Happy Reading !!!!!
*****
"ren lo tau gak kalo rendy lagi deket sama cewe?" Rena yang sedang duduk menikmati makanan di kantin bersama dengan Nada mencerna kata yang baru saja diucapkan oleh Nada. Setelah itu Rena hanya mengedikkan bahu dan mencoba tidak tertarik dengan obralan Nada.
"katanya cewe itu ngejar ngejar Rendy dari smp, kegatelan banget tuh cewe ya ren"
"trus alasan lo ngomongin dia ke gue itu apa?" Rena menatap jengah sahabatnya itu.
"y...ya kan gue sebagai fansnya Rendy merasa kesel aja gitu kalo CALON PACAR gue di deketin sama cewe centil" ucap Nada menekankan kata calon pacar, seakan rendy memang akan menjadi pacarnya nanti.
"percaya diri banget lo, mending rendy mau sama lo"
"ya iyalah hidup itu harus optimis biar kita makin semangat mengejar mimpi" tangan kanan Nada mengepal ke depan seakan menyemangati dirinya sendiri.
"iya aja gue mah, mudah mudahan Rendy gak sawan kalo misalkan dia pacaran sama lo" seru Rena santai dan mendapat respon Nada yang melotot memandangi Rena sengit.
"huuu bilang aja lo iri kalo misalkan gue pacaran sama Rendy kan" bela Nada .
"mana mungkin gue iri, ga penting tau gak"
"yeuu beneran gak iri, tuh muka lo merah wkwk" goda Nada membuat rena semakin memalingkan wajahnya tidak ingin menatap sahabatnya yang menyebalkan.
"terserah lo deh mau bilang apa juga gak peduli gue, gue cabut dulu bye" Rena beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar kantin.
*****
Rena menatap nanar selembar kertas yang ada di tangannya. Baru saja ia keluar dari ruang tata usaha karna ia dipanggil untuk segera melunasi administrasi sekolah yang belum ia bayar selama 3 bulan.
Surat peringatan yang diberikan ditujukan kepada orang tua nya namun ia ingin mengadu pada siapa? orang tua nya entah ada dimana saat ini. Benar-benar sangat berat sekali menanggung beban sendirian.
Rena berjalan gontai menelusuri koridor sekolah yang mulai sepi. Selembar kertas yang masih ia genggam membuatnya tidak kuat lagi memikirkan semuanya . Tubuhnya lunglai terjatuh ke lantai, menundukkan kepalanya dan menangis dalam diam. Ia sangat rapuh disaat sendiri, namun memasang tameng tegar di hadapan semua orang membuatnya semakin terluka karna itu.
****
Sepulang sekolah rena tidak langsung pulang ke rumah melainkan ke taman dekat dengan komplek rumahnya.Ia menatap ke arah langit. Matanya berkaca kaca. Ia ingin mengadu, mencurahkan isi hatinya yang ia tanggung sendiri. Benar-benar menyesakkan. Kenapa hidupnya begitu malang. Merasakan kelabunya kehidupan yang sama sekali ia tidak ingin rasakan. Kalau saja keluarganya utuh saat ini. Kalau saja keluarganya saling berpegangan erat menghadapi cobaan hidup. Kalau saja keluarganya tau kalau ia tidak sanggup menghadapi semua ini. Kalau saja dan Kalau saja. Semua tidak berguna untuk memikirkan kemungkinan yang kenyataannya tidak mungkin kembali lagi.
"eh rena sendirian aja" ucap suara bariton mengejutkan rena yang masih berperang dengan pemikirannya.
"ka vasha" lirih rena menatap lelaki di depannya.
"kamu kenapa ren, ada masalah?" ucapnya dengan nada terdengar khawatir.
Rena hanya diam tidak merespon pertanyaan dari Vasha.
"Rena kaka lagi ngomong sama kamu, kamu ada masalah? cerita sama kaka"
"Orang tua rena..." ucapan Rena menggantung, membuat Vasha semakin penasaran dengan kata selanjutnya."mereka ninggalin rena" suara Rena melemah seiring menetesnya air mata di kelopak matanya.
Vasha hanya terdiam masih mencarna kata kata Rena yang masih membingungkan. Bagaimana bisa keluarganya yang terlihat sangat haromonis tiba-tiba retak seperti yang di ucapakan Rena baru saja. Dengan segers Vasha menyandarkan kepala Renda di dada bidang miliknya.
"cerita sama kaka" ucap Vasha mengelus-elus rambut lembut Rena.
Semua kekecewaan dan keperihan hati Rena dikeluarkan diiringi dengan isak tangis yang membuat Rena terlihat begitu rapuh. Tak apa dengan itu membuatnya lebih nyaman setelah mengeluarkan isi hatinya yangs selama ini ia pendam sendiri.
Cukup lama keheningan tercipta seusai Rena bercerita. Hanya terdengar isakan kecil Rena yang masih belum hilang. Sedangkan Vasha masih setia mengelus pelan rambut gadis disebelahnya.
"beli ice cream yuk ren" Vasha menarik tangan Rena dan mengikuti langkahnya bergegas meninggalkan taman. Meskipun bingung dengan tingkah aneh Vasha namun Rena tetap berjalan mengikuti Vasha yang menggenggam erat tangannya.
Di sisi lain Rendy berdiri mematung di bawah pohon dekat dengan tempat duduk yang baru saja di tinggalkan oleh dua insan yang begitu akrab.
Dirinya termenung sejenak. Mengapa dia tidak menyadari dan tidak menanyakan hal yang ia ingin tanyakan waktu itu kepada seseorang yang telah membuat hidupnya berubah. Mengapa ia tidak berada di samping gadis itu ketika ia membutuhkan sandaran untuk menopangnya. Mengapa gadisnya tidak membiarkannya dia tahu tentang masalahnya, sangat kecewa, tentu saja dirinya sangat kecewa. Mengapa ia begitu bodoh membiarkan lelaki lain yang menjadi sandaran untuk gadis yang diam diam sudah mengisi ruang hatinya. Ya dirinya begitu bodoh saat ini. Sekarang ia harus apa? diam? atau berusaha untuk merebut kembali yang belum tentu diterima oleh gadis itu? Entahlah dirinya benar-benar bingung saat ini. Dengan gontai ia berjalan menjauh meninggalkan taman yang membuat dirinya tahu tentang sisi rapuh dari gadis yang mempunyai tempat khusus di hatinya.
You make me fall several times but never taught me to give up~
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You R
Teen Fictionkenapa di saat aku melihat semua tingkah lakunya membuatku semakin tertarik untuk mengenalnya lebih jauh? Dia adalah Renata Adelia -Rendy Adiatama- Cowo yang terkenal dingin mengapa jadi cowok paling menyebalkan yang pernah aku temui dia adalah Rend...