Four - awal yang baru

95 16 2
                                    

Ket : italic : berbicara dalam hati

Aya pov.

Aku bercermin dan memperhatikan seragam baruku dengan seksama. Yah tidak terlalu buruk juga seragam baruku, menggunakan rompi dan dasi berbeda.

"Huf, kau harus siap bersekolah di sekolah baru, Aya."

Aku segera turun ke lantai 1 dengan terburu-buru dan...

'GEDUBRAK'

"Ngapain sih? Pecicilan aja.", bentak Ibuku.

"Huweee, aku jatuhkan karena rok aku keinjek bukan pecicilan.", aku langsung bangkit berdiri.

"Ya sudah. Makan dulu nih."

"Di sekolah aja ya bu.", aku langsung buru-buru menggunakan sepatu taliku.

"Selalu aja makan di sekolah makan di sekolah, kapan sarapan di rumahnya? Di sekolah baru belum terjamin makanannya sehat atau tidak."

"Assalamualaikum.", aku mencium tangan Ibuku.

"Waalaikumsalam."

Aku langsung keluar dari gerbang rumah, dan aku bertemu cowo menyebalkan.

"Apa lihat-lihat?.", tanya Hali ketus.

"Siapa juga yang liatin.", jawabku tak kalah ketus.

Aku langsung berjalan cepat meninggalkan Hali yang masih ada di belakang.

"Huh hari ini sial sekali.", gumamku kesal sambil menendang batu.

Aku merasa ada yang mengikutiku dari belakang, aku langsung menoleh ke belakang.

"Tidak ada siapa-siapa, firasatku saja kali ya.", ucapku lega.

Ketika aku menghadap depan....

'HUWAAAA', aku berteriak lalu terjatuh saking terkejutnya. Tiba-tiba Hali muncul dihadapanku.

"Bisa tidak, kau gak ngagetin aku?."

"Siapa juga yang ngagetin."

"Itu muncul tiba-tiba namanya apaan kalo bukan ngagetin."

"Terserah.", Hali langsung berjalan meninggalkanku sendirian yang masih terduduk ditanah.

"Huh jahat, ekspentasinya ditolongin diajakin berangkat bareng, realitanya boro-boro ngajak berangkat bareng, ngebantuin berdiri aja gak sudi banget kayaknya.", gumamku kesal.

Aku menundukkan kepala sedih, tiba-tiba ada tangan yang terulur di depan wajahku. Aku langsung mendongak keatas.

"Hali?."

"Cepat bangun."

Aku melongo melihat tangan Hali terulur.

"Aku bukan cowo jahat kali, ninggalin cewe sendirian di tengah jalan, apa lagi aku yang ngebuat kamu jatuh.", wajah Hali memerah.

Aku masih melongo.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"HOI, disini yang sekolah bukan kau doang. Aku juga harus sekolah cepat bangun."

"Eh iya iya.", aku menerima uluran tangan Hali lalu aku berdiri.

"Makasih ya Ha-..."

Hali langsung pergi meninggalkanku sebelum aku menyelesaikan pembicaraanku.

"Li..."

"Hoi cepat, mau sampai kapan berdiri disitu melongo seperti orang gila?."

"Eh kau ngajakin aku berangkat bareng?."

Promise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang