berniat menjodohkannya agar bisa tekendali. Namun, bukannya menurut seperti biasa, Oji malah kabur dari acara itu.

Kali ini, Zulfan dipastikan agar tidak kehilangan Oji dan mengantarnya sampai ke dalam rumah Arfan Athafariz.

"Fan, gue cinta banget deh sama lo." Oji tersenyum manis, menunjukkan lesung pipinya. Kemudian memasang kacamata yang tak biasanya ia pakai kecuali untuk belajar. "Titip salam sama calon tunangan ya. Bilang sama dia, gue juga nggak mau."

Setelah mengatakan itu, Oji langsung melarikan diri. Meninggalkan Zulfan yang masih terbengong-bengong di tempat.

Sesaat setelah menyadari bahwa misinya akan gagal, laki-laki itu mengejar Oji. Ia hampir mengelilingi satu blok perumahan yang besar itu, namun tak menemukan batang hidung Oji.

"Sialan. Tu anak kaburnya udah kayak maling. Cepet banget!" desahnya sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.

Terpaksa, ia kembali ke rumah Arfan Athafariz dan meminta maaf sebesar-besarnya pada orang besar itu. Ia juga harus menyiapkan hatinya untuk mendapatkan caci maki dari pamannya karena ia tak bisa menjaga Oji seperti janjinya.

Sampai di rumah besar itu, Zulfan langsung menelfon pamannya. Seperti yang ia duga, ia mendapat caci maki dan akhirnya menyuruh Zulfan mengatakan pada si pemilik rumah bahwa Beliau menyesal terhadap prilaku anaknya dan akan segera datang ke sana.

Zulfan menoleh saat mendengar suara langkah kaki yang tak jauh darinya. Ia menduga bahwa Arfan Athafariz telah kembali dari urusan kantornya, namun yang ia temukan adalah perempuan berambut panjang dengan baju tidur berwarna biru beruangnya.

Ia menatap perempuan itu yang menatapnya seakan ia adalah es krim di siang bolong. Kemudian, perempuan itu tersadar. Membuat raut wajah konyol dan pergi meninggalkannya dari sana.

"Oom Aidan gila juga ya. Masih kecil gitu mau dikawinin sama Oji. Ckckck..."

***

Setelah berlari mengelilingi kompleks demi menghindari pertunangan itu, Oji kembali ke rumah Arfan Athafariz.

Bukan. Ia tak berniat sama sekali untuk datang. Namun, sepeda pelarian yang sudah ia siapkan sejak sebelum pertemuan pertama itu ia letakkan tak jauh dari sana.

Tak bisa Oji mengerti apa yang takdir rencanakan untuknya. Ia kembali bertemu dengan calon tunangannya yang sedang kabur dengan memanjat pagar rumah yang tinggi itu.

Sparkling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang