Berjaga Jarak

32 6 8
                                    

Dipagi hari yang cerah dengan angin yang berhembus kencang meniup rambutku.
Dipagi yang tenang ini aku tak ingin apapun memecahkan keindahannya.
Sekalipun itu musik mp3 ku yang kuputar beberapa menit yang lalu, Segera ku matikan.
Aku dapat menghirup udara yang segar tanpa pencemaran dari suatu hal pun.
Anginnya sangat kencang, Bahkan jaket berbulu hangatku tak dapat menghalangi angin untuk menusuk kulitku.
Segera aku mengencangkan ikatan sapu tangan pada tanganku yang luka oleh kejadian kemarin.
Kejadian yang tak dapat kulupakan.
Boleh dibilang aku sangat membenci Cherry sekarang.
Jujur saja dulu aku sangatlah kagum terhadapnya... Mengapa?
Karena ku kira ia gadis manis yang lembut dan dewasa. Ia cantik dan cerdas juga pencemburu. Itu saja.
Tetapi sekarang pandanganku 180 derajat berubah.
Yang kutahu sekarang... Ia adalah seorang siswi berlidah tajam yang naif.
Aku tahu anggapan atau pandangan dari seorang gadis B.R sepertiku ini tidaklah penting.

Aku melanjutkan langkahku hingga koridor menuju kelasku, Dengan membawa setumpuk buku dalam dekapanku.
Seseorang menepuk bahuku dengan cukup kencang.
"Hei! Tidak tunggu aku ya!"
Kulihat Alec sekarang disebelahku.
Aku terus berjalan tanpa menghiraukan kata-katanya.
"Kamu sombong ya!"
Aku menoleh kearahnya.
"Lebih baik kita berjaga jarak saja... Aku khawatir kekasihmu akan bertindak konyol!"
Ia cemberut kesal, Ia mengangkat kedua tangannya setinggi pipinya dan mengepalkannya hingga bergemetar.
Giginya pun ikut bergetar.
"Sudah kubilang dia itu-"
"Alec! Kamu kok tidak ikut acaranya kemarin?"
Teriak Julian diseberang koridor.
Alec menggaruk dinding koridor dengan geram.
Ia menggigit bibir atas dan bibir bawahnya bersamaan.
"Lain kali kujelaskan Xin!"
Ia berlari menghampiri Julian yang ada diseberang koridor.
Aku terus melangkah cepat hingga sampai didepan kelasku.
Aku mulai memasuki kelasku.
Kulihat mereka (para siswa dan siswi) berbisik mencibirku dengan kata-kata tajam mereka.
Aku berhenti didekat mejaku dan duduk dikursiku.
Guru pun mulai mengajarkan pelajaran biologi.
Saat aku memasukan tasku ke laci mejaku. Kurasakan ada yang menggigit tanganku.
"Ah...!"
"Siapa itu yang berseru?"
Aku melihat kearah laciku, Dan ternyata ada tikus berwarna cokelat-krem.
"Tikus lagi?"
Aku menggapainya dan menaruhnya ditasku.
Saat aku mulai mengatur pandanganku kembali. Kulihat semua murid menunjuk kearahku.
Aku hanya terdiam membisu.
"Jadi kamu yang berteriak disaat saya mengajar?!"
Aku berusaha menjelaskan segalanya kepada guru itu.
Namun lagi-lagi aku harus dihukum untuk berdiri dilapangan.
Aku hanya menghela nafasku dengan dalam.
Apapun yang kukatakan tetaplah takkan pernah didengar oleh siapa pun.

Bel istirahat berdentang, Yang artinya aku pun sudah diperbolehkan untuk istirahat dari hukumanku.
Aku mengecek keadaan tikus tadi.
Ternyata ia baik-baik saja.
Aku pun tersenyum lega. Ada perasaan senang dalam hatiku.
"Kau akan menjadi teman Ohiya nanti!"
Kumasukkan lagi kedalam tasku.
Seorang siswi mendekatiku.
"Kamu itu Xin yang disebut si gadis B.R itu kan?"
Aku mengangguk.
"Aku Christina!"
"Panggil saja aku Tina"
Ujarnya dengan suara lembut sekali.
Sebelumnya aku sudah pernah mendengar namanya.
Ia adalah gadis tercantik disekolah ini dan putri dari kepala sekolah.
Wajahnya memang cantik. Dan lembut.
Kulitnya tan seperti apa yang banyak orang inginkan.
Kulihat-lihat wajahnya nampak seperti gadis berketurunan eropa.
Bisa ku pastikan ibunya pasti sangatlah cantik.
Aku saja terpana oleh penampilannya. Dan ia pun tidak sombong.
Ia mengikat sebagian rambutnya dengan pita merah yang lucu.
"Aku Xin..."
"Oh Xin... Senang berkenalan denganmu"
Aku tersenyum kecil.
Setidaknya aku punya teman perempuan.
Kami pun berbicara dan menceritakan kehidupan kami masing-masing.
"Kutahu namamu Xin Doroteia? Apa arti dari namamu yang aneh itu?"
Tanyanya dengan senyum.
"Aku berketurunan albino, Jelas namaku pun jadi aneh hehe..."
Aku terkekeh.
"Pantas saja wajahmu begitu pucat bagai... Maaf, Mayat"
Aku semakin terkekeh geli.
"Apakah aku tampak seperti Vampire yang hendak menghisap darahmu?"
Tanyaku dengan senyuman dibibirku.
"Sedikit..."
Kami bergurau.
"Lalu, Nama panjangmu?"
"Aku Christina Zheng"
"Tetapi wajahmu tidak tampak seperti gadis asia?"
"Ibuku adalah orang Hawaii asli. Kau bisa lihat dari kulitku yang eksotis haha..."
Ia tertawa yang semakin memperlihatkan kecantikannya.
Aku terkagum-kagum, Dan membayangkan jika aku adalah dia.
Pasti... Sangat sempurna...

To be continue...




If Love Is BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang