Naomi pov
"Naomi ayo bantu ibu hidangkan makananya"
"Baiklah"
"Tsubaki. Bisa bantu tante?"
"Oh,tentu"
"Bawakan lilinya dan nyalakan lalu taruh di tengah meja"
Hah memangnya si mesum bisa melakukannya?
"Boncel,kenapa menatapku seperti itu. Kau meragukanku?"
"tentu saja. Emangnya kau bisa melakukan apa selain nyanyi di kamar mandi?"
"Jadi kau menguping? Lalu apa kelebihanmu selain bergosip dan mencereweti semua orang?"
"Astaga sudahlah. Pasangan baru ini, baru jadian sudah bertengkar. Ibu tidak yakin kalian akan bisa seromantis ayah dan ibumu. Iya kan ayah?"
"Kau ini. Jangan ungkit hal itu"
"Kenapa? Apa salahnya jika aku mengungkit tentang kencan pertama kita?"
"Oh, kencan pertama kalian di bioskop saat kalian bertengkar antara film horror dan romantis kan?"
"Naomi, kau tau darimana?"
"Tentu saja dari ibu"
"Kau ini malah memberitahukan hal seperti itu pada anak kita"
"Emangnya kenapa? Sana keluar siapa tahu ayah tsubaki sudah datang"
"Baiklah. Awas saja kau nanti"
"Biarkan saja. Sekarang sudah selesai tinggal menunggu tamunya. Ayo kita menunggu di ruang tamu"
☆☆☆
Sunyi sekali, semuanya pada asyik menikmati makan terkecuali mesum yang disebelahku ini yang sudah selesai makan. Kurang kerjaan sekali,menyusun tulang ikan menjadi bentuk love.
"Kenapa melihatku seperti itu? Kau iri denganku yang memiliki kemampuan hebat ini?"
"Kemampuan katamu? Itu adalah kemampuan yang tidak menguntungkan sama sekali"
"Setidaknya jiwa seniku tinggi tidak sepertimu"
"Meski begitu setidaknya aku tidak mesum sepertimu"
"Dan juga setidaknya aku tinggi dan tidak boncel sepertimu"
"Anak anak. Kalian menggangu kakek makan"
Gara gara dia ayah memarahiku.
"Tidak apa apa aku sudah lama tidak melihat pertengkaran antar pasangan. Terakhir kakek melihat pertengkaran antara ibu dan ayahmu yang meributkan anak perempuan atau laki laki"
"Ayah ini sama seperti istriku. Suka mengungkit hal hal yang sudah berlalu. Anak anak kalian boleh pergi karena ayah jamin kalian akan bosan dengan pembicaraan kami"
"Pergi dengannya? Ayo boncel kita pergi"
☆☆☆
Kami tidak tau mau kemana jadi kami ketaman saja. Aku segera duduk di ayunan, kapan terakhir kalinya aku naik ayunan ya? Aku sudah lupa.
"Aku tidak pernah ketaman. Ternyata ada ayunan juga. Naomi kau sering kesini?"
"ya sering tapi itu dulu. Setelah sekian lama akhirnya aku duduk di ayunan ini. Hei duduklah masih ada satu ayunan di sebelahku"
"Kakekmu yang merawat taman ini?"
"Iya.karena sibuk di perusahaan dia sampai mempekerjakan seorang tukang kebun"
"rapi sekali potongan rumputnya. Tapi aku tidak pernah melihat tukang kebunnya"
"Dia hanya bekerja saat pagi lalu pulang siang. Kan kita sedang sekolah"
"Benar juga. Ngomong ngomong tentang sekolah aku tidak tau harus berkata apa saat yuko tau kita pacaran"
"Kau mengkhawatirkan hal itu? Biarkan saja"
"Bagaimana kau bisa sesantai itu? Boncel"
"Apa yang perlu dikhawatirkan? Salah dia sendiri siapa suruh dia meninggalkanmu kalau dia masih bersamamu mungkin.... aku tidak akan bersamamu saat ini"
"Terima kasih. Aku merasa sedikit lega dengan perkataanmu. Ini mungkin takdir kita untuk bersama."
"Besok supir kita tidak masuk karena sakit jadi bagaimana kita pulang?"
"Yasudah kita jalan kaki saja"
"Kau tidak takut? Bagaimana dengan fansmu? "
"Aku kan pakai masker dan topi"
"Seperti saat pertemuan pertama kita di Cake Castle?"
"Ya, saat kita bertengkar karena cupcake coklat"
"Tidak terasa ya. Waktu itu seperti baru minggu lalu dan tak lama lagi kita akan bersama. Aku jadi tertawa sendiri mengingat hal itu"
"Sudah puas tertawanya ayo kita masuk pasti mereka sudah selesai"
"Aku tidak sabar besok. Kita akan pulang bersama saat sore hari lalu jalan kaki sambil gandengan tangan. Romantis bukan?"
"Kau kira ini manga romantis? Cepat berdiri atau kugendong"
"Baiklah. Aku sudah berdiri tidak perlu kau gendong lagi. Ayo masuk"
☆☆☆
Malam itu seperti mimpi. Dan pertemuan pertama itu mengubah segala kehidupanku. Cake castle, cupcake coklat,sekolah,reika,yuko,dan tsubaki. Mereka membawaku kedalam kehidupan ini. Tsubaki yang sering kulihat di mimpi, aku sering melihatnya di tv sambil berdiri. Dan nanti aku tidak berdiri di depan tv untuk melihatnya tetapi aku akan berdiri didepannya, didepan pendeta,didepan saksi pernikahan kami,di gereja pada hari pernikahan kami yang menjadi jalan kehidupan kami yang baru.Halo semua, tak terasa chapter selanjutnya adalah chapter terakhir dari cerita ini. Masalah extra story bakalan ada atau tidak akan author pikirkan lagi. Terima kasih telah mendukung author sampai chapter-chapter terakhir cerita ini.
See you next chapter😊😊