P3K

72 13 1
                                    

Matahari pagi ini tak terlalu terik, kita biasa menyebutnya 'adem' otomatis membuat para manusia senang dibuatnya. Termasuk siswa SMA 12 Kartini, penduduknya memasang senyum manis di pagi hari, menyapa teman-temannya, menyapa gurunya, dan lain-lain.

Sampainya di UKS, Sania mengantar Aldan duduk. Di UKS belum ada penjaganya, tapi pintu sudah terbuka. Jadi mereka masuk tanpa ijin.

"E-m Dan. Gue ambil obat dulu."

"Hm." Jawab Aldan.

Sania melangkah menuju lemari obat, disana ada kotak p3k. Sania mengambilnya, lalu mencari gelas dan mengisinya di dispenser.

Sania meletakkan kotak p3k di samping Aldan. Menyerahkan gelas yang berisi air putih untuk Aldan minum. Kini Sania menguatkan dirinya untuk berani mengobati Aldan.

"Nih minum dulu." Sania memberi Aldan segelas minum

"Yo." Aldan mengambilnya dan langsung meminum habis.

"Gue yang ngobatin atau lo obatin sendiri?" Tanya Sania malum

"Terserah." Jawab Aldan yang selesai dengan minumnya.

"Lo aja deh." Kata Sania menyerahkan kotak p3k pada Aldan.

"Lo! Gue mager." Seru Aldan menepis kotak p3k.

"Yaudah tahan ya. Jangan nangis." Kata Sania sambil tersenyum.

Sania berusaha pelan-pelan menempelkan kapas pada pipi Aldan,

"Gue ga ceng- Aww sakit bego!" Aldan teriak parau saat gerakan tangan Sania menyentuh lukanya.

"Udah gue bilang tahan. Cengeng ah." Kata Sania meledek.

"Berisik!"

Sania tidak terima dengan jawaban Aldan, dia membalasnya dengan menyerang lebam di pipi Aldan.

"Eum rasain nih!" Menekan kencang pipi Aldan yang lebam.

"Eh anjir sakit San! Yang bener dong, kalau ga niat, gue obatin sendiri aja." Seru Aldan menepis tangan Sania.

"Eh maaf, ngambek ya. Jangan ngambek dong, kan aku bercanda. Hahaa." Gurau Sania, berusaha membuat Aldan tersenyum. Setidaknya tersenyum bila tidak tertawa.

"Cepet obatin!" Seru Aldan menunjuk lukanya.

"Iya bebeb." Jawab Sania.

"Apaan si lo bebeb-bebeb pan?"

"Panggilan sayang elah. Ga peka banget si lo."

Sania kembali mengobati pipi Aldan, dari pipi kiri selesai, beralih ke pipi kanan.

"Anjir sakit San! Pelan-pelan."

"Iya bawel!"

Setelah selesai, Sania mengembalikan kotak p3k ke tempat semula. Lalu dia langsung pergi ke kelas tanpa pamit pada Aldan. Jantungnya berdegup lebih kencang, tidak biasanya. Pipinya memerah layaknya ingin meledak, dqn senyumnya terus merekah dari tadi. Langkahnya pun begitu riang layaknya anak kecil. Membuat rambutnya terkibas ke kanan dan ke kiri seperti ekor kuda.

Sania sampai di kelasnya, melangkah masuk sambil terus tersenyum. Teman-temannya tidak merasa aneh dengan tingkah Sania karena memang begitulah tingkahnya, aneh. Sahabatnya sudah geram ingin menimpuk wajah Sania yang menurutnya 'sok imut' dengan bukunya.

"Eh San lama banget lo datengnya." Kata Seren menghampiri meja Sania.

"Biarin!" Kata Sania memalingkan wajahnya dengan sengaja.

"Seneng banget lo." Kata Seren mendekatkan wajahnya.

"Ga terima aja." Kata Sania yang tak berani menatap Seren.

With You Babe❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang