Gila lo San!

75 15 2
                                    

Sania menutup handphonenya dan memasukkannya ke saku bajunya. Ia tengok kanan dan kiri sambil sesekali menggaruk kepalanya karena kebingungan.

Matanya tak kunjung menemukan keberadaan teman-temannya, ia berniat untuk kembali ke kelas dan melanjutkan tidurnya sampai bel masuk berbunyi. Namun ia mendegar teriakan,

"Saniaaa!!" Panggil Putri dari jauh.

"Ooii!" Jawabnya singkat.

Sania melangkahkan kakinya ke kantin yang bertuliskan 'Somay ENAK.'

"Mang, somay tahu kol 3 ribu ya. Bumbu sama kecapnya jangan banyak-banyak. Nanti saya nambah manis, kan enek." Pesan Sania sambil menyerahkan uangnya.

"Wah neng bisa aja, neng mah ga usah dikasih bumbu juga udah manis neng." Kata mang Samsul.

"Neng nong neng nong kali ah. Ditinggal ya mang, jangan kangen plis." Kata Sania berjalan menuju tempat teman-temannya.

"Iya neeng."

Sania duduk di sebelah Reina di depan Seren dan Putri lalu menidurkan kepalanya ke meja dan berusaha memejamkan matanya.

"Ih Sania berani banget sama mamangnya. Sampe diingetin supaya jangan kangen lagi. Hahahaa lucu banget lo." Kata Putri takjub.

"Ya kan bener, kalau kangen terus mamang somay nyariin gue ke kelas, nanyain kabar gue kan berabe. Ntar cowo di sekolah ini pada cemburu loh." Kata Sania yang tidak berubah posisi.

"Ahahaaa anjir bisa aja lo." Seren yang mendengarnya, memukul pelan punggung Sania.

"Eh iya Sania rumahnya dimana?" Tanya Reina sambil memakan mie ayam.

"Udara." Kata Sania malas.

"Hah?" Tanya Reina yang mulutnya berisi mie ayam.

"Angin." Jawab Sania.

"Dimana Saniaa serius loh gue nanyanya." Kata Reina menyuap sayurannya.

"Kalau serius jangan lupa kasih komitmen yaa, biar gue ga diambil orang." Kata Sania sambil mengacungkan ibu jarinya.

"Ih apaan si San." Kata Reina kesal, Seren hanya sibuk mengaduk-aduk es tehnya.

"Dia lucu ya." Kata Putri sambil mengacak-acak rambut Sania.

"Ah kalau lagi jatuh cinta ya gini. Kumat deh lo." Kata Seren cuek. Seren lebih memilih fokus pada minumannya ketimbang memuji sahabatnya.

"Sania suka sama cowo kan?" Reina mendekatkan wajahnya pada Sania.

"Gue doyan om-om." Jawabnya datar.

"Anjirr!" Mereka bertiga memukul punggung Sania.

"Gue doyan bapak lo." Kata Sania menatap Seren.

"Gue bunuh lo!" Sania mengepalkan tangannya tepat di depan mata Sania.

"Canda elah. Sensi amat lo, pms yaa?" Goda Sania menunjuk wajah Seren.

"Engga anjir!" Seren menggebrak meja.

"Nih neng somaynya." Kata mang Samsul menyodorkan piring yang berisi pesanan somay Sania.

"Makasih mamang, so sweet banget sampe dianterin. Padahal saya mau ngambil loh, mamang terbaik deh." Sania mengambil piring yang tadi disodorkan.

"Ahaha neng bisa aja."

"Makasih yaa." Seru Seren sambil melambaikan tangannya.

"Iya neng sama-sama."

Sania yang sedari tadi lapar, langsung memakan somay tanpa menawari teman-temannya.

"Enak tuh somaynya." Kode Reina.

"Ga usah kode-kodean deh. Langsung aja biar peka." Kata Sania menatap sinis Reina.

"Baper banget si lo San." Kata Putri sambil mengibaskan rambut panjangnya.

"Ga ah biasa aja. Sini cium." Sania memajukan bibirnya layaknya ingin mencium.

"Jijik gue!" Seru Reina dengan wajah malasnya.

"Ah malu-malu gitu ya sekarang."

"Stop San stop, ga tahan gue liat muka lo kaya banci kaleng gitu."

Sania dan teman-temannya menoleh ke arah segerombolan pria di dekat mie ayam. Disana ada Fathur, Seren pun langsung menunduk malu, dan Sania malah berteriak,

"Woi ka Fathur, Serennya baper!" Teriak Sania.

"Hai Serenia, selamat makan." Seru Fathur mendekat ke arah Seren.

"E-eh iya kaa, selamat makan juga." Seren menunduk malu, pipinya memanas.

"Wuuu cieee." Seru teman-temannya.

"Eh bang ga usah natap gue gitu dong, gue emang cantik. Jangan terpesona sampe segitunya dong." Kata Sania pada teman-teman Fathur.

"Ahahahaaa lucuu.." Celetuk teman-temannya Fathur.

"Makasih loh."

"Sst gila lo, berani banget sama anak kelas 11. Dibully sama cewe-cewe rempong mampus lo." Kata Reina mencibir.

"Ya gue bunuh lah mereka. Cantik-cantik gini gue juga pinter bela diri kali." Jawab Sania santai, dia melanjutkan sesi memakan makanannya.

"Wiih, Sania bisa jagain kita dari begal berarti." Kata Putri memasang wajah sumringah.

"Ah kecil itu mah. Begal gue tiup juga pada modar." Kata Sania sambil menyuap kol rebusnya, gerombolan Fathur sejak tadi sudah pergi dari kantin.

"Anjir gila lo!" Seru Seren menunjuk Sania.

Mereka tak kunjung selesai makan karena dari tadi mereka hanya sibuk mengobrol. Selagi bel masuk belum berbunyi, di luar kelas apalagi berada di kantin itu hal yang sangat dibolehkan.

"Gila karena senyuman dia." Seru Sania memasang wajah berkhayal.

"Waaahh ga berees." Kata Reina sambil menyenggol Putri dan menatap Seren. Keduanya hanya menggidikkan bahu menandakan mereka tidak tahu apa-apa.

Saat Sania kembali membayangkan senyum tipis Aldan. Aldan dan teman-temannya lewat di depan Sania. Sania hanya diam, dia malu. Walau Aldan tidak melihat ke arahnya.

"Napa lo diem aja? Udah kenyang? Sini buat gue." Kata Seren mengambil 'paksa' piring somaynya.

"Ga. Gapapa." Kata Sania berusaha bersikap normal.

Sania cepat-cepat mengeluarkan handphoneya dan mengirim pesan pada Aldan.

Sania : Cie ke kantin, kangen gue ya..
Aldan : Gue laper.
Sania : Ga nanya sumpah!
Aldan : Bego!
Sania : Ah kamu, aku cium nih..
Aldan : Gila lo!
Sania : Gila gara-gara lo..
Aldan : Gue ga gila!
Sania : Ga nanya.

Pesan singkat itu langsung membuat Aldan mencari-cari batang hidung dari seorang Sania. Tak lama, akhirnya dia menemukan perempuan itu sedang makan.

"Eh itu ada yang liatin lo San. Sikat San." Kata Reina teriak, membuat hampir seluruh penghuni kantin menoleh ke arah mereka.

"Eh kamu yang disana. Iya kamuu, jangan liatin aku kaya gitu dong. Aku jadi ga konsen makan nih." Kata Sania menatap Aldan sambil tersenyum manis, siapapun lelaki yang melihat senyum manis Sania pasti langsung merasa dirinya sedang terbang tinggi. Namun bagi Aldan itu hanya senyum pengganggu.

"Wuuuu ciiiee Saniaa." Seru teman-temannya.

"Gila lo San!" Kata Aldan kesal.

"Love ah." Seru Sania sambil melambaikan tangannya.

Satu kantin pun tertawa berkat ulah Sania, hari itu juga Sania terkenal dengan sifatnya yang begitu santai saat berbicara, begitu ramah dan asik kepada orang yang belum dia kenal. Banyak yang menyukainya, termasuk para pemilik kantin, dari ujung sampai ujung pasti semuanya mengenal sosok Sania.

* * *

With You Babe❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang