Lebam.

85 15 3
                                    

Keesokan harinya, Sania memutuskan untuk membawa motor karena dia tidak ingin menunggu bus di halte, takut bertemu dengan Aldan lagi. Padahal dengan bertemu Aldan, dia bisa tersenyum setiap hari.

"Maah aku berangkat yaa, daah."

"Iya hati-hati."

Saat dijalan, hatinya sungguh senang karena kemarin dia mengobrol dengan Aldan. Namun lamunannya terhenti saat melihat seorang pria sedang ribut dengan pengendara motor lain. Dia mengenali postur tubuh pria yang wajahnya sudah dipenuhi dengan lebam.

"Ganti rugi! Lampu sen motor gue pecah gara-gara lo!"
Kata pria yang bertubuh tinggi itu sambil mengepalkan tangannya. Sedangkan lawan bicaranya hanya diam saja.

"Cepetan keluarin dompet lo, atau ga gue hajar lagi!" Teriak pria itu.

"Ga bawa uang kecil." Jawab lawan bicaranya. Sania memakirkan motornya tak jauh dari mereka, dia langsung berjalan mendekat dengan pelan-pelan.

"Atm lo sini!" Teriak pria yang dari tadi masih terus saja marah. Dia memakai seragam sma, namun Sania tidak mengenali pria itu siapa.

"Lo bukan mak gue." Jawab Aldan malas.

"Berani ya lo, udah salah gamau ganti rugi dasar brengsek!" Pekik pria itu yang siap melayangkan satu pukulan.

"Cih agresif." Jawab Aldan mengalihkan pandangannya.

"Anjir sini lo!"

"Mager." Aldan menghembus nafas panjang.

"Sini lo, gue hajar!"

"Yang butuh siapa hah?" Aldan balik tanya.

"Berani banget lo, masih baru juga di SMA gue." Seru pria itu sambil melonggarkan dasi.

"Ga nanya." Kata Aldan memasukkan tangannya ke saku celana.

"Brengsek!" Satu pukulan mendarat di pipi kanan Aldan. Sania panik, dia langsung berlari menghampiri Aldan.

"Heh stop!" Teriak Sania memegang Aldan yang sudah terduduk akibat pukulan itu.

"Ini cewe lo hah? Banci banget minta bantuan sama cewe! Cih udah brengsek banci pula. Gue duluan, makasih udah jadi samsak. Dan lo!" Seru pria itu sambil menunjuk Sania.

"A-aku?" Tanya Sania heran.

Sania PoV

Kenapa gue jadi kena sih!

Author PoV

"Iyalah bego! Ajarin tu cowo lo supaya ga nabrak motor gue lagi!" Kata pria itu menendang lutut Sania.

"Berisik!" Kata Aldan kesal sambil menyentuh pipi kanannya.

Pria itu pergi, meninggalkan Sania dan Aldan dengan tidak sopannya. Aldan yang masih memegangi pipinya terus saja mendesir kesakitan.

"Lo gapapa? Ngapain si berantem di jalan? Ga niat sekolah lo?" Tanya Sania cemas.

"Ga berantem. Dia yang mukul. Gue diem aja." Kata Aldan mengatakan dengan jujur.

"Yaudah lo pulang aja, gue anter ya?" Kata Sania berusaha membantu Aldan berdiri.

"Gue mau sekolah, gue udah bilang sama mamah gue kalau gue berangkat sekolah. Gue ga mau bohongin mamah gue." Kata Aldan mengalihkan pandangannya.

"Kan muka lo kaya gini, lo mau ditanya guru-guru?" Tanya Sania yang masih memperhatikan pipi Aldan.

"Bilang aja dipukul lo." Jawab Aldan santai.

"E-eh ko gue sih? Ah udah lah gue tinggal ya?" Kata Sania melangkah kembali ke motornya.

Aldan hanya diam, masih menyentuh pipi kanannya yang lebam. Tak lama Sania melangkah meninggalkan Aldan, dia menahannya.

"Bantuin gue." Suaranya terdengar pelan, namun Sania masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Akhirnya Sania membonceng Aldan ke sekolah. Motor Aldan dititipkan di salah satu rumah warga.

Di jalan, Sania mengendarakan motor dengan kecepatan normal, takut Aldan protes jika dia mengendarai motor dengan kecepatan penuh. Padahal mereka hampir saja terlambat.

"Ngapain lo bantuin gue?" tanya Aldan ragu.

"Kan lo yang minta." Jawab Sania.

"Kalau gue ga minta, lo tetep ga bantuin gue?" Aldan balik tanya.

"Ya engga lah. Gue kasian sama lo Aldan sayang." Tanpa sadar Sania berkata seperti itu, beberapa detik ia baru sadar, takut Aldan memukulnya, langsung ia berkata.

"E-eh maksud gue Aldan Raihan."

"Lucu!" Pekik Aldan sambil menyentil punggung Sania.

"Jangan bikin gue baper Dan, ntar gue jatuh cinta sama lo. Susah move on kan berabe." Kata Sania dengan senyum manisnya.

"Berisik lo!" Kata Aldan malu.

"Ah gitu aja ngambek ya bang Aldan, lucu deh mukannya mirip cabe ijo. Hahaa." Sania memperhatikan wajah Aldan dari spion motornya.

"Berisik!"

Sampainya di sekolah, anak-anak memperhatikan mereka. Mungkin mereka berfikir masa cewe sih yang bonceng cowo. Atau ih itu cowo ganteng ko mukannya lebam gitu ya, jangan-jangan lagi selek sama tu cewe. Atau yang lain lagi. Sania yang menyadari itu, buru-buru mengantar Aldan ke UKS.

"Thanks." Ucap Aldan saat mereka melangkah menuju UKS.

Lagi-lagi pipi Sania memerah dibuatnya. Sania yang brutal kini dengan mudahnya diubah menjadi wanita lugu yang malu-malu oleh Aldan.

Di jalan menuju UKS, mereka berpapasan dengan perempuan yang meminta Aldan jadi pacarnya di lapangan basket.

"Eh Aldan muka lo kenapa?" Tanya perempuan itu panik sambil menggenggam tangan Aldan.

Aldan yang dipegang tangannya langsung melepas genggaman perempuan itu, memasukkan tangannya ke saku celana agar perempuan tadi tak bisa menggenggamnya. Sania yang melihat itu awalnya tak mengerti, namun akhirnya ia paham.

"Eh kaka ini lagi, apa kabar ka?" Tanya Sania dengan senyum ramah.

"Gue ga ngomong sama lo!" Kata perempuan itu sambil menatap sinis pada Sania.

"Loh tadi barusan ngomong sama gue." Kata Sania tersenyum.

"Lo apain Aldan?" Tanyanya sambil menunjuk wajah Sania.

"Gue ga ngapa-ngapain ko. Cuman nganter dia ke sekolah, nah sekarang mau nganter ke UKS." Jawab Sania sambil menjulurkan lidahnya.

"Biar gue aja." Katanya sambil mendorong Sania.

"Kan Aldan datengnya sama gue." Kata Sania merapihkan poninya.

"Gue calon pacarnya." Sergah perempuan itu sambil berdiri di sebelah Aldan. Aldan sebenarnya ingin sekali meninggalkan mereka, namun pikirannya sedang aneh.

Aldan PoV

Nyoba dengerin cewe ribut ah

Author PoV

"Baru calon kaa, kaya pemilu aja ada calonnya. Belun tentu jadi pacarnya juga kan?" Tanya Sania sambil menatap Aldan, Aldan yang refleks membalas tatapannya hanya bisa menahan senyum.

"Pokoknya Aldan sama gue! Lo bukan siapa-siapa dia. Lo jelek, gue cantik. Aldan ganteng, jadi cocoknya sama gue!" Perempuan itu masih saja mencoba mengusir Sania.

"Ah kata mamah gue, gue cantik ko. Cantik luar dalem lebih tepatnya." Jawab Sania sambil terus menatap Aldan.

"Aldan, lo sama gue aja ya?" Tanya perempuan itu pada Aldan.

"Gue sama Sania." Jawab Aldan sambil meninggalkan mereka.

"Tuh kan Aldan maunya sama gue ka. Yaudah gue duluan ya, dadaah." Seru Sania sambil melambaikan tangannya.

"Awas ya lo!" Pekik perempuan itu.

With You Babe❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang